"Mereka terus ngejar kita?" tanya Ella. Dia menoleh ke belakang.
"Diamlah, duduk dengan tenang. Aku bisa mengatasi mereka." ucap Brian santainya.
"Tidak! Kamu tenang. Tetapi aku yang taruhan nyawa kak." saut Aron.
"Kalau kamu mau ajak aku mati. Lebih baik jangan . Aku masih muda. Belum punya suami. Aku juga masih mau punya anak." saut Ella. Dia memegang handle mobil tepat di atasnya Sesekali menatap ke arah spion mobilnya.
Brak... Brak...
Sreeekkk... Mobil itu minggir mobilnya berkali-kali Dia sengaja memberikan adu goresan body mobilnya. Tetapi, tangan laki-laki itu salah satu keluar dari pintu mobil Sembari menggoreskan pisau di body mobilnya.
"Turunlah! Jika kamu mau hidup." pekik Seorang dengan pakaian tinggi dengan badan penuh otot. Tetapi, dia tidak tahu bagaimana kemampuan Brian. Dengan senyum piciknya. Sama sekali laki-laki itu tak getar Dia begitu herannya. Membalikkan keadaan. Brian menenggor keras mobil di sampingnya dengan body mobilnya berkali-kali.
"Aku tidak akan pernah menyerah padamu Sampai kapanpun juga tidak akan pernah menyerah." ucap Brian penuh percaya diri.
Dia memang kecepatan mobilnya Tepat di depan mobil seorang tak di kenal itu. Dia melaju di zag. Hanya untuk ke kanan dan ke kiri. Menghalangi laju mobil di belakangnya. Lalu, menghentikan mobilnya sejenak tepat di depan mobil di belakang itu. Hingga kedua laki-laki di dalam mobil itu. Terbentur dashboard mobilnya.
"Makasih!" kata Brian. Dia mengangkat dua jarinya. Telunjuk dan jari manisnya, menyentuh ujung alisnya. Sembari menggerakkan ke depan.
"Hai.. Selamat tinggal!!" ucap Brian menakut-bakuti dia laki-laki yang menjeratnya. Dia terus melaju dengan kecepatan penuh. Melambaikan tangannya ke arah laki-laki yang ada di dalam mobil itu
Mobil melaju dengan kencang. Sesekali dia menekankan lagi mobilnya. Sengaja menabrakkan bomber belakang pada mobil yang mencoba untuk menyalipnya. Tanpa memberikan kesempatan. Brian, mempermainkan laju mobilnya. Pelan, dan lebih cepat. Suara tembakan yang begitu kerasnya. Brian mempercepat laju mobilnya. Lalu, menghilangkan jejak. Sebuah mobil putih itu terus mengikutinya. Ya, dia terus mengemudi dengan santainya. Menjalankan mobilnya.
"Pegangan yang kuat!" ucap Brian.
Brakkk!! Suara keras tabrak, mobil Brian di tabrak dari belakang. Lalu, mempercepat laju mobilnya. Setelah membuat mobil itu berhenti. Brian segera pergi tanpa jejak. Mempercepat laju mobil. Sementara mobil putih yang ditumpangi dua orang itu terlihat sangat parah. Mereka mencoba untuk menyalakan mesin mobilnya lagi tetap saja tak bisa.
"Brian... Hampir saja kamu membuat anak orang terbunuh sia-sia" kata Ella. Dia ketika menghela napasnya lega. Meski dirinya terus senam jantung di buatnya. Bahkan, napasnya hampir terhenti saat Brian mempercepat laju mobilnya. Bahkan dengan kecepatan melebihi rata-rata. Dia juga mengemudi zig zag menyalip beberapa kendaraan yang ada di depannya.
"Mungkin ini jalur cepat menuju ke surga." saut Aron yang dari tadi dia duduk di belakang. Dengan begitu santainya. Dia memegang handle mobil yang berada di atasnya. Wajahnya tampak begitu tegang. Berbeda dengan Ella. Yang lebih memilih memekakkan kedua matanya. Sekujur tubuhnya, terlihat kaku. Wajahnya mengerutkan menahan rasa gemetar tubuhnya.
"Benar yang kamu katakan." saut Ella.
"Tenang saja, aku ahlinya ini." Brian membanting stir mobilnya. masuk ke dalam sebuah yang kecil. Dia harus mengurangi kecepatan mobilnya.
"Gimana?" tanya Brian.
"Apanya?" jawab Ella.
"Sudah tenang sekarang?"
"Jantungku mau copot!" ucap Ella. Dia masih saja belum berani membuka matanya. Meski Brian mengurangi kecepatan mobilnya. Saat memasuki area perkampungan. Brian melirik ke belakang. Mobil itu sudah tak bisa menyalipnya lagi.
Brian, memasukan giginya lagi. Menambah kecepatan mobilnya. Keluar menuju ke jalan raya. Sontak mengejutkan Brian, sebuah truk yang melaju sangat kencang. Menghalangi tabrakan keras. Brian membanting setir memutar 180 derajat. Dan berhenti mendadak.
Sreeekkk...
Suara decitan rem yang begitu keras. Ban mobilnya mengeluarkan gesekan aspal yang membuat debu bertebaran dimana-mana.
Brak!
Mobil belakang Brian tertabrak truk yang melintas. Semua orang yang ada di dalam mobil hitam itu terpental ke depan. Ella, membentur dashboard mobilnya. Brian membentur stir mobil. Dan, Aron yang semula dia. Dia terlihat lebih pintar. Meletakkan banyaknya tepat di keningnya. Agar tak terlalu terbentur oleh mobil. Dia punya reflek cepat mengambil sesuatu.
Brian mengangkat tubuhnya kembali duduk semula. Terlihat keningnya mengeluarkan darah segar yang terus menetes. Sementara Ella. Dia tak sadarkan dirinya. Dengan luka memar di bagian wajah dan luka gores.
Brian mengerutkan keningnya. Dengan penuh keraguan. Dengan Brian mencoba menarik tubuh Ella yang terpental ke depan. Meski sabuk pengaman masih terpakai rapi di tubuhnya. Ella tak sadarkan dirinya, Brian menepuk wajahnya berkali-kali.
"Dasar lemah!" geram Brian. Dia segera mengeluarkan plester yang ada di dalam dasboar mobilnya. Memakaikan perlahan pada kening yang terluka.
"Sudah, bangunlah! Aku akan mengunci krvaiag mobilnya." ucap Brian. Menepuk tangan Ella berkali-kali.
"Apa aku sudah tidak ada?" tanya Ella lirih
"Sudah masuk surga belum?" tanya Aron yang lebih datar daripada yang lainya.
"Kita jangan lagi. Nanti aku bawa kamu ke rumah sakit." kata Brian. Dia menyalakan lagi mesin mobilnya. Memutar kembali ke jalan raya. Yang paling penting tidak berlawanan arah.
"Aron.. Kamu gak apa-apa, kan?" tanya Brian. Melirik dari spion mobil yang teras di atas kepalanya.
"Tidak masalah aku!" kata Aron.
"Oke, maaf!" ucap Brian. Mobil itu mulai berjalan pelan. Setelah memastikan tidak ada lagi yang mengikutinya
Brian menyentuh dahinya yang masih meneteskan cairan merah kental. Brian tetap saja mengemudi mobilnya. Dengan kepala yang masih terasa sangat pusing. Meski harus mengurangi kesempatan untuk makam. Meski hanya sebentar.
**
Sampai di tempat yang sudah dijanjikan oleh Alex. Brian menghentikan mobilnya. Sementara mereka belum sama sekali melihat mobil Alex dari sana. Seketika kedua matanya melebar. Saat suara polisi campuran dengan suara sirine pemadam api yang begitu kerasnya.
"Kita kenapa berhenti?" tanya Aron.
"Kamu bakat sekali membuat jantung orang rasanya mau keluar dari kerangkanya. Bahkan, hampir saja kita jadi makanan truk besar tadi." kata Ella. Dia terus menggerutu, menyalahkan apa yang terjadi pada Brian.
"Bentar! Kuta nunggu seseorang." Brian melipat kedua tangannya. Ke belakang kepalanya. Sembari duduk menyandar jok mobil. Dia menatap kedepan Dengan santainya.
Brian memejamkan matanya sejenak. Sembari menunggu. Sementara Aron yang duduk di belakang dia begitu santainya.
"Kita istirahat saja sebentar. Setelah itu kita lanjutkan nanti." ucap Brian.
"Memangnya kita mau kemana?" tanya Ella, yang masih memegang keningnya.
"Mau bertemu seseorang. Dan, sekarang lebih baik kamu diam saja. Karena aku juga sudah menyiapkan rencana untuk membalas semua orang tadi. Jangan khawatir mereka kana mengikuti kita." ucap Brian.
"Sekarang, kamu cepat susun senjata kamu." pinta Brian. Membuka matanya, Melirik ke arah Ella.
"Untuk apa?" tanya Ella bingung.
"Kita balas serangan mereka nanti." jawab Brian. Kedua kata mereka saling menatap. Kali ini terlihat tak ada percikan api permusuhan di antara mereka.