Sudah hampir satu jam kami disini, menikmati pesta yang teman Tony selenggarakan. Tidak ada yang bisa aku nikmati selain merasa tertekan, suara musik mulai mengalun. Orang-orang menari dan berbincang. Aku masih duduk di kursiku, menahan diri untuk tidak meminta pulang. “Ei” Tony mengusap rambutku. Dia tidak beranjak sedikitpun dan menemani aku meski aku tahu dia tengah marah dengan pertengkaran kita tadi. Aku memandang bola matanya yang mengerjap penuh kehangatan, “Dansa yu?.” Ajaknya antusias. Aku mengangguk dan beranjak “Aku ke toilet dulu.” Aku ingin minum obat penenang agar tidak gugup. Aku harus tenang dan tidak terintimidasi denga semua tatapan sinis wanita yang ada di pesta ini. Tony ikut berdiri “Aku antar” “Tidak Tony.” Aku butuh privasi, dan jika dia terus membuntutiku ak