Siapa sebenarnya mereka

1032 Kata
"Tenang, aku gak nafsu menyentuhmu." pekik Brian, menarik sudut bibirnya tipis. Sebuah senyuman picik terukir di bibirnya. Ella mengikuti gaya bicara Brian dengan gerak gerik bibir dan tubuhnya. Seolah sengaja mengejek laki-kaki yang ada di depannya. "Basi" umpat Ella. "Kalau emang kamu gak mau denganku. Kenapa kamu malah menggodaku pagi-pagi gini." kata Ella. Menarik kedua kelopak matanya ke atas bersamaan. Sembari tersenyum tipis dengan tatapan mata menggoda. "Terlalu percaya diri." kata Brian. Menggelengkan kepalanya, menarik sudut bibir tipis. "Terus kenapa kamu datang kesini?' tanya Ella berkaca pinggang. Menatap ke arah Brian lekat-lekat. "Aku mau pergi, kamu harus ikut denganku dan Aron." kata Brian. Dia ingat jika dirinya janjian bersama dengan Alex temannya. Aron menoleh menatap ke arah Brian. "Kita pergi kemana, kak?" tanya Brian. "Ada hal penting yang akan di katakan oleh teman ku. Jadi, kita harus temui dia sekarang." kata Brian. Dia melirik tajam ke arah Ella yang masih berdiri di depan pintu dengan tangan kanan memegang pinggiran pintu. Menyangga tubuhnya. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Ella. Melebarkan matanya tajam. "Cepat ikut, jangan banyak drama lagi. Kalau aku membiarkan kamu ada disini. Kamu bisa saja kabur kapan saja." Brian meraih pergelangan tangan kanan Ella. Menariknya segera keluar dari kamar milik orang tua Aron. "Bentar! Kau harus mandi dulu. Setidaknya aku juga ganti baju dulu." Ella menarik tangannya, menciba untuk melepaskan tangannya dari cengkeraman Brian. Brian Mencengkeramnya sangat erat. Tanpa ada cela wanita itu bisa lepas darinya. "Ikut saja." pekik Brian. Dia terus menarik tangan Ella. Sementara Aron Dia hanya diam mengikuti Brian dan Ella dari belakang. Sikapnya yang dingin dan acuh tidak sama sekali tertarik dengan masalah orang dewasa di depannya. "Bentar! Tunggu lima menit saja. Berikan aku waktu mandi ganti baju." ucapnya memohon. "Tidak!" tegas Brian. Terus menariknya menuruni anak tangga. Berjalan keluar, menuju ke mobil yang sudah terparkir di depannya. "Aku tidak mau kamu pergi. Apalagi membiarkan wanita licik seperti kamu sendiri." "Licikan mana kamu atau aku." sela Ella. Menarik salah satu alisnya. "Entahlah!" jawab Brian. "Cepat ikut aku!" Brian membuka pintu mobilnya. Meski Ella terus mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Brian. tetap saja Brian bersikukuh tanpa mau melepaskannya sama sekali. "Baikkah aku akan nurut sama kamu. tapi lepaskan aku." kata Ella. Memutar tangannya, mencoba menarik tangannya berkali-kali. Tetapi tetap saja tidak bisa di tarik sama sekali. tenaganya dengan Alex jauh lebih besar Alex. "Aron, kamu masuklah ke mobil. Dan, duduklah belakang. Tidak apa-apa kan?" Tanya Brian, menoleh ke belakang menatap ke arah Aron yang sedari tadi terus menatap ke arahnya. "Tidak masalah" jawab Aron. Tanpa banyak menuntut banyak. Aron melangkah masuk ke dalam mobil. Disa duduk di jok belakang. sampai di dalam, Aron mengerutkan keningnya. dia menoleh ke belakang. terlihat jelas dari pandangan mata normal. Jika tidak ada kendaraan sama sekali di depan. Tetapi, bagi Aron dia merasa ada kendaraan yang sama. Melaju ke arahnya. Aron memejamkan kedua matanya. Membukanya perlahan, mencoba memastikan lagi apa yang dia lihat. Tetap saja dia melihat apa yang orang normal tidak melihatnya. "Masuklah!" Pinta Brian pada Ella. "Tidak" tegasnya. Aron yang sudah di dalam mobil sendirian mengerutkan keningnya dalam-dalam. Dia mencoba untuk memastikan lagi. tetapi katanya semakin melihat jelas meskipun kendaraan masih terlihat beberapa km sekalipun. "Kalau kamu gak masuk juga terserah kamu." Gerutu Brian. Dia melepaskan cengkeraman tangannya. Ella masih mengantupkan bibirnya beberapa senti. Wajahnya terlihat memerah memendam kekesalan. Dengan kedua tangan di lipat di atas dadanya. Kedua bola mata Ella melirik sekelilingnyaq. mengamati setiap pergerakan Brian. "Mau ikut tidak?" Tanya Brian dari dalam mobilnya, dia mencoba untuk memastikan lagi. Ella menatap ke arah rumah Aron. jika dia tidak ikut sama saja. Tidak ada yang menemaninya nanti. Apalagi kalau sampai kedua orang tua Aron datang. Dan, mereka menghantui dirinya yang ada di sana sendiri. Ella membayangkan hal itu di pikirannya. Wajahnya mengkerut. Dia bergidik takut membayangkan semuanya sendiri. "Kalau tidak mau, aku berangkat. Dan aku tak aman kembali lagi." Aron mengeraskan suaranya. "Eh.. tunggu! Baiklah aku ikut." Jawab Ella, langsung membuka pintu mobilnya, lalu melangkah masuk cepat. Dia duduk dengan posisi tegap. Meraih sabuk pengamannya. sembari menatap ke depan. Dengan bibir yang masih beberapa senti kedepan. Alex tanpa pedulikan Ella dia melaju dengan kecepatan tinggi pergi dari rumah Aron. Brian sengaja tidak memberi tahu mereka apa yang terjadi. bahkan dirinya juga tidak memberi tahu Aron jika dirinya bertemu dengan tekan yang tentang informasi penting. Dalam perjalanan, suasana tampak begitu hening. hanya hembsan AC yang menerpa tubuh mereka. Bahkan suara klasik musik mobil itu tidak terdengar begitu kertas. Sementara Aron, berbeda. Dia terus menoleh ke belakang memastikan tidak ada orang yang mengikutinya. Di pandangan matanya, dia melihat mobil itu perlahan mulai mendekat. "Aron kamu lihat apa?" Tanya Brian. Melirik dari kaca mobil yang berada tempat di atas kepalanya. "Kak kamu melihat ada mobil datang dari belakang?" tanya Aron. Brian melirik dari sepion mobilnya. Dia melihat sedikit ada mobil yang mencoba mengijutinya. perlahan kecepatan itu semakin tinggi menuju ke arahnya. "Sialan! Siapa itu?" Tanya Brian. Dia menginjak gas mempercepat laju kendaraan. Dan, pandangan mata terus tertuju pada jalan di depannya. kaki ini dirinya sudah bersiap untuk menunjukan skill mengemudi yang mungkin bisa mengantarkan nyawa seseorang begitu mudahnya. "Kalian semua pegangan." Kata Brian. Ella menoleh, dia melihat sebuah mobil yang tak begitu asing di matanya. "mobil siapa itu?' tanya Ella dalam hatinya. "Sepertinya aku pernah tahu. Tapi siapa?"lanjutnya. kedua matanya tertuju pada plat nomor mobil yang terlihat jelas tak jauh dari pandangan matanya. "Kamu kenal?" Tanya Brian. melirik dengan tatapan aneh pada Ella. Dia terus mengawasi setiap gerak gerik mencurigakan darinya. meski kedua matanya fokus pada jalan di depannya. "Tidak!" Jawab Ella. "Oo.. Atau jangan-jangan kamu yang beri tahu mereka!" Tanya Brian. melirik tajam ke arah Ella. "Apa yang kamu katakan. Emang gimana cara aku bisa beri tahu temanku. Semua alat komunikasi kamu yang bawa. hanya sisa baju yang aku pakai ini sekarang." Jawab Ella kesal. "Aron, pakai sabuk pengaman. Dan, pegangan sangat erat." pinta Brian. Selang beberapa lama, suara tembakan terdengar begitu keras tepat samping mobilnya. Dor ... Dor . tembakan bertubi-tubi mengenai mobilnya. Brian mempercepat laju mobilnya. Dia bermain zig zag menghindari tembakan yang terus mengarah ke mobilnya. "Shit.." umpat kesal Brian. Dia membanting setir mobilnya, memutar mobilnya. Kembali ke arah rumah Aron. Mobil di belakangnya terus mengikuti setiap laju mobil Brian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN