KESEPAKATAN BAG. 1

1395 Kata

Bunda —" panggilku lirih hingga nyaris seperti sebuah bisikan. Bunda masih enggan berpaling dari pusara ayah. Jika tak ditopang oleh makcik, mungkin bunda akan terjatuh pingsan lagi seperti beberapa waktu lalu. Bunda tentulah amat shock dengan apa yang terjadi ini. Penghujung hidup ayah, bundalah yang berada di dekatnya. Di penghujung hidup ayah, bundalah yang setia temankan ayah. Kini ayah telah tiada. Bagaimana bunda melewati ini semua? "Ayo bunda. Kita pulang —" Aku tak tahu, berapa lama bunda akan bangkit dari kesedihan ini. Tapi insya Allah, bunda pasti bisa melewatinya. "Sekarang bagaimana kak? Kita balik ke Jakarta?" Aku terdiam. Memikirkan hal ini juga tak ada habisnya. Di satu sisi, aku sudah bekerja di sini dan mencoba membangkitkan usaha ayah bertahan di perusahaan tersebu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN