"Maafkan saya Mas" suaraku gemetar. Aku terlalu gugup karena tersentuh dan kasihan, namun tidak ada setitikpun perasaan senang. "Terimakasih sudah berkata jujur. Namun ini sudah terlambat Mas, sekarang keadaan kita berbeda. Dan sekarang saya hanya mencintai Tony." "Aku mengerti. Maaf sudah berkata lancang" jawabnya di akhiri dengan membuang nafas dengan kasar, Aska pergi. Jantungku berdegup cepat, aku merasa sangat bersalah karena telah melukai hatinya. Namun, tidak ada jalan lain. Aku ingin menjaga perasaan Tony, aku tidak akan menyia-nyiakan kebaikan dan ketulusan hatinya. Aku segera mematikan oven dan membereskan semuaya, kembali ke kamar dengan perasaan linglung. Perkataan Aska terngiang di telingaku. Ketika aku kembali ke kamar Tony masih duduk di meja kerjanya dan sibuk denga