Penelitian zombie

1180 Kata
"Kak Brian, gimana?" tanya Aron. Dia melihat Brian berjalan ke arahnya. Dengan pandangan mata was-was menatap sekelilingnya. "Aman!" ucap Brian. "Ada apa kamu ingin bicara denganku?" tanya Brian. "Kak Brian tahu caranya membaca ini?" tanya Aron. Dia mengeluarkan sebuah buku yang ada di balik bajunya. Memberikan pada Brian. Kedua mata Brian menyipit. Dia menatap buku yang terlihat sangat lusuh. Sepertinya buku itu sudah sangat lama. Dengan warna yang bahkan sudah memudar. "Ini punya kamu?" tanya Brian. Mengambil buku itu dari tangan Aron. Dia membukanya buku itu cepat. Lalu, menutupinya kembali. "Itu buku dari ayahku. Sebelumnya dia memberikan ini padaku. Aku tidak tahu apa itu. Tapi, ayah hanya bilang. Jika suatu saat berikan pada orang yang paham tentang ini. Dan, jika kamu ingin belajar. Maka pelajarilah ilmu ini pada orang yang paham." jelas Aron. Mengingat semua apa yang di katakan ayahnya. Masih tersimpan jelas di otaknya. Brian terdiam sejenak. Di membuka lagi buku itu. Tepat di halaman pertama. Beberapa rumus kimia yang sulit di menteri olehnya. "Ini?" Brian memicingkan matanya. Dia terlihat mulai terlihat sangat kebingungan. Brian menghela napasnya. Sembari menggelengkan kepalanya. "Aku tidak paham dengan rumus ini." kata Brian. "Tapi, tenang saja. Aku akan bantu kamu. Sepertinya ini adalah ramuan kimia yang dibuat oleh ayah kamu. Dan, dia memberikan padamu untuk meneruskan penelitiannya." kata Brian. Aron mengerutkan keningnya bingung. "Tapi, aku tidak pernah diajarkan oleh ayahku hal itu. Semua pengetahuan aku mengingatnya. Kecuali ini. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara melakukan penelitian." jelas Aron. Dia masih terlihat kebingungan. Wajahnya tetap saja datar. Tidak pernah berubah sama sekali ekspresi di wajahnya. Bagi remaja seukuran dia. Merasa begitu lugu jika harus mengetahui hal yang belum saatnya dia tahu. Pantas saja dia tidak paham dengan apa yang ditulis ayahnya. Brian melihat sekelilingnya. "Kamu mau kemana?" tanya Aron. Menatap ke arah Brian yang berjalan menuju ke tempat dimana Aron beberapa tahun terakhir tidur. Tetapi tempat itu Bahkan sudah hancur berantakan. Kekuatan Aron menghancurkan untuk kedua kakinya. "Kemarilah!" pinta Brian. Dia melambaikan tangan pada Aron. Remaja itu tampak diam. Dia berjalan tanpa pertanyaan keluar dari bibirnya. Tepat di markas kedua badan intelijen. Beberapa masih belum pulang ke rumahnya. Mereka semua masih dalam penyelidikan misi. Dan, ada beberapa yang memang sengaja tidur di markas. "Panggil Jack kemarin." pinta John pada Alex. Teman Brian yang membantu Brian untuk kabur dari markas itu. "Baik!" Alex, segera pergi memanggil Jack yang kebetulan dia berada di markas itu untuk menyelidiki sesuatu. Bahkan, profesor masih berada di ruang bawah tanah. Untuk membuat ramuan uji coba yang sempat hilang kemarin. Entah apa bisa semanjur kemarin atau tidak. Kali ini, Dia hanya memberikan beberapa. "Ada apa mencarimu?" tanya Jack pada Alex, belum sempat Alex memanggil namanya. Dia Bahkan sudah tahu kedatangannya lebih dulu. Jack yang berada di ruangannya. Duduk santai sambil menyilangkan kedua kakinya. Dia memutar kursi, mengangkat kedua kakinya, selunjur di atas meja. "Boss mencarimu." kata Alex datar. Jack menarik sudut bibirnya sinis. "Kenapa dia mencariku. Apa dia tidak percaya dengan cara kerjaku?" tanya Jack. Menarik salah satu alisnya ke atas. "Boss tidak bilang masalah apa. Lebih baik kamu pergi dan tanyakan sendiri padanya." jawab Alex. "Aku hanya memberi tahu tentang itu. Selebihnya, terserah kamu. Mau datang menemuinya atau tidak." lanjut Alex. Dia membalikkan badannya. Melangkahkan kakinya pergi. Sialan, memangnya dia siapa. Berani sekali dia bicara seperti itu padaku." kata Jack kesal. Dia memastikan rokok yang sedari tadi menyala di tangannya. Bahkan belum sempat dia hidup sama sekali. Jack bangkit dari duduknya. Dia tak mau cari masalah lagi. Dia segera melangkah pergi menemui John di ruangannya. Sementara Alex, dia tidak kembali ke ruangan John. Laki-laki itu tidak sengaja menemukan seorang profesor yang masuk ke dalam gudang. Merasa sangat curiga dengannya. Alex mengikuti setiap tetap langkah laki-laki tua itu. Laki-laki tua itu menatap was-was di sekelilingnya. Segera Alex bersembunyi di balik dinding tepat di pojokan. Dia mengintip lagi kemana perginya profesor itu. Setelah berhasil masuk ke dalam gudang. Alex segera berlari menuju tepat di pintu gudang. Dia mengintip dari pimpinan kecil di pintu. Kedua matanya melebar sempurna. Saat melihat sebuah tempat rahasia tersimpan di sana. Setelah tempat itu perlahan tertutup. "Alex, menatap sekelilingnya. Wajahnya masih terlihat sangat pucat. Antar gugup dan takut jika ada orang lain yang tahu tentang hal itu. Alex melihat sekelilingnya. Merasa sudah aman, dia membuka pintunya perlahan. Agar tidak menimbulkan suara yang membuat gaduh orang yang mendengarnya. Dengan langkah sangat pelan. Alex berjalan masuk ke dalam gudang yang sangat berantakan, kotor, banyak tikus yang melintas, sarang laba-laba menjalar dimana-mana. Debu yang bertentangan. Dan, lantai yang penuh dengan debu yang sudah menebal. Suasana gudang juga sangat gelap tanpa ada penerangan sama sekali. Alex mencoba membuka pintu yang menghubungkan ke ruang bawah tanah. Dia tahu saat mengamati laki-laki tua yang masuk dari tempat yang sama. Alex, dengan sangat hati-hati. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Masih sama seperti di gudang. Lorong masuk ke dalam itu sangat gelap. Bahkan, Alex harus memegang pinggiran dinding agar bisa berjalan lurus ke depan. Sampai di sebuah ruangan yang terlihat ada cahaya lampu. Meski tidak terlalu terang. Hanya minum cahaya. Ada beberapa zat kimia yang berserakan dan bahkan beberapa zat kimia yang tertata rapi di sana.. Alex mengerutkan keningnya. Dia mengamati setia dinding yang ada di sana. Merasa sangat penasaran. Dia mengambil ponselnya. menyalakan flash ponselnya. Dan, benar dugaannya. Dia melihat beberapa rumus kimia yang terpasang di sana. "Apa ini?" gumam Alex. Tak mau menyia-nyiakan anaknya yang nekat masuk ke dalam. Dia mulai memfoto beberapa rumus kimia itu. Dan, segera memasukan kembali ponselnya. Sebelum orang tua itu tahu keberadaannya. "Beberapa tabung untuk bahan penelitian. Lorong, buret, pipet, batang pengaduk, beaker glass. Semua macam perlahan di laboratorium kecil di depannya itu sangat lengkap. Meski alex tidak tahu tentang kimia. Setidaknya dia pernah tahu semua peralatan yang dipakai untuk penelitian. "Apa yang harus aku lakukan" tanya Alex pada dirinya sendiri. Merasa sangat panik. Alex tak mau ikut campur lagi. Dia segera berjalan keluar dari sana. Sebelum, ada orang yang datang lagi nantinya. Tetapi langkahnya terhenti saat dia tak sengaja melihat beberapa rak yang sudah di tuliskan beberapa penilaian. di sebuah tabung kecil, mereka menutupinya. Bahkan sudah memberikan nama berbagai fitur yang di ciptaannya. Alex mengambil salah satu yang terlihat aneh dari yang lainya. Beberapa obat yang di masukan ke dalam kotak kecil. Dengan bertuliskan nama Flakka di atasnya. Merasa sangat curiga. Alex membuka ponselnya, dia mencari tahu artikel tentang Flakka. Hingga dia membuat manusia berubah menjadi zombie di dunia nyata. Meski bagi Alex terasa itu tidak mungkin dan sangat mustahil. Flakka atau yang disebut dengan obat zombie ini bisa mempengaruhi orang dengan cara yang mengerikan. Dari yang di baca oleh Alex di internet tadi. Obat ini bisa memberikan efek ketagihan, menyebabkan episode psikotik. Seperti zombie bahkan membuat manusia menjadi kanibal. Bahkan juga bisa menghancurkan sel otak pada orang yang memakainya. Bahkan, bisa membuat orang itu kehilangan kesadarannya. "Zombie?" Alex terdiam sesaat. Dia segera memasukan obat itu ke dalam saku celananya. Dengan segera dia pergi dari sana. Brak! Tak sengaja Alex menabrak rak yang ada di depannya. "Siapa itu!" teriak laki-laki tua." "Sialan! Alex ketahuan." kata Alex Dia segera berlari menuju ke lorong. Dan, beranjak keluar dari lorong itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN