"Sesuatu apaan?" tanya Brian semakin bingung dibuatnya. Alex bahkan tak tahu apa yang dikatakannya.
"Lupakan saja!" kata Alex.Dia mengangkat tangannya tepat ke atas wajahnya. Sembari mengibarkan tangannya kedepan. "Jangan sampai ada orang yang tahu tentang ini. Jadikan ini pertemuan rahasia. Berbeda dengan di panggung yang terus harus tampak sangat profesional di depan semua orang." jelas Brian.
"Jangan sampai juga Jack atau John tahu kamu masih berteman denganku. Biarkan saja berekspektasi sesuai dengan keadaan kalian." ucap Brian. Dia menepuk bahu Alex dua kali.
"Kita tegak akan jadi teman. Meski sudah tidak tinggal disana lagi." ucap Brian. Melayangkan senyuman tipis.
"Kamu berapa hari disini. Jangan sampai kamu tidak kembali lagi. Banyak yang harus kamu selesaikan juga." kata Alex.
"Aku hanya ingin melindungi Aron. Itu saja. Sekarang banyak kembali yang akan mengincar dia. Banyak uang akan menjadikan dia kelinci percobaan." jelas Brian. Dia menarik napasnya dalam-dalam.
Aku akan bantu kamu dari jauh." kata Alex. "Memangnya apa yang spesial darinya hingga dia diperlakukan lebih. Bahkan, aku saja tidak pernah diperlakukan seperti itu. Mereka semua tidak kana mencarimu jika aku hilang sekaligus " Alex mengerutkan bibirnya.
"Maksud kamu tadi. Kamu pikir aku yang merencanakan semuanya?" tanya Brian, melirik tajam ke arah Alex. Kedua mata mereka saling bertemu dengan wajah polos mereka saya tak paham satu sama lain.
"Bukan! Bukan! Aku sama sekali tidak berniat seperti itu." Alex mencoba menyakinkan Brian.
"Mending urus saja masalah apa yang kamu temukan. Lagian mereka akan mencari dan tidak akan tinggal diam."
"Itu pasti. Bahkan mereka berencana membunuhku. Dia juga berhak untuk mendapatkan semuanya. Aku tidak akan mengalah sama sekali." jawab Alex. Dia mencengkeram sangat erat setir mobilnya. "Ini adalah tugas negara. Aku sama saja melindungi negara."
"Virus itu sangat berbahaya. Bahkan dia melukai remaja seperti Aron. Entah apa yang mereka pikirkan. Demi rencana busuk mereka. Mereka menghamburkan semua uang yang ada hanya ubguk melukai semua orang."
"Intinya sekarang. Kita fokus bagaimana kita melakukan tugasnya. Halangan apapun pasti ada." jawab Brian sok bijak dengan suara yang berirama.
"Aku boleh tanya?" ucap Alex.
"Tidak masalah jika kamu memang mau tanya. Aku juga tidak masalah!" kata Brian.
Alex terdiam, dia mencoba mengingat kembali apa yang ingin dia katakan sedari tadi. Meski harus menunggu momen yang tepat untuk bertanya padanya.
"Siapa yang kamu bawa tadi?" tanya Alex.
"Aku juga tidak kenal. Kita baru ketemu dua hari yang lalu." Ucap Brian. "Ada apa? Apa kamu kenal dengannya?" Brian menghentikan laju mobilnya di bahu jalan.
"Aku sepertinya pernah bertemu dengannya. Tapi, dimana?" tanya Alex. Dia mengerutkan kedua matanya. Tangan kanan memegang kepalanya. Mencoba mengingat tentang wanita yang bersama dengan Brian.
"Kenapa dia bisa sama kamu?" Alex mengangkat kepalanya. Menatap ke arah Brian. Jemari tangannya meraih ponselnya yang sengaja dia letakkan di dalam dashboard mobilnya.
"Sepertinya kamu kenal dengan dia. Jika dia ternyata adalah anak jauh dari Jack."
Alex memincingkan salah satu matanya. Dengan kepala sedikit merendah menatap Brian tak percaya.
"Dia bahkan mencoba membunuhku." jelas Brian.
"Membunuh?" Alex masih terlihat bingung dengan apa yang Brian katakan.
"Apa yang kamu katakan?" tanya Alex lagi.
"Dia seorang pembunuh bayaran. Sekaligus sniper mematikan. Dia datang menemuiku hanya karena ingin memata-matai aku di sini."
"Kamu yakin?"
"Sangat yakin!" tegas Brian.
"Ada hal yang membuat aku yakin. Tetapi, aku tidak bisa ceritakan padamu. Nanti kamu juga akan tahu." kata Brian. Alex hanya diam, Tanpa menjawab apa yang dikatakan Brian. Dia hanya diam memberikan ponselnya pada Brian.
"Lihatlah!" ucap Alex.
Brian dengan penuh ragu. Dia memegang ponsel Alex. Perlahan mulai membuangnya. Kedua matanya tertuju pada sebuah tulisan yang ada di layar ponsel Alex.
"Ini Flaka?" tanya Brian.
"Iya... Aku hanya tunjukan fotonya. Karena aku tahu, sekarang banyak yang mengincarku. Apalagi kemarin, sniper hebat menciba menembus apartemenku" ucap Alex, kedua tangannya mencengkeram setir mobilnya. Tanpa menjalankan mobil itu. Dia bersandar di samping kaca jendelanya.
Sembari menghela napasnya berkali-kali. Laki-laki itu mencoba untuk menenangkan hati dan yg pikirannya. "Istirahat saja dulu. Mereka tidak akan mengejar kita sampai disini." kata Alex. suara lembut Alex seolah menghias dirinya. Perlahan wajah Alex mulai menghadap ke depan. Pandangan mata tertuju pada jalanan yang ada di depan nya. Bibir sedikit terbuka, gigit menggigit ujung jari ibu dari pacarnya. Dengan badan sedikit tertunduk.
Al3x dirinya memikirkan sesuatu. Entah apa yang di rahasianya oleh ya. beberapa menit dia hanya diam. Sementara Brian masih duduk memejamkan matanya. Dengan kepala mengantar di ujung kursi dan pinggiran mobil. Nafa sudah mulai terpejam. Sembari terus mengatur napasnya yang masih terlihat sangat berantakan.
"Kamu ingat tentang dia tidak?" tanya Brian.
"Aku tidak ingat sama sekali." kata Alex. "Aku tahu banyak yang ingin mengincar dia sekarang." kata Alex.
"Mengincar dia?" kedua mata Brian melebar sempurna.
"Bentar, Aron... Dia sekarang dengannya. Gimana kalau dia di culik olehnya." Wajah Brian semakin panik.
"Tenang! Tenang, jangan terlalu panik. Kita lebih paham medan ini kan dari mereka." ucap Alex.
"Kita harus balik mencari Ella dan Aron. Dia sangat penting. Apalagi mereka kunci utama dalam misi aku sekarang." kata Brian.
Alex segera duduk tegap. Kedua mata mulai fokus kembali pada jalanan di depannya. Dia mencengkeram sangat erat. Mencoba untuk mulai fokus lagi ke depan.
"Pegangan. Aku akan tambah laju mobilnya. Lebih baik aku antar kamu kembali ke rumah. Dari pada kita disini banyak yang mengincar nyawa mereka. Suara rahasia yang hanya di ketahui oleh dua orang yang ada di dalam mobil itu.
**
"Aron.. Kamu yakin baik-baik saja?" tanya Ella, melirik ke belakang. Dia memegang kepala Aron.
"Jangan sentuh aku!" kata Aron. Tanpa melirikku ke arah Ella sama sekali. Pandangan matanya melihat sekelilingnya. Dengan tangan memegang gigi mobil. Bersiap untuk menarik gigi ke depan. Dan, melaju dnegan kecepatan tingginya. Dia memutar mobilnya. Putaran mobil yang 45 derajat menimbulkan bunyi dencitan mobil sangat keras. Terngiang ke dalam telinga mereka.
Cittt....
Sreeekkk.. B
"Kamu mau ajak aku mati?" tanya Aron. Dia memegang handle mobil bagian atasnya. Apakah hari ini aku bisa pergi." tanya Alex,.
"Diamlah lebih dulu. Aku mau bantu kamu cari seseorang."
"Brian sudah dewasa. Dia juga pasti akan kembali ke rumah sendiri nantinya. Lupakan saja mereka. Dan, perbarui sana hatimu. Kamu terlihat sangat berbeda saat seperti ini." Rayu Aron. Dia bukanya tersenyum, Aron meningkatkan semua tujuan yang aku jalani saat ini.
"Aku harus segera melakukan tugaskan adu ini entah sejak kapan aku melakukan tugasku. Aku harus terperangkap disini jawab Ella. Dia begitu