Rencana apa

1087 Kata
"Apa dia tidur disini?" Ella, memegang knop pintu. Memutarnya, perlahan mendorong pintunya ke dalam. Hingga terbuka sedikit demi sedikit. Dia menekankan langkahnya berjalan mengendap-endap masuk ke dalam kamar yang tampak sangat gelap. Tidak ada penerangan sama sekali di sana. "Kenapa gelap sekali." gerutu Ella lirih. Dia menggerakkan kedua matanya ke seluruh penjuru ruangan. Kedua matanya mengkerut saat dia tak melihat seseorang di dalam kamar itu. "Eh.. Kemana dia?" tanya Ella. Dia menggerutu kepala belakangnya yang tak gatal. Dia menoleh ke belakang. Memutar tubuhnya. Melihat sekelilingnya. Tidak ada sama sekali orang di sana. "Eh.. Dia menghilang?" ucap Ella. "Bukanya dia tadi dia tidur disini? Kenapa dia tiba-tiba tidak ada? Aneh!" Ella berjalan mengendap-endap menuju ke balkon kamar yang terbuat dari kayu. Dia berjalan pelan. Dia mengerutkan matanya saat melihat sosok Brian berada di sana. Sembari menatap ke bawah. Melihat rumah yang kecil yang sudah hancur di bawah. Ella, mengerutkan bibirnya. Dia melirik sekilas kebawah. Lalu, melangkah mendekati Brian. "Aron.. Sebenarnya rahasia apa yang dia simpan." kata Brian. Dia membalikkan badannya. Spontan dia terbongkar dari tempatnya. Saat melihat sosok wanita tepat di belakangnya. Melayangkan senyuman tipis. Dengan Rambut yang terurai panjang. "Aaiisss... Apa yang kamu lakukan?" tanya Brian. Sembari memegang dadanya. Detak jantungnya berdebar sangat kencang. Hampir saja jantungnya keluar dari kerangkanya. Keringat dingin mulai menetes dari keningnya. "Sialan!" umpat kesal Brian. "Kenapa?" tanya Ella bingung. "Kamu sudah gila jalan-jalan masuk ke kamar orang?" pekik Brian. Dia mengerutkan kedua matanya tajam. "Oo.. Jangan-jangan kamu mau cari kesempatan tidur denganku?" tanya Brian. Berjalan pelan, melekatkan pandangan matanya. Menatap wajah Ella yang kebingungan. Dia terus melangkah ke belakang. Dengan pandangan mata was-was. Bersiap jika Brian akan melakukan hal gila padanya. "Kamu sudah menyentuhku." ucap Ella. "Siapa yang menyentuhmu. Ogah!" geram Brian. "Pergi, aku mau tidur." ucap Brian. Mengeraskan nada suaranya. "Jangan coba dekati aku." lanjut Brian. Ella memicingkan matanya. Dia mengerutkan matanya berkali-kali. Mendengar ucapan Berkembang terasa gatal di telinganya. "Bentar! Bentar! Apa yang kamu katakan tadi?" tanya Ella. "Apa?" kentus Brian. "Apa yang kamu katakan? Memangnya siapa yang mau goda kamu. Eh.. Aku kesini mau memastikan saja jika benar kamu tidur. Setidaknya aku bisa bernapas lega bisa tidur di luar sendiri. Tanpa ada yang ganggu." kesal Ella menjelaskan. "Kau kesini, mau bilang kenapa kamu tidak lagi pedulikan aku. Kalau aku keluar gimana? Kalau aku pasang gps gimana?" tanya Ella. "Terus kalau aku diam-diam menghubungi orang gimana?" Brian membalikkan badannya lagi. Berjalan mendekati Ella. Ella yang gugup, dia berjalan mundur. Hingga punggungnya menyandar di dinding belakang. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Ella. "Jangan kurang ajar!" geram Ella. Dia hampir saja menendang barang milik Brian. Spontan Brian memegang kaki Ella. Jemari tangan yang menyentuh setiap ujung kaki Ella. "Kamu pikir aku tidak bisa berbuat lebih. Jika kamu mau seperti ini. Maka aku akan melakukannya." "Dasar laki-laki tidak waras." gerutu Ella. "Siapa yang tidak waras. Kamu atau aku?" tanya Brian, menarik salah satu alisnya. Dengan kedipan mata menggoda. "Sekarang, yang masuk kamar diam-diam siapa?" tanya Brian. "Ini kamar laki-laki, kenapa kamu tiba-tiba masuk ke kamarku?" Lanjut Brian. "Ini bukanya kamar orang tua Aron?" tanya Ella, membalas tatapan Brian. "Aron yang meminta kamu tidur disini bukan kamu. Paham!!" Brian mendekatkan wajahnya, tangan kiri menurunkan kaki Ella. Giliran tangan kanan, memegang dagu Ella. Mendekatkan wajahnya perlahan semakin dekat. Hanya berjarak beberapa sentuh bingung mancung mereka saling menyatu ujungnya. Kedua mata Brian dan Ella saling menatap lekat. Penuh dengan kebencian di antara mereka Hembusan napas mereka saling beradu satu sama lain. Wajah Ella terlihat begitu pucat. Dia mencoba untuk tetap tenang. Tanpa Brian sadari. Wanita itu mengeluarkan sesuatu dari balik lengan jaketnya. Sebuah pisau kecil. Yang dia putar dengan tangannya. Menodongkan tepat di perut Brian. "Kamu yang biasa meremehkanku. Sekarang, kamu terpojok olehku" Brian melirik ke bawah. Bukanya takut, laki-laki itu menarik sudut bibirnya tipis. Sembari mendekatkan bibirnya tepat di telinga kanannya. Berbisik pelan padanya. "Memang kamu pikir aku pembunuh biasa?" Kedua mata Ella melebar sempurna. Dia mengerutkan bibirnya. Dengan begitu cepatnya. Brian menepuk punggung tangan Ella yang masih menganggap pisau kecil. Hingga pisau itu terjatuh. Brian, memegang punggung tangannya, ibu jari menekan ibu jari tangan Ella. Lalu, memutarnya berlawanan arah. Hampir saja mematahkan tangannya. "Lepaskan!" pekik Ella. Dia meringis menahan rasa sakitnya. Brian semakin menarik tangannya ke atas. "Berhenti! Maaf, aku salah." kata Ella, dia tak tahan menahan rasa sakitnya. Tangannya hampir saja dipatahkan olehnya. "Jika kamu ingin jadi wanita tangguh. Berlatihlah bela diri. Banyak macam bela diri. Untuk menjadi agen khusu tidak diperlukan skill membunuh saja. Tetapi, harus melawan. Jika ada seorang musuh yang jauh di atas kamu." kata Brian. Dia melepaskan tangan Ella. Ella segera menarik tangannya. Dia memegang tangannya yang masih terasa sakit. Menggerakkan tangannya sebentar. Memastikan jika tangannya masih utuh. "Tanganku gak patah?" ucap Ella lirih. Dia memutar tangannya. Merasakan pergelangan tangannya masih sakit. "Pergilah dari sini!" pinta Brian. Ella menguntupkan bibirnya. Dia menarik sudut bibirnya sinis. Memutar matanya malas saat melirik wajah Brian. Brian bahkan tidak menatap ke arahnya sama sekali. "Aku percaya kamu tidak akan membocorkan semuanya. Kamu pasti bisa jaga rahasia. Jadi, aku biarkan kamu sendiri di luar. Meskipun kabur juga. Kamu tidak akan bisa." Ella mengerutkan keningnya. Dia tertegun sejenak mendengar ucapan Brian. Kenapa dia percaya padaku? Bukanya aku pernah hampir membocorkannya? Aneh, dia jadi baik padaku sekarang. Ella masih bingung dengan sikap Brian yang berubah ubah. "Kunci mobil mu aku yang bawa. Dan, semua ponsel dan laptop serta flashdisk kamu ada di tanganku. Termasuk gps yang kamu punya." kata Brian. Dia menoleh ke arah Ella. "Jika kamu mau tidur disini silahkan. Aku akan tidur di luar." kata Brian. Dia melangkahkan kakinya pergi. Setiap langkahnya, laki-laki itu masih memasang wajah datanya. Dia Bahkan tidak menatap ke arah Ella. Hanya beberapa kata yang diucapkan. Ella masih terdiam seperti patung. Saat mendengar suara pintu tertutup. Seketika Ella mulai sadar. Dia melangkah menatap ke arah pintu. "Ada apa dengan laki-laki itu?" tanya Ella bingung. "Tapi, jika memang dia sengaja biarkan aku tidur disini. Aku merasa sangat lega. Akhirnya bis! tidur nyenyak." kata Ella. Dia melangkahkan kakinya segera mendekati kamar tidurnya. Ella menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Dengan segera membaringkan tubuhnya. Tanpa memikirkan Brian yang saat ini tidur di luar menggantikannya. Brian berjalan menemui Aron yang ada di luar rumah. Ternyata Aron sudah menunggunya dari tadi. Karena kamar orang tua Aron punya balkon yang menghadap ke kanan. Aron menunggu Brian di kiri rumahnya. Sebelumnya semua sudah direncanakan oleh Aron dan Brian. Kerja sengaja memancing Ella untuk naik ke atas agar mereka bisa berbicara berdua. Entah apa yang akan dibicarakan oleh Aron. Sepertinya pembicaraan serius yang tidak mau di dengar oleh orang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN