Angel, si wanita berhati dingin

1122 Kata
Pov Jack. "Bagaimana, apa kalian sudah mendapatkan target kita?" tanya Jack pada para ajudannya yang berdiri di depan sembari menundukkan kepalanya. "Mereka berhasil lolos, bos." ucap salah satu dari mereka. Jack beranjak berdiri. Dia memukul keras pipi kanan mereka bergantian. "Kalian terlalu bodoh. Kenapa bisa lolos. Apa kalian tidak mengejarnya. Hanya menangkap dua orang saja kalian gagal. " Jack mengeraskan suaranya. Dia membalikkan badannya. Menatap tajam ke depan. Melirik sekitarnya. Seolah pikiran sedang berpikir untuk rencana selanjutnya. "Kalian sekarang, cepat pergi dan kejar mereka lagi. Aku tidak mau tahu. Kalian harus dapatkan mereka. Jangan sampai gagal." Jack membalikkan badannya. "Jika kalian gagal, maka tidak akan ada ampunan." ucap Jack. "Maaf, tuan. Ada yang ingin bicara dengan anda." seseorang dagang dari dalam. Berlari ke arahnya yang sedang duduk di ruang tamu. "Jika kalian gagal lagi, awas!" ancam Jack. "Sekarang pergilah!" pintanya. Jack segera membalikkan badannya. Dan, beranjak menerima telepon yang sedang menunggunya sedari tadi. "Hallo..." suara seorang wanita yang sudah tidak menjadi rahasia lagi baginya. "Ada apa?" tanya Jack. "Bukanya anda yang memanggilnya tadi pagi." kata wanita itu dari balik telepon. Seseorang di samping berbisik padanya. "Oo, kamu angel yang di sebut sebagai wanita mematikan!" ucap Jack. Dengan senyum tipis penuh kelicikan. "Anda tahu, aku sudah akan datang ke tempat anda." wanita itu berada di suatu ruangan yang terlihat sangat gelap. Banyak sekali tempelan koran, dan juga ada beberapa yang terlihat begitu mematikan. Beberapa hewan mematikan yang ada di sana. Dan, seseorang yang berada di balik pintu. Sembari menggigit kedinginan. Dia tak bisa berbicara. Ingin meminta tolong. Tetapi dirinya tidak berdaya lagi. Wanita itu berjalan mengambil pistol yang terkenal sebagai pistol mematikan. Dia memasukan beberapa peluru. Dan, mencoba untuk memakainya meski tidak menembak. "Kamu mau aku membunuh dengan cara apa?" tanya Angel. "Apa saja, asalkan semuanya harus berjalan dengan lancar. Jangan meninggalkan jejak sama sekali." kata Jack. Angel tersenyum sumringah. Dia membuka pintu yang setengah tertutup dengan kaki kanannya. Sembari berjalan masuk, mengangkat senjata yang sedari tadi di genggamannya. Dia berjalan menghampiri orang yang ada di depannya. Seorang yang sudah tak berdaya. "Ampuni aku!" ucapnya gemetar. Angel hanya tersenyum dan, Dor. Sebuah tembakan mengenai tepat di hatinya. Membuat laki-laki itu tak bernyawa lagi. Angel tersenyum sumringah. Dia masih melanjutkan telponnya. "Kalian, siapkan semuanya. Aku akan datang." kata Angel. Mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari Jack. "Ooppss... Maaf sepertinya peluru tidak sengaja menembus tubuhmu." ucap Angel. Wanita yang biasa dijuluki sebagai malaikat berhati iblis. Dia cantik bak bidadari. Tubuhnya yang begitu seksi, dan kulit yang mulus. Rambut hitam panjang sepunggung. Dan, mata bulat dan senyum manis yang bisa memikat hati pria. Tetapi, di balik kecantikannya. Dia punya hati yang seperti iblis tidak ada kata ampun baginya. Tugas adalah tugas. Dia bisa membunuh siapapun. Dengan tangannya sendiri. Pakai cara kasar maupun halus. Semuanya dipakai hanya untuk membuat para musuh tunduk padanya. Angel meniup ujung senjatanya. Dia tak henti terus tersenyum penuh kemenangan. Tak lupa, wanita itu membuang senjatanya tepat di depan lelaki yang tak bernyawa itu. Angel melepaskan sarung tangan. Dia segera mengganti sarung tangan karet miliknya. Membereskan semua barang-barangnya yang tergeletak di atas meja. Dengan kaki kiri di atas sofa. Tingkahnya yang seenaknya. Dia datang dan pergi dari kita satu ke kota lainya. Setelah semua tugas selesai. Dia pergi lagi. Mengambil job baru. Dia hanya datang ke luar negeri targetnya. Dia tak mau membuat masalah di negerinya sendiri. Karena baginya. Sama saja taruhan nyawa. Meski hukum lebih kejam di luar negeri. Tetapi dia begitu mudah meninggalkan jejak di sana. Tidak ada yang mengenalinya. Back Jack. "Kapan dia akan datang?" tanya Jack. "Besok, dia akan datang besok. Kita hanya mengurus strategi selanjutnya." kata seorang kepercayaan Jack yang terus berada di sampingnya. Seolah dia adalah juru bicaranya sekarang. "Baiklah, lakukan semuanya. Jangan sampai ada sisa. Yang kita lawan bukan orang sembarangan. Dia adalah anggota intelijen khusus. Beritahu w************n itu." Jack berdiri dengan kedua tangan di belakang. Pandangan matanya menatap dinding kaca yang menembus langsung melihat pemandangan luas gedung lantai 13. Tampan dimana dia tinggal. Sebuah apartemen yang memang tempat persembunyiannya selama ini. Selama dia tidak ada di rumah. Kakaknya John, dia akan terus mengganggu rencana. "Ini datanya tuan!" seseorang melangkah masuk. Meletakkan sebuah dokumen di atas meja. "Baiklah, kalian keluar. Aku akan memeriksanya." ucap Jack. "Dan, ada satu orang yang ingin bertemu dengan anda tuan" kata salah satu pengawal pribadinya. "Baiklah, bawa dia ke ruang tamu. Aku akan segera kesana. Dan, satu lagi. Jangan terima tamu siapapun, yang tidak ada hubungannya dengan kita." tegas Jack mengingatkan. Tanpa menoleh ke belakang. Dia tahu siapa yang berbicara dengannya. "Baik tuan!" dua pengawal pribadi itu melangkahkan kakinya pergi. Dia pegawai yang memang sengaja untuk mengurus semuanya. Ide dan pikiran mereka yang membantu Jack merencanakan semuanya. Jack membalikkan badannya. Dia beranjak duduk, membuka dokumen yang berada di amplop coklat. Beberapa kertas yang memang sengaja untuk memata-matai seseorang. Mencari informasi tentang dia. Sebuah data tentang seorang wanita yang tiba-tiba muncul membantu dirinya. Ella, seorang wanita yang bekerja di kedai roti. Dia punya sambilan pekerjaan yang tidak diketahui. Semua datang tentang dia dihilangkan. Hanya meninggalkan jejak pekerjaan terakhirnya. Ella wanita yang ahli dalam perakitan senjata. Dia juga pintar berakting. Dia tidak pernah punya riwayat keluarga. "Apa maksudnya ini? Tidak punya riwayat keluarga? Siapa keluarganya? Apa dia sengaja menghilangkan jejak." ucap Jack sangat keras. Dia mengepalkan tangannya, menggebrakkan tangannya ke meja. "Bobby…" teriak Jack. "Iya.. Tuan!" Bobby berjalan masuk dengan langkah terburu-buru. "Kenapa datanyanganya ini? Apa kamu tahu siapa dia? Bahkan disini tidak ada catatan sama sekali jika dia seorang sniper. Apa mungkin Ella ini yang kamu temui itu?" tanya Jack. Dengan nada kerasnya. "Maaf, tuan! Hanya itu yang ada di internet. Bahkan semua data tentang dia dj hapus. Tidak ada sisa sama sekali. Aku coba cari, hanya tersisa data itu. Data dua tahun lalu." kata Bobby, dia terlihat sangat gugup. Sembari menggenggam tangannya sendiri yang menggantung di antara kedua pahanya. "2 tahun lalu?" Jack terdiam sesaat. "Siapa sebenarnya dia? Jika data bisa dihilangkan begitu saja. Berarti memang dia orang penting dan mematikan." ucap Jack. Mengangkat kepalanya menatap Bobby. "Panggil dia padaku sekarang." kata Jack. "Baik, tuan!" jawab Bobby. "Tapi, sekarang dia belum ada di kota ini. Sepertinya dia melakukan tugasnya sekarang." lanjut Bobby. Jack menghela nafasnya. "Pantai dia, kapan dia pulang. Jangan sampai dia lolos lagi. Bawa dia kesini. Aku yang akan bicara dengannya." kata Jack. Dia menarik ujung bibirnya tipis. "Soal anak kecil itu. Kamu juga pantau dia. Pastikan dia tidak pergi ke luar kita lagi." pinta Jack. "Baik, tuan." "Tuan, profesor sudah menunggu anda dari tadi." kata Bobby memberanikan dirinya berbicara dengan Jack. "Baik, aku akan kesana." Jack beranjak berdiri. "Dan, tolong kamu segera cari tahu tentang Ella. kamu terjun langsung kumpulkan semua bukti dari orang-orang terdekatnya. Atau, kamu mata-matai dia sampai tahu siapa sebenarnya wanita itu." kata Jack.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN