Aku mau?

1041 Kata
Kita hanya butuh satu malam disini. Setelah itu kita pergi. Besok pagi, kita harus pergi." ucap Brian, menatap ke arah Ella. Aron yang semula masuk ke kamarnya. Dia berjalan keluar menemui Brian. Melihat Brian dan Ella begitu akrab dan dekat. Aron memalingkan wajahnya. "Kamu belum tidur?" tanya Brian. Mengerutkan keningnya bingung. "Belum, aku gak bisa tidur." jawab Aron. Dia duduk di samping Ella. Menatap kedepan. "Oh, ya! Besok kita pergi dari sini. Disini sudah tidak aman lagi. Jadi, besok kita selesaikan semuanya. Kamu ambil semua buku yang penting. Dan, kita hilangkan ruang bawah tanah disini." ucap Brian menatap ke arah Aron. "Baik, tapi gimana cara mereka Agar tidak menemukan ruang bawah tanah?" tanya Aron. "Aku punya cara, kita cari besok. Sekarang lebih baik istirahat saja. Kita sudah terlalu lelah dengan kejadian tadi." jelas Brian. Ella hanya diam mendengarkan percakapan mereka. "Kamu membiarkan aku pergi?" tanya Ella, memotong pembicaraan mereka. "Iya, memangnya kamu masih mau ikut denganku." "Apa kamu sudah percaya denganku. Kamu membiarkan aku pergi sendiri?" tanya Ella bingung. Brian menghela napasnya. Dia menarik duduknya lebih kedepan. Dengan kedua siku tangan menempel di atas kedua pahanya. " Aku sebenarnya belum percaya sepenuhnya denganmu. Tapi, karena kamu sudah menyelamatkan Aron. Aku berterima kasih padamu. Dan, aku akan biarkan kamu pergi. Aku yakin, setelah ini kamu tidak akan pernah memberitahu siapapun tentang rumah ini." kata Brian. Dia tersenyum tipis di depan Ella. Kedua mata mereka saling tertuju. Ella membalas senyuman Brian. Brian menoleh ke arah Aron. "Kamu tidurlah, besok kita akan melakukan perjalanan lagi. Apa kamu siap?" tanya Brian. Aron tersenyum dan mengedipkan mata. Sebagai jawaban ucapan Aron. Dia bangkit dari duduknya. Dan, segera pergi ke kamar. "Aku pergi dulu ke kamar!" ucap Aron. Beranjak berdiri. Dan, segera pergi meninggalkan mereka berdua sendiri. Saat melihat Aron sudah menjauh. Ella melirik ke arah Brian. "Kamu begitu menyayangi dia?" tanya Ella heran. "Iya.. Entah kenapa aku merasa harus melindungi dia. Karena mungkin dia aku melihat sendiri saat dia menangisi orang tuanya. Atau, karena aku kasihan dengannya." ucap Brian. Menatap ke arah punggung Aron yang sudah pergi menjauh darinya. Ella berdesir pelan. "Kamu memang laki-laki baik. Entah kenapa, malah banyak orang yang tak suka denganmu. Dan, banyak juga yang menginginkan kematian kamu?" kata Ella. "Bahkan, aku sendiri juga pernah hampir membunuhmu." lanjutnya. Brian menyipitkan matanya. Dia melirik ke arah Ella yang terus berbicara di sampingnya. "Setelah itu. Kita akan berpisah di kita. Kamu akan melakukan tugas kamu. Dan, begitu juga sebaliknya." ucap Ella, dia merasa snagat sedih harus kehilangan dia. "Setiap orang baik banyak yang tidak suka. Di dunia ini. Banyak orang yang tak suka dengan kita. Hanya segelintir orang yang tulus. Dan, semuanya munafik. Atau, hanya angka ikut saja. Sebagian, terlalu over saat suka berlebihan. Dan, suka mengatur semuanya." jelas Brian. Menghela napasnya. Pandangan mata menatap ke langit. Cuaca hari ini tampak sangat cerah. Bintang di langit bertaburan. Banyak sekali macam resi bidang di atas. Semuanya terlihat sangat indah. "Tidak ada orang baik begitu baik dengan kita. Kita juga harus hati-hati. Atau, hanya untuk memanfaatkan kita." "Apa aku juga gitu?" tanya Ella. "Sama saja, tapi aku yakin kamu bisa berubah tulus pada waktunya." Ella tersenyum tipis, dia menyandarkan kepalanya di bahu Brian. "Aku memang belum pernah baik pada orang. Kamu tahu, bagaimana pekerjaan kamu terlalu kejam. Dunia ini memang adil. Menciptakan berbagai macam karakter orang yang sulit sekali diketahui oleh seseorang." Brian mengangkat tangannya penuh dengan keraguan. Dia ingin menyentuh dan membelai lembut rambut Ella. Tetapi dia gugup, takut jika wanita itu marah. Dengan satu tarikan napasnya, Jemari tangan kanan Brian menyentuh kepala Ella. Mengusap belaian rambutnya begitu lembut. "Besok, aku akan berikan semua senjata kamu. Lakukan tugas kamu dengan baik. Jika kamu ditugaskan untuk membunuh lakukan saja. Aku tidak masalah." kata Brian. Ella beranjak duduk tegap, kedua mata Ella melebar. Menatap wajah Brian. "Kenapa Kamu bilang seperti itu?" tanya Ella. "Aku tidak mau mengganggu tugas kamu. Kamu bis memilih tugas apa yang akan kamu lakukan. Aku juga tidak bisa ikut campur." jelas Brian. Dia menyentuh dagu Ella. Kedua mata mereka saling menatap lekat-lekat. "Pergilah jauh dariku. Jangan pernah menemuiku. Aku tidak mau membunuhmu." ucap Ella. Kedua matanya terlihat mulai berkaca-kaca. "Aku gak sanggup. Gimana bisa aku harus membunuhmu." Ella menyandarkan dahinya di bahu Brian. "Sudah lupakan semuanya. Sekarang tidurlah!" Jemari tangan Brian terus mengusap lembut rambut Ella. Ella mengangkat kepalanya. Untuk kedua kakinya. Kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain. Mereka terdiam sejenak. "Aku akan temani kamu disini. Aku tahu, kamu pasti tidak akan tidur." kata Ella. Brian mendekatkan wajahnya, Ella hanya diam kedua matanya menatap lebar. Detak jantungnya mulai tak beraturan. Wajahnya terlihat begitu gugup. Ingin rasanya marah tapi apalah daya. Dia terbius dengan tatapan Brian. Hembusan napas Brian semakin dekat. Wajah laki-laki itu terlihat sangat tampan. Ingin sekali dirinya memalingkan wajah. Tetapi, semua terlambat. Brian memberikan sebuah kecupan lembut di bibir mungilnya. Kedua mata Ella semakin melebar. Bola matanya hampir saja keluar dari kerangkanya. Kecupan yang begitu lembut. Dia merasakan detak jantungnya semakin berdegup sangat tepat. Wajahnya bahkan sudah memerah seperti kepiting rebus. Dia tak bisa menolaknya. Bahkan dirinya menikmati kecupan Brian. Brian memegang tengkuk lehernya. Kecupan itu semakin panas. Hingga beberapa menit. Mereka saling menikmati. Saling membalas kecupan panas itu. Jemari tangan Brian mulai menyelinap masuk di dalam belaian kain yang membungkus tubuh mungil Ella yang terlihat begitu seksi. Brian segera menyadarkan dirinya. Dia melepaskan kecupanya. Dia menarik kembali tangannya yang hampir saja menyentuh bagian tubuhnya. "Maafkan aku!" ucap Brian. "Maaf untuk apa?" tanya Ella. Memalingkan wajahnya. Punggung tangan mengusap bibir bekas kecupan Brian. "Aku kurang ajar padamu." ucap Brian. "Iya.. Tidak apa-apa. Maaf juga aku terlalu terbawa suasana." Ella masih malu menatap Brian. "Aku pergi dulu ke kamar." ucap Ella. Bangkit dari duduknya. "Mau kemana?" tanya Brian. Memegang pergelangan tangan kanan Ella. Dia beranjak berdiri tepat di belakang Ella. "Aku mau istirahat." ucap Ella. "Baiklah! Aku akan temani kamu istirahat." Brian menggenggam erat tangan Ella, menariknya pergi masuk ke dalam rumah. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Ella. "Tidak ada!" Brian menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar orang tua Aron. "Aku mau!" ucap Ella. Brian mengerutkan keningnya bingung. "Mau apa?" tanya Brian. "Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?" tanya Ella. Dia masih malu-malu. Ajahanga bahkan semakin merah. Dengan pandangan mata tertunduk. Tanpa berani menatap ke arah Brian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN