Hari menjelang pagi. Terik matahari begitu cerah. Burung-burung sudha berkicauan. Tanpa suara kokok ayam. Cahaya matahari sudah menampakkan sinarnya. Masuk ke dalam cela-cela gorden jendela yang terbuat dari kayu itu menyentuh kulit Brian. Tubuh yang semula dingin perlahan terasa sangat hangat.. Brian, mengerutkan kedua matanya. Dia perlahan membuka matanya. Saat cahaya matahari sudah menembus langsung tepat di wajahnya dari cela-cela lubang jendela.
"Sudah pagi." ucap Brian. Dia mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya. Sembari menguap sangat lebar. Seketika wajahnya mengkerut saat dia merasa ada seseorang di sampingnya. Spontan Brian membuka matanya lebar. Dia menggerakkan kepalanya pelan, pandangan matanya menatap ke arah seseorang yang berada di sampingnya. Berbaring bersama dengannya, salam satu ranjang. Kedua mata Brian melebar sempurna. Hampir saja bola matanya keluar dari kerangkanya.
"Shit... Apa yang aku lakukan?" Brian beranjak duduk. Dia melirik sekilas ke arah Ella yang masih terbaring di jakut dengan selimut.
"Sialan! Kenapa aku melakukan hal bodoh." gerutu Brian, mengusap rambutnya berkali-kali hingga semakin berantakan.
"Tidak! Tidak mungkin. Lagian, kenapa aku terlalu bodohnya. Ini bukan saatnya harus berduaan seperti ini." ucap Brian. Dia segera beranjak dari ranjangnya. Dengan wajah was-was. Brian memekakkan langkah kakinya, segera berlari kecil menuju ke kamar mandi. Gak mau banyak bicara, meratapi semuanya. Brian segera membasuh tubuhnya.
Setelah beberapa menit di kamar mandi. Brian segera keluar. Dan, bersiap untuk menemui Aron. Melihat Ella masih tertidur pulas. Brian tak mau mengganggunya. Dia segera berganti pakaian lebih duku. Sebelum melangkahkan kakinya pelan, membuka pintu yang terbuat dari kayu kain yang memang terlihat sangat jauh dan kokoh bertahan lama.
"Aku harus segera pergi. Jangan sampai dia ingat jika semalam terjadi adegan panas antara aku dengannya." kata Brian lirih. Dia menggelengkan kepalanya. Kedua tangan memukul kepalanya pelan.
"Maafkan aku!" ucap Brian. Dia melangkahkan kakinya keluar. Brian sengaja menekankan langkah kakinya. Agar tidak mengganggu Ella yang masih tidur. Saat sudah keluar dari kamar. Brian menutup pintunya rapat-rapat. Dan, bergegas menemui Aron.
"Kak Brian." panggil Aron. Mereka tak sengaja saling bertemu di tangga.
"Kita pergi sekarang?" tanya Aron.
"Iya, ala kamu sudha membereskan semua barang-barang kamu?" Brian membawa tas miliknya. Berjalan cepat keluar menghampiri ibunya. Memasukan ke dalam semua barang-barang yang dibawa.
"Kamu tahu ruang bawah tanah dimana?" tanya Brian. Teringat sesuatu.
"Aku sudah tahu tempatnya. Tapi, sekarang sudah aku tutup dengan semen. Dan, aku tutup dengan marmer. Aku menutup semuanya ases agar tidak ada yang tahu tempat itu." kata Alex menjelaskan.
"Pintar!" Brian mengusap ujung kepala Aron.
"Ayo kita pergi sekarang?" kata Brian. Dia melirik sekilas ke belakang.
"Gimana dengan wanita itu?" tanya Aron. Dia teringat tentang Ella.
"Lupakan saja dia. Sekarang dia tidur. Kita pastikan saja semua barang-barang kita. Ada yang ketinggalan atau tidak." Brian tanpa banyak bicara. Dia segera masuk ke dalam mobilnya. Memastikan beberapa barang miliknya. Setelah semuanya sudah lengkap. Brian merobek satu lembar kertas kosong, menuliskan sebuah surat untuk Ella. Sebelum mereka pergi nantinya.
"Aron.. Bawa barang-barang ini keluar. Taruh saja di ruang tamu. Ini semua milik Ella." kata Brian. Menunjuk barang-barang yang sudha dia keluarkan.
"Baik!" Aron seger melakukan semua tugasnya. Sementara dirinya sudah memastikan semua barang yang masuk. Setelah meletakkan semua di ruang tamu. Aron membawa barang-barangnya masuk ke dalam mobil.
"Taruh ini di ruang tamu. Setelah itu kita pergi." mata Brian.
Aron mengerutkan keningnya. Dia melirik ke arah kertas yang sudah dilipat itu. Aron sama sekali tidak merasa penasaran urusan mereka. Setelah semua dirasa sudah selesai. Aron masuk ke dalam mobilnya. Di jok belakang penuh dengan barang-barangnya.
**
Setelah Aron sudah pergi menjauh dari rumah kecil itu. Ella yang semula tidur seperti kerbau. Dia bahkan tidak bangun jika belum jam waktu dia bangun. Apalagi jika tidak ada yang teriak-teriak membangunkan dirinya.
Ella mengerutkan wajahnya. "Hmmm...." gumam Ella. Dia menarik kedua tangannya ke atas. Merenggangkan otot tubuhnya yang terasa sangat kaku . Ella membuka kedua matanya perlahan. Dia menyulitkan matanya. Terlihat sama-sama, tak jelas sekelilingnya.
"Kemarin apa yang aku lakukan?" tanya Ella. Dia mengerutkan keningnya dalam-dalam. Mencoba untuk mengingat kembali apa yang terjadi malam kemarin. Seketika kedua matanya Ella terbuka sempurna.
"Sialan!"
"Aku tidur dengan Brian kemarin?" Ella mencengkeram atas selimutnya. Merasa sangat ragu. Dia segera membuka selimutnya beberapa detik. Lalu menutup selimutnya kembali menutupi tubuhnya.
"Arrggg..... Aku masih belum pakai apapun?" tanya Ella. Dia seperti orang kebingungan. Pandangan matanya kosong menatap kedepan.
"Brian.." Ella menoleh ke samping. Dia tak melihat sosok Brian di sampingnya.
"Brian, kamu dimana?" tanya Ella. Ella mencengkeram selimutnya. Dia beranjak berdiri. Menutupi tubuhnya dengan selimut. Karena merasa sangat malu dengan yang lainya. Jika sudah seperti ini. Ella mengepalkan kedua tangannya.
"Dimana dia?" tanya Ella. Kedua matanya melebar sempurna.
"Apa dia sudah pergi?" pertanyaan itu terulang di pikirannya. Ella, melirik ke arah sekeliling kamar itu tidak ada siapapun disana.
Ella beranjak berdiri. Dia segera meraih pakaiannya dan, memakainya dengan sangat tapi. Merasa sudah sangat lama. Ella berjalan membuka jendela kamarnya. Ella melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.
"Brian,." panggil Ella, Rambut ya terlihat sangat berantakan.
"Brian... Kamu dimana?" teriak Ella lagi. Dia melangkah dengan sangat hati-hati menuruni anak tangga.
"Brian... Kamu dimana?" Ella, terus memanggil nama Brian. Dia melangkah turun dari tangga Dan, berjalan menuju ke meja ruang tamu. Kedua matanya menyipit saat melihat ada semua barang-barang miliknya. Ella menyentuh semua barang-barangnya. Mengecek satu persatu. Dan, ternyata benar untuk semua miliknya.
"Hingga pandangan matanya tertuju pada surat di atas kertas putih. Ella membiarkan kertas itu memasukkannya ke dalam jas miliknya.
"Dia pergi? Kenapa dia meninggalkan aku sendiri. Apa begitu cepat perpisahan kita. Tapi, kamu bahkan tidak ingat Apa yang mereka lakukan. Hanya satu malam, semuanya terjadi begitu cepat.
"Aku menyerahkan semuanya. Apa ini juga terlalu cepat." Ella menghela napasnya kasar. Dia beranjak duduk, menundukkan kepalanya penuh penyesalan.
"Arrggg...." teriak Ella sangat keras.
"Aku juga harus pergi dari sini." kata Ella beranjak dari duduknya.
Sementara Aron dan Brian sudah setengah perjalanan. Kali ini perjalanan mereka terlihat sangat nyaman. Tidak ada halangan sama sekali.
"Aron... Kita kembali ke rumahku." tanya Brian.
"Terserah. Lagian hidup dan mati itu urusan yang di atas. Kita perlu jalani saja semua takdir kita yang akan datang atau sekarang. " jelas Brian sok bijak. Dia mulai menjalankan musiknya. Sembari menikmati musik klasik yang sudah target.