“Masuk” kata-katanya memotong ucapanku dengan ketus, dia mendahuluiku memasuki mobil di akhiri dengan bantingan keras di pintu. Ada apa dengan dia? Apa dia cemburu?, padahal tadi Eric sedang melawak. Bahkan ekspresinya saja sudah menunjukan jika dia tengah bercanda. Aku melangkah gontai dan menyusul Tony, suasana dingin mobil dan sikap Tony langsung aku rasakan. Dia diam tanpa melakukan apapun membuat aku semakin di buat tidak mengerti dengan apa yang terjadi. “Kamu kenapa?” Tanyaku memberanikan diri. Tatapannya berubah, namun kemarahn di dalam dirinya masih bisa aku rasakan. “Tony kamu marah” panggilku sekali lagi. Aku tersentak, merasakan kekasaran cengkraman tangannya di pinggangku. Dia menarik paksa aku untuk berpindah dari tempat duduk dan duduk di pangkuannya. Nafasku memburu, m