The misterius guy (Pria yang penuh misteri)

2015 Kata
"Bagaimana hari pertama kalian di sekolah?" tanya Kathy ketika anak-anaknya sudah berada di dalam mobil. "Tidak buruk, hanya saja mereka terlihat agak aneh," sahut Natalie sambil mengangkat kedua bahunya. Sang ibu mengerutkan kening. Baru kali ini ia mendengar Natalie tidak semangat berada di lingkungan baru, biasanya kalimat seperti itu, Terry lah yang mengatakannya. Kathy kini melirik Terry yang nampak santai menatap ke luar jendela. "Bagaimana denganmu, Terry?" tanya Kathy. "Bagiku semua sama saja. Baik di New York ataupun di Woodstock, semua sama-sama menyebalkan! Hanya satu saja temanku untuk saat ini ... Louisa. Kebetulan sekali bahwa dia juga tetangga kita," sahut Terry sambil tersenyum. "Louisa?" Kathy mengerutkan keningnya. "Yeah, dia gadis yang cantik, dia sangat baik padaku dan keliatannya kami bisa menjadi sahabat," sahut Terry senang. Natalie ikut tersenyum mendengar bahwa Terry sudah memiliki teman baik. Baginya itu cukup melegakan. "Natalie, apakah kau sudah bertemu dengan Dennise Rodman?" Terry tiba-tiba bertanya. "Hm? Kenapa kau menanyakan hal itu?" tanya Natalie dengan ekspresi tidak tertarik. "Yeah, aku dengar dia pria yang sempurna, tetapi banyak yang tidak berani membicarakannya secara terang-terangan. Mereka bilang, Dennise Rodman memiliki herder betina yang galak. Wajahmu akan dicabik-cabik dengan sempurna jika kau berani mendekati Dennise," ujar Terry antusias. "Kalau begitu, sebaiknya kau tidak membicarakan dirinya," sahut Natalie cuek. "Huh! Kau ini tidak asyik sekali! Bukankah kau seharusnya ingin tau juga, pria seperti apa yang dijaga herder betina seperti itu. Hey, apakah kau juga tau, bahwa teman satu kelasku, tidak ada yang berani menyebut nama herder tersebut, mereka bilang, telinga wanita itu menempel di seluruh tembok sekolah, ia bisa mendengarmu ketika kau menyebut namanya." Terry dengan semangat bercerita. "Apakah namanya Regina?" tebak Natalie. "Wahh! Kau sudah tau? Ckck ... kau benar-benar hebat, Natalie!" Terry nampak terkejut mendengar kakaknya dengan berani menyebut nama yang dirahasiakan itu. Natalie mengangkat bahunya sambil menatap jendela. Ia tidak percaya bahwa nama Regina ternyata begitu dianggap sakral sehingga tidak ada satu orang pun yang berani menyebutnya, termasuk sang adik. "Ckck!" Natalie tanpa sadar berdecak sambil menggelengkan kepala. "Kau kenapa, Natalie?" tanya Terry. "Tidak papa, hanya mengagumi keindahan pemandangan saja!" elak Natalie sambil terus menatap jendela. "Ohh ...." Mereka tiba di rumah dan langsung menuju ruang makan. Disana, hidangan makan siang sudah tersedia dengan masakan kalkun kesukaan mereka. "Wah, Mom! Dalam rangka apa kau memasak ini?" Terry nampak bersemangat. "Bukankah kita baru saja pindah rumah, sudah seharusnya jika peristiwa ini harus dirayakan, bukan?" Sang ibu tersenyum singkat. Melihat kedua anaknya mengambil potongan daging itu banyak-banyak, Kathy terlihat puas. Mereka semua makan dengan lahap sambil menceritakan aktifitas mereka di hari pertama sekolah. Terry masih saja membahas tentang Dennise dan juga Regina, membuat Natalie malas menjawab. "Berhentilah membahas tentang sepasang kekasih itu, Terry. Sebaiknya kita mengurus urusan kita sendiri," ujar Natalie. "Aku sangat penasaran, Natalie. Apakah Regina sangat cantik? Aku heran, bagaimana Dennise bisa bertahan dengan wanita yang disebut dengan herder?" Terry masih saja ingin tau. Natalie memutar bola matanya, ia memilih untuk tidak menjawab dan segera menyelesaikan makan siangnya. Rasa penasarannya terhadap hutan itu, sangat kuat. Kenapa semua orang mencegahnya masuk ke sana. Dan, binatang apa yang semalam telah menyelamatkannya? "Natalie, apakah tugas sekolahmu banyak hari ini? Jika tidak, aku ingin kau menemaniku berbelanja di swalayan." Kathy yang melihat anak sulungnya sudah hendak pergi segera mencegahnya. "Ehm, aku ada urusan sebentar, Mom. Maaf tidak bisa ikut denganmu." Natalie mengatupkan kedua tangannya di depan dadà dengan ekspresi penyesalan. "Ohh, kau ternyata sudah cukup sibuk di hari pertama sekolah, hm?" Kathy tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Yeah, begitulah." Natalie meringis. "Baiklah, kalau begitu aku akan mengajak Terry saja," ujar Kathy sambil menatap Terry yang masih àsyik makan. "Ak-aku? Maaf, aku juga tidak bisa, Mom! Aku harus pergi ke rumah Louisa, ada tugas penting hari ini!" elak Terry. "Wow! Kalian berdua nampak sibuk semua, ya? Baiklah, aku akan pergi sendiri saja kalau begitu!" Kathy kembàli tersenyum. Yeah, ia mengerti bahwa anak-anaknya sudah remaja. Sudah mulai memiliki dunianya sendiri. Jika dulu mereka sangat senang diajak ke swalayan dan menunjuk semua makanan yang mereka suka, kini kedua putrinya itu lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama dengan teman mereka masing-masing. Yah, baiklah! Tidak masalah. Masa remaja memang seperti itu. Sama seperti dirinya dulu. Terry sudah selesai dengan makanannya dan ia pun membereskan semuanya lalu masuk ke kamar. Sementara Kathy segera menjalankan kesibukannya sendiri. Sepeninggal sang ibu, Natalie keluar kamar dan bergegas keluar. "Hey, Nat!!" Terry yang mendengar langkah sang kakak yang terburu-buru segera membuka kamarnya dan dengan langkah cepat mengejar Natalie. "Ssst! Ada apa, Terry? Mobil mom masih di garasi! Jangan sampai mom curiga dan dia malah memaksa kita ikut!" Natalie menunjuk garasi yang baru terbuka. "Aku hanya takut kau pergi sendiri ke hutan! Aku tidak mau kau meninggalkanku sendiri di sini!" bisik Terry. "Bukànkah kau bilang ada janji dengan Louisa?" tanya Natalie sambil mengerutkan keningnya. Terry menggeleng. "Tidak, aku tadi berbohong!" Terry menutup mulutnya sambil cekikikan. Natalie memutar bola matanya dengan ekspresi malas melihat adiknya membohongi sang ibu. "Aku ingin kita pergi ke hutan, Natàlie. Aku lebih tertarik dengan rencana kita dibanding bermain bersama dengan Louisa," sambung Terry. Natalie kembali fokus mengintip mobil sang ibu yang mulai mundur dan keluar dari garasi. Beberapa menit kemudian, mobil tersebut menghilang di jalan. "Ayo Natalie, kita pergi sekarang!" Terry yang juga melihat garasi sudah tertutup secara otomatis segera menyeret tangan sang kakak dan mengajaknya keluar. Sambil tersenyum, Natalie pun menurut saja. Mereka berdua menuruni tangga dan berjalan menuju ke hutan. Di siang hari seperti ini, suasana hutan tidak begitu menakutkan. Justru lebih terkesan menenangkan dan nyaman, sangat berbeda jika dibandingkan dengan malam hari. Kakak beradik itu berjalan bersama menyusuri hutan. "Dimàna semalam tempat aku terjerembab ya?" Natalie mencoba mengingat dan memperhatikan tanah di sepanjang jalan yang ia lewati. Sementara Terry mengedarkan pandangannya ke sekeliling sambil sesekali menatap ke atas pohon yang menjulang tinggi. "Keliatannya kita harus pergi ke arah sana, Natalie! Pohon di sebelah sana keliatan lebih besar dibanding dengan yang di sebelah sini!" ajak Terry. Natalie memperhatikan tangan sang adik dan ia pun melihat bahwa apa yang dikatakan Terry benar. Semalam mereka tersesat di hutan yang pohonnya besar-besar, sementara di sini, pohonnya sama seperti pohon pada umumnya. Natalie dan Terry mempercepat langkahnya. Tampak jejak binatang dengan kaki yang besar juga ada di sana. "Terry!! Lihat!!" Natalie menunjuk ke jejak tersebut. "Astagaaa! Besar sekali!" Terry yang melihat jejak tersebut seketika terkejut. Ia lalu mengukur jejak kakinya dengan jejak binatang itu. "Keliatannya ini tiga kali ukuran kakiku, Natalie! Gila! Sebesar apa binatang ini?" Terry melihat ke dalam kegelapan hutan. Matanya seperti takut dan juga penuh kewaspadaan. "Apakah menurutmu, ia tinggal di daerah sini?" tanya Terry setengah berbisik. Natalie menggeleng perlahan. "Entahlah," ujarnya. Mereka kembali berjalan hingga Natalie melihat rumput di sampingnya seperti tertimpa benda berat. Bentuknya pipih sangat berbeda dengan rumput di sekitarnya. Bahkan rumput tersebut seperti bercampur dengan tanah yang ada di bawahnya. Natalie menghentikan langkahnya dan berjongkok. Ia meraba rumput itu dan mencoba mengukur apakah rumput itu yang tertimpa tubuhnya kemarin? "Apa yang kau lakukan, Natalie?" Terry yang melihat sikap aneh sang kakak ikut menghentikan langkahnya. "Apakah menurutmu di sini tempatnya?" Natalie menatap Terry. Terry mengerutkan keningnya dan ia pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Semua pohon di sini besar-besar. Bisa jadi memang di sini tempatnya," sahut Terry kemudian. Natalie kembali memandangi rumput tempatnya berbaring semalam. Jejak kaki binatang itu tidak terdeteksi di area rumput tersebut, tetapi di tanah sekitarnya, nampak jelas bahwa binatang besar itu, memang ada di sana semalam. Ia lalu menatap ke hutan yang agak gelap di sebelah sana. Rasa penasarannya sangat besar, binatang itu tidak memangsanya semalam. Kenapa? Natalie berjalan mengikuti jejak binatang itu. "Natalie? Apa yang akan kau lakukan?" Terry terlihat cemas melihat sang kakak seperti tidak takut apapun. Langkahnya terlihat mantap mengikuti jejak binatang yang masuk ke dalam hutan. "Natalie!" Terry berteriak dengan suara berbisik, sementara untuk mengikuti langkah Natalie, ia terlihat ragu. Tidak! Ia datang kemari hanya karena penasaran saja! Bukan dengan tujuan bunuh diri! Apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Natalie dengan mencari binatang itu? Langkah Natalie semakin menjauh, membuat Terry nampak frustrasi. Dengan sangat terpaksa, ia pun berlari berusaha menyusul sang kakak yang sudah masuk ke dalam hutan terlebih dahulu. "Mmmphhhh!!!" Baru saja Natalie melangkah ke dalam hutan yang cukup gelap, sepasang tangan tiba-tiba membekapnya dan menarik tubuhnya ke samping. "Natalie! Kau di mana?" Terdengar suara Terry yang terdengar khawatir. Natalie berusaha melepaskan wajahnya dari bekapan tangan orang tersebut, tetapi orang itu keliatannya sangat kuat. Dari analisa sekilas Natalie, keliatannya orang yang membekapnya adalah seorang pria. Tubuh pria itu sepertinya tinggi besar, tetapi Natalie sama sekali tidak bisa menoleh untuk melihat wajahnya. Terry terus saja berteriak tertahan memanggil nama sang kakak. Namun, setelah berkali-kali memanggil dan tidak ada jawaban, Terry dengan cepat berlari pulang tanpa menoleh lagi. Kini ... hanya tersisa Natalie dan orang asing ini. Tubuh Natalie mulai gemetar, sementara jantungnya seperti berhenti berdetak. Berdua dengan pria asing di dalam hutan, membuat pikiran Natalie traveling kemana-mana. Bukankah di kondisi seperti ini, segala sesuatunya bisa saja terjadi? Nafas pria itu terus saja berhembus dekat di telinga Natalie, membuatnya merasa seperti diintimidasi. Sementara tubuh Terry sudah menghilang di balik pepohonan. Natalie menanti ... kapan ia akan dilepaskan, tapi pria itu masih sama. Ia sama sekali tidak ada tanda-tanda akan melepaskan Natalie untuk pergi! Ya, Tuhan, sampai kapan ia disekap seperti ini? Natalie memejamkan mata, berusaha mencari solusi atas hidupnya. Lalu, setelah mempertimbangkan segala sesuatunya dengan sangat matang, ia pun dengan kuat menggigit tangan pria itu. "Ouch!!! s**t!!!" Pria itu mengumpat kasar dan Natalie pun terlepas dari cengkeramannya. Natalie segera berlari berusaha menjauh dari pria itu, tapi tiba-tiba saja seorang pria yang ia kenal menyusulnya berlari dan kini sudah berada di hadapannya sambil berkacak pinggang. "Den-Dennise??" Natalie terperanjat menatap siapa pria yang kini ada di hadapannya. Ia lalu menoleh ke belakang untuk melihat pria yang tadi telah menyekapnya, tapi pria itu tidak ada di sana. "Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah sudah kukatakan untuk menjauh dari hutan ini?" Suara Dennise terdengar berat dan tertahan. "Den-Dennise, ak-aku hanya ingin tau saja. Se-semalam aku melihat binatang yang sangat besar ...." "Itu bukan urusanku!" potong Dennise tak mau tau. "Kau dilarang menginjakkan kakimu di hutan ini sampai kapanpun!" ucap Dennise dengan tegas. Natalie mengerutkan keningnya. Sebentar kemudian ia tersenyum dengan ekspresi angkuh. "Ok, aku memang orang baru di sini. Namun, hutan ini, adalah milik umum. Apakah menurutmu kau punya hak penuh untuk melarang seseorang datang kemari?" tanya Natalie sambil melipat kedua tangannya di depan dadà. Wajah Dennise nampak geram mendengar kalimat Natalie. Ia lalu maju mendekati gadis itu dan dengan sekali raih, menangkap wajah Natalie dan dengan kuat mengangkatnya ke atas sehingga tubuh Natalie tergantung di antara langit dan bumi! "Dengar, kau, siapapun namamu! Kau bukan orang yang diharapkan untuk bisa tinggal di sini! Dan, jika aku melarang seseorang untuk datang, maka percayalah bahwa aku memang berhak untuk itu!" Dennise lalu melepaskan cengkeramannya di wajah Natalie dan membanting tubuh kecil gadis itu ke rerumputan hingga Natalie tanpa ampun terjerembab di tanah. Tubuh besar Dennise langsung mengurung tubuh Natalie dari atas sehingga gadis itu tidak bisa bangkit berdiri. "Camkan baik-baik, aku sangat tidak suka gaya sombongmu itu! Dan, jika sekali lagi kau berani mempertanyakan apa yang sudah kukatakan atau kuputuskan, maka kau akan menanggung akibatnya! Apakah kau mengerti?" Dennise berkata sambil menatap tajam ke arah Natalie yang ada di bawahnya. Natalie tidak punya pilihan lain selain mengangguk dengan patuh. Manik silver Dennise seperti mengandung magis jika dilihat dari dekat. Ia seperti ditarik ke dalam pusaran air ketika menatapku. Dennise dengan cepat bangkit berdiri dan mundur beberapa langkah. Ia seperti menjaga jarak dengan Natàlie. "Pergilah dan jangan pernah kembali ke sini lagi, atau kau tidak akan pernah bisa keluar dari hutan ini!" Dennise berkata dan baru saja Natalie mengerjapkan matanya sekali, pria itu sudah hilang entah kemana. Natalie mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tidak ada tanda-tanda Dennise pernah ada di sana. "Ya, Tuhan! Aku sedang tidak berhalusinasi, bukan?" Natalie menepuk-nepuk jidat sambil menggelengkan kepalanya. Langkahnya perlahan meninggalkan hutan yang menyimpan aura misteri. Pikirannya masih berusaha menyatukan apa yang baru saja menimpanya. Dennise, pemuda itu sungguh terlihat aneh dan misterius. Tiba-tiba saja tadi dia datang lalu membekapnya, tapi sedetik kemudian, pria itu mengancamnya lalu menghilang begitu saja! Sebenarnya, siapa dia?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN