Aron hanya diam, dia mengerutkan keningnya dalam-dalam. Mencoba untuk tetap tenang. Memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Apa dia mau tinggal disana untuk melindungi dirinya. Atau, kembali ke rumah Brian. Tetapi, Brian ingin dia mulai berpetualang. Sepertinya aku harus memutuskan sekolahku. Dan, akan pergi untuk mencari keadilan nantinya.
Aron memejamkan matanya. Dia berpikir sejenak. Jika merasa sudah terlalu penuh pikiran tak sanggup memikirkan hal selanjutnya. Dia hanya diam,
"Gimana?" tanya Elson.
"Sepertinya tidak usah. Aku akan sering datang kesini. Lagian , aku juga sudah punya rumah meski kecil. Tapi, banyak kenangan bersama kakak aku disini." kata Aron.
"Baiklah!" tidak masalah. "Jika mau bermain disini. Aku akan selalu ada. Aku yang akan bantu kamu jika kamu ada masalah."
"Tidak perlu!" ucap Aron.
Setelah satu hari berada di rumah Elson. Akhirnya Aron segera pulang kembali ke rumahnya. Elson mengantarkan dia pulang. Sampai di rumah, tidak mampir lebih duku. Elson langsung saja balik ke rumah. Setelah asistennya menelpon dirinya. Katanya ada hal penting yang harus di lakukan olehnya.
Tak mau tanya lebih banyak. Dan, ingin tahu apa yang terjadi. Aron hanya diam, dan berpamitan pada Elson.
**
"Kamu sudah pulang" tanya Selly.
Aron menyipitkan matanya. Hampir saja dia terkejut saat Selly tiba-tiba keluar dari rumahnya.
"Sudah, makasih tadi kamu sudah bantu aku." ucap Aron.
"Iya, sama-sama. Maaf, aku dari tadi siang di rumah jamu sama ayah. Tapi, kamu baik-baik saja?" tanya Selly. Dia menatap sekujur tubuh Aron.
"Tenang saja aku baik-baik saja."
"Kita jalan-jalan keluar sebentar. Kamu mau!" ucap Aron basa-basi.
"Kemana?" Selly memicingkan matanya.
"Sekitar sini. Tidak terlalu jauh."
Semua menarik dua sudut bibirnya tersenyum tipis. Sambil mengangguk kepalanya pelan.
Aron menganggukan tangan Selly. Mereka berjalan menjauh dari rumahnya. Jalan-jalan santai menikmati pemandangan malam. Hampir lima belas menit jalan-jalan. Sembari berbincang satu sama lain.
"Boss. Bentar! Bukanya itu Aron?"
"Iya, boss. Kenapa dia masih disini. Apa Mr X tidak bisa menangkapnya."
"Mungkin aku harus pakai jalan kedua. Angel. Hanya dia yang bisa melakukannya." ucap Jack yang berada di mobil hitam. Tanpa sengaja dia melihat sosok Aron berjalan dengan Selly di pinggiran jalan. Di seberang jalan, mobil hitam itu membuka kaca mobilnya. Semua orang yang ada di dalam menatap ke arah Aron. Mereka mengawasi setiap gerak geriknya.
"Boss, apa.tidak seharusnya kita saja yang melakukannya. Ini kesempatan kita. Lagian dia hanya dua anak kecil."
Plak!
Jack memukul kepala anak buahnya. "Kamu punya otak atau tidak? Kita tangkap dia sama saja kita bunuh diri. Banyak yang tahu nantinya. Dan, satu lagi. Dia punya kekuatan yang tidak tahu seperti apa dahsyatnya."
"Maaf bos, saya tidak tahu." ucap anak buahnya tertunduk, tangan kiri mengusap kepalanya yang masih terasa sedikit sakit.
"Lain kali jangan gegabah. Kita harus melakukannya dengan baik. Kamu mau mati konyol sendiri. Ada ruang, biarkan uang yang nyaman. kita sesama pembunuh bayaran." kata Jack.
"Iya, boss. Tapi nanti kita juga kalah lagi. Apalagi jika bermusuhan dengan Mr X. Dia sudah selalu diperintah dan lebih banyak seenaknya sendiri
"Biarkan saja, Jangan pernah ikut campur tentang urusan mereka. Jika urusan polisi. Biarkan mereka saja. Aku cari aman nanti.
Salah satu anak buahnya. Memberikan ponsel Jack. Lelaki itu seger mencari kontak nomor seseorang. Dia segera menghubunginya. Menunggu sejenak, hingga panggilan mulai tersambung.
"Ada apa? Angel memulai pembicaraan lebih dulu.
"Ada pekerjaan sekarang!" anggap Jack.
"Jika aku bekerja. Jangan ada orang lain yang ikut masuk ambil bagian. Aku tidak suka!" Ucap Angel. Dari balik telfon itu, angel seperti biasa bermain dengan berbagai senjatanya. Eksperimen yang sengaja dia lakukan sendiri.
"Jika kamu hanya ingin memanggilnya. Lakukan saja. Jangan cari aku lagi." lanjut Angel.
"Mungkin semuanya hanya salah paham. Malam ini, kamu dimana. Aku ingin bilang. Jika dia keluar tengah malam. Segeralah datang. Dan, atasi semuanya. Setelah itu pergilah!"
Angel meletakkan semua barang miliknya kedalam tas yang berisikan beberapa cairan yang memang sengaja dia buat untuk meracuni atau bahkan membunuh para target dengan sangat mudah. Dia memainkan lidahnya. Sembari menarik sudut bibirnya tipis. "Baiklah! Tapi, karena kemarin aku gagal. Karena ulah kamu, sekarang. Kasih uang berapa persen lagi." kata Angel.
"Gampang! Lakukan tugas kamu, sekarang!"
Angel beranjak berdiri. Dia mengangkat kakinya yang di jalur sepatu agak tinggi berwarna hitam mengkilat. Menarik atas sepatunya yang panjang sebetis. "Kirim alamatnya sekarang!" kata Angel.
Jack mematikan ponselnya. Dia segera mengirimkan alamat anak itu pergi.
**
"Selly, makasih sudah menolong aku. Kamu dan ayah Kamu selalu menolongku. Maaf jika aku terlalu merepotkanmu." kata Aron.
"Kita duduk di taman!"
Dari kejauhan. Angel menatap mereka. Dia sudah menyiapkan sesuatu di balik cincinnya. Senjata dia untuk melumpuhkan lawan tanpa jejak. Dia bisa membuat padanya mati karena serangan jantung. Angel memutar cincinnya. Yang sudah dilengkapi dengan cairan rusak saraf.
Angel menggerakkan kepalanya. Ke kanan dan ke kiri. Merenggangkan ototnya. Sebelum melangkahkan kakinya mendekati Aron. Dia berjalan dengan santainya.
Bugh..
Seorang tiba-tiba menabrak Aron. "Eh.. Anak kecil, kenapa kamu keluar malam-malam gini?" tanya seorang wanita yang menabrak Aron. Bukanya minta maaf. Angel menggekrkan tangannya, hampir saja menyentuh leher belakang Aron. Selly yang berada di depan Aron menepis tangan Angel.
"Tante! Apa yang anda lakukan?" tanya Selly.
"Eh.. Anak kecil jangan kurang ajar." geram Angel.
"Tante, apa di tangan tante. Aku boleh lihat!" Selly, meraih tangan Angel. Dia mencoba untuk menyembuhkan tangannya sendiri ke tubuh Angel. Angel terus menolaknya. Merasa sangat geram dengan Selly. Angel mendorong keras tubuh Selly hingga terpental jauh di depan.
"Aw– sakit!" ucap Selly. Merintih kesakitan.
"Jadi anak kecil jangan kurang ajar!" geram Angel.
"Apa yang anda lakukan?" Aron mendorong tubuh Angel. Bukanya terpental, Angel mendorong balik tubuh Aron. Tenaganya aron tak sebanding dengan Angel. Wanita yang punya segala jenis ramuan dia bisa membuat tubuhnya lebih kuat. Kepintarannya, mampu menciptakan eksperimen lebih dari para profesor senior yang harus butuh bertahun-tahun menciptakan satu beberapa obat atau hal berbahaya lainnya. Tidurnya hanya butuh satu minggu untuk eksperimen sendiri. Membuat tubuhnya menjadi lebih bertenaga. Hanya beberapa bulan.
"Jangan pikir kamu bisa menyentuhku. Aku tidak akan tinggal diam." ucap Angel. Tanpa banyak bicara lagi. Dia menyentuh leher belakang Aron. Lelaki remaja itu mulai terganggu penglihatannya. Tubuhnya mulai lemas. Dan, terjatuh tak sadarkan dirinya. Sementara cincin itu hanya bisa digunakan satu kali. Dia melepaskannya. Dan, memasukan ke dalam.kantong celana.
Pandangan mata Angel menajam. Dia melirik ke arah Selly. Dia merasa wanita itu sangat berbahaya jika ada orang yang tahu. Dia mengambil cincin kedua miliknya di saku. Memakainya. Dan, berjalan mendekati Selly.
"Tante, aku tidak salah!" ucap Selly. Dia menarik tubuhnya ke belakang. Angel dengan senyum sperir iblisnya. Dia tak peduli siapa di depannya. Selly memberikan sentuhan di kepala Selly. Remaja itu kejang seketika. Dan, tergeletak tak sadarkan dirinya.
Angel tersenyum sumringah saat semua misi sudah selesai. Saat ini, laki-laki itu akan mati dengan mudah jika dia tepat di bawah ke rumah sakit dalam 1 jam. Sementaara Selly, sudah di pastikan dua akan kehilangan ingatannya yang terbaru. Apa yang dilakukan satu hari ini.
"Tidak ada yang curiga lagi nantinya!" kata Angel. Dia melepaskan cincinnya. Dan, membuangnya sangat jauh. "Selamat tinggal kalian anak kecil. Hal seperti ini terlalu mudah bagiku." ucap Angel.