26. Sebuah Puzzle

2670 Kata

Pak Dipta baru saja mengabari kalau dia sudah tiba di Jakarta sejak dua jam yang lalu. Dia baru sempat mengirimiku pesan karena ponselnya lowbat. Dia sendiri juga mengaku langsung istirahat begitu tiba di rumah. Sejujurnya, aku sangat penasaran dengan hasil kunjungannya ke Jepang. Akan tetapi, aku sama sekali tidak berani bertanya lebih dulu. Aku ingin membiarkan dia istirahat lebih lama tanpa merasa tertekan dengan pertanyaanku. Iya, kalau dia berhasil. Kalau tidak? “Mbak Kariiin! Makan siang bareng, yuk!” terdengar teriakan Mega dari arah luar pintu ruanganku yang sedari tadi kubiarkan sedikit terbuka. “Tunggu lima menit, Ga.” “Ngokey, Bebs!” Setelah merapikan meja kerja dan mematikan komputer, aku segera keluar ruangan untuk menghampiri Mega dan Kiki yang sepertinya sudah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN