Alex

1010 Kata
"Anda sudah menunggu lama?" ucap Jack berjalan menghampiri sang profesor. "Lumayan!" jawab profesor. Jack beranjak duduk, Dia merapikan hanya yang sudah terlihat sangat rapi. "Bagaimana rencana kita?" tanya Profesor. Jack hanya tersenyum tipis. "Minumlah dulu!" Jack mengambil satu gelas teh hangat yang sudah disajikan oleh pelayannya di atas meja. "Kamu tidak meracuniku, kan." tanya Profesor itu penuh curiga. "Tenang saja, semuanya aman. Aku yang akan tanggung jawab." kata Jack. Dia mulai menyeruput teh hangat yang masih sangat panas perlahan sambil melirik ke arah sang profesor. "Aku tidak tahu, gimana bisa percaya dengan laki-laki licik seperti kamu. Aku datang juga ingin bekerja sama denganmu." "Masalah Jack? Atau, masalah Aron. Jangan bertindak bodoh dengan langsung menyerang Alex. Lebih baik pikirkan lagi. Jika kita tidak mau berhadapan dengan keluarganya." "Fokuslah pada anak itu. Mereka harus didapatkan. Dan, jalan satu-satunya membunuh Brian. Jika ingin mendapatkan Aron. Brian diam-diam wanita yang mengerikan." kata Jack menjelaskan. Tangan kanan meletakkan teh hangat miliknya. "Minumlah dulu!" pinta Jack. "Baiklah, jika kamu meninggal karena kematian Maka tidak akan aku yang menyelamatkan kamu. Mungkin aku akan menjadi semua orang disini meminta pertanggung jawaban kamu " Jangan berpikir kejauhan!" kata Jack. Sang profesor mulai meraih teh hangat. Tubuhnya yang gemetar membuatnya tak putus asa untuk menyeruput teh hangat. "Hmm.. Sedap juga!" kata sang profesor. "Tinggal tunggu apa rencana selanjutnya." "Kamu ikuti saja cara mainku. Jangan pernah ganggu aku." kata Jack. Dia menarik sudut bibirnya. mengulurkan sebuah senyuman tipis di wajahnya. ** Back Aron. Sudah hampir 3 minggu berlalu. Aron menghalangi kehidupan barunya. Dia bersekolah di tempat dimana Brian mendaftarkan sekolah. Dia bahkan, selalu diantar jemput oleh Brian. Dan, sudah 3 minggu juga dia belajar bela diri. Tak hanya belajar di luar. Brian juga mengajarkan dirinya bela diri. Dan, Alex teman Brian terkadang datang hanya untuk memberikan materi untuk Aron. Alex paham sedikit tentang unsur kimia. Dia juga ahli fisika, matematika, dan biologi. Keluarganya punya lab yang sangat rahasia di sebuah kota kecil. Mereka mengembangkan pengetahuan tentang kosmetik. Ibu Alex adalah pemilik merk kosmetik terkenal. Dia menciptakan brand sendiri. Dan, tak lupa dengan Ayahnya. Seorang yang sangat berpengaruh di dunia. Dia bagian dari seorang yang di rahasianya oleh negara. Entah apa yang jadi incaran Alex. Dia punya uang dan segalanya. Tetapi, dirinya malah lebih memilih menjalani pekerjaan yang gaji tidak seberapa dengan kekayaannya. Dia hidup tanpa bergantung pada orang tuanya. Dan, Alex punya adik wanita yang pernah kabur dari rumah. Dia juga belum ditemukan sampai sekarang. Adiknya begitu ahli dalam menyamar. Apalagi, Dia tahu status ayahnya siapa. Bukan orang sembarangan yang gampang dimanipulasi dengan berpindah tempat saja. Dia punya pengaruh besar. Punya orang dimana-mana untuk mencarinya. Dan, Adik wanita yang satu dia sangat pendiam. Bahkan tidak punya sama sekali niatan untuk keluar dari rumah. Hidupnya selalu disetir oleh kedua orang tuanya. Brian berdiri di teras rumahnya. Dia menyiram tanaman yang hampir layu. "Sekarang kegiatan kamu seperti ini?" tanya Alex yang sudah berdiri di belakang Brian. Dia duduk di kursi. Sembari minum teh hangat yang sudah di sediakan di atas meja. Mungkin itu teh milik Brian. Tetapi dirinya tak peduli. Begitu percaya dirinya menyeruput teh hangat itu. "Alex.. Kamu datang lagi?" tanya Brian. Tanpa menoleh ke belakang. "Iya.. Lagian, masih banyak materi yang belum Aron kuasai." Brian meletakkan gembor kecil yang biasa untuk menyiram tanaman. " Hey... Kenapa kamu minum teh milikku?" kesal Brian. Menyipitkan matanya tajam. Dia beranjak duduk di depan Alex. Sembari sedikit menarik kursinya ke depan. "Teh dari tadi dj biarkan disini. Lebih baik aku minum." jawab Alex. Menaik turunkan alisnya. "Mana, Aron?" tanya Alex. "Dia keluar sebentar!" "Keluar kemana?" Alex melebarkan matanya terkejut. Brian memicingkan matanya bingung. Menatap Alex yang tiba-tiba sangat peduli dengan Aron. Apa karena memang beberapa minggu selalu bersama. "Ada apa denganmu. Sejak kapan kamu terlalu peduli dengannya?" tanya Brian heran. "Ya,.. Nek.. Sejak aku, ada disini." jawab Alex gugup. "Biasa saja tidak usah terlalu gugup!" kata Brian. Menepuk lengan Alex. "Dia sekarang di rumah temannya. Aku gak bisa bilang padanya. Apalagi, temannya juga terlihat sangat pribadi. Dia tidak mau ada orang tau keberadaannya." ucap Brian. "Oo.. Baiklah, aku akan tunggu dia sekarang." ucap Alex. "Kalah mau pergi silahkan." kata Brian. Dia melirik sekilas ke arah Alex. "Gimana kabar orang-orang yang ada di sana. Apa mereka sedang baik-baik saja sekarang." "Tidak! Semuanya mendapatkan teror pembunuhan dari seseorang. Itu juga termasuk John, yang bahkan jadi pimpinan saja mereka harus menerima teror. Mereka pulang selalu di ikuti beberapa orang." "Trus, kalian tahu dalang dari semuanya?" tanya Brian penasaran. Alex menggelengkan kepalanya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi kayu. "Tidak! Kamu sedang menyelidiki kasus ini. Tetapi, sepertinya mereka lebih cerdik dari pada kita. Cuma, John tahu salah satu ornag yang mengikutinya. Besoknya, dia melihat dia di mall sebagai seorang cleaning servis. Sudha di tanyakan beberapa yang ada di sana. Bahkan para pegawai lainya. Dan, pengunjung mall, serta satpam di sana. Dia memang sudah lama bekerja di sana. "Oo.. Oke, lebih baik kita jaga saja Aron. aku yakin mereka pasti mengincar dia sebentar lagi." Brian menghela napasnya. "Bukanya sudah setidak hari Aron selalu diincar. Bahkan dia nyawanya sendiri jadi taruhan. "Aku buatkan kamu minum dulu. Apa kamu haus. Aku juga sudah masak. kalau kamu mau makan. Masuklah!" pinta Brian. Dia bangkit dari duduknya. Tanpa banyak basa-basi. Brian melangkahkan kakinya masuk ke dalam. "Masuklah!" pinta Brian. "Hmm.. Oke.!" Alex beranjak, dan segera melangkahkan kakinya masuk. Sementara Aron Dia berada di rumah temannya. Seorang wanita kecil yang begitu cantik. Sudah lama tidak pernah berkunjung selagi. Kali ini kesempatan untuknya saling bercerita satu sama lain. "Aron.. Apa kamu ada masalah?" tanya Wanita kecil itu dengan suara lembutnya. "Acara apa?" tanya Aron bingung. "Kenapa banyak sekali orang mencari kamu saat kamu pergi. San, bahkan ada yang menerobos masuk. Tapi, mereka keluar tidak bawa barang-barang." ucap lembut wanita di sampingnya. Aron mengerutkan keningnya. "Ada yang menerobos masuk. Lagian, kenapa harus jauh-jauh masuk ke dalam jika mereka tidak mencuri." ucap Aron. Dia terlihat bingung. Dan, memikirkan siapa yang berani masuk ke dalam. Siapa yang berani masuk. "Apa kamu kenal orangnya?" tanya Aron. Menatap lekat kedua mata wanita itu. Dia hanya menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak mengenalnya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN