Chapter 17

1218 Kata
"Bos." Lu Yang berjalan mendekat ke arah Shen Mujin setelah dia mendapat ijin masuk. "Ada masalah dengan cabang Shen real estat di Shanghai," ucap Lu Yang, wajahnya terlihat sangat serius. Shen Mujin mendongak, dia sedang menandatangani proyek baru. "Ada apa?" "Direktur Wu mengatakan bahwa ada kebocoran informasi mengenai tender kami di sana, Tang Group mengajukan diri untuk menggantikan shen." Satu kening Shen Mujin dia naikan. "Berani sekali." "Atur penerbangan." "Siap." Penerbangan dari Beijing ke Shanghai kurang lebih dua jam lima belas menit. Hal ini tak begitu lama, apalagi ditempuh dengan pesawat pribadi Shen Mujin.  Langkah kaki Shen Mujin melangkah keluar dari mobilnya, berhenti tepat di sebuah perusahaan bertuliskan, 'Shanghai Hua Shen'. Gedung dengan 70% dari kaca tebal anti pecah itu terlihat sangat megah. Ketika Shen Mujin turun, orang - orang yang merupakan karyawan Shen cabang Shanghai tiba - tiba diam. Bos besar sudah datang, pasti ada hal yang serius. "Tuan Shen," sapa karyawan a. "Tuan Shen," sapa karyawan b. "Tuan Shen," sapa karyawan c. Banyak sapaan yang dilontarkan oleh karyawan Shen Group cabang Shanghai. Shen Mujin tak membalas, dia hanya mengangguk singkat sebagai balasan.  Seorang wanita berusia tiga puluh tahun berjalan mendekat, jas blazer, rok pensil, hak tinggi, rambut di kepang tapi, listick merah, putih bagai porselen. "Tuan, Shen," sapa wanita itu. Shen Mujin mengangguk. Shen Mujin mengikuti ke mana arah wanita itu berjalan, lantai tiga puluh, ruangan berkaca. Pemandangan kota Shanghai yang indah, gedung-gedung pencakar langit berjejeran, seakan mereka berlomba siapa yang lebih tinggi untuk menguasai bumi. Bentuk bangunan yang beragam, namun tak membuat perbedaan yang signifikan. Semua tetap sama, gedung. Shen Mujim duduk berhadapan di depan Shen Mujin. "Direktur Wu, saya harap Anda dapat menjelaskan hal ini, informasi tender kita bocor." Shen Mujin menaikan sebelah keningnya ke arah Direktur Wu. Pimpinan cabang Shen Real estat Shanghai. Wajah direktur Wu terlihat serius, dia mempertahankan ekspresi wajahnya agar terlihat profesional. "Tuan Shen, ada salah satu manajer di bagian desain tata ruang yang membocorkan hasil dari tender yang kita ajukan ke Grup Tang," jawab Direktur Wu. Wajah Shen berubah dingin. Pria itu tak pernah suka kata 'pengkhianatan'. "Siapa namanya?"  "Wen Fang Yin, ahli desain tata ruang milik Shen Real estat Shanghai," jawab Direktur Wu. Wajah Shen Mujin bertambah jelek. "Perempuan," desis Shen Mujin. "Tuntut dia," lanjut Shen Mujin. "Pengacara Shen sudah turun tangan, nona Wen melanggar kode etik kerja perusahaan dengan membuka rahasia perusahaan. Sebelum tender kami disahkan oleh pemerintah untuk membangun perumahan di Hongkou Distric, detail tata ruang sudah berada di tangan Tang. Tang mengajukan diri untuk menggantikan Shen dalam pembangunan Proyek, sebab mereka menemukan ada kekurangan dalam susunan desain tata ruang kita." Direktur Wu menjelaskan. "Di mana dia?" tanya Shen Mujin, nada suaranya terdengar dingin. "Melarikan diri," jawab Direktur Wu. "Belum ketemu?" Direktur Wu menunduk menyesal, "Akan segera ditemukan oleh orang - orang Shen." Shen Mujin tersenyum sinis. "Ada yang menopangnya dari belakang. Tak mungkin dia berani mempertaruhkan kepalanya hanya untuk mengkhianati Shen." "Grup Tang, saya pikir tidak berani melakukan hal ini, mereka tidak berani menopang nona Wen, sebab mereka memberi klaim bahwa nona Wen sendiri yang mengajukan diri untuk membantu mereka," ujar Direktur Wu. Shen Mujin terlihat sedang berpikir. Ada yang ingin main lempar batu sembunyi tangan.  "Cari tahu siapa dibelakang Wen Fang Yin." "Baik." Direktur Wu menyahut. Shen Mujin berdiri dari sofa, dia memperbaiki jas hitam buatan tangan yang dia pakai. Direktur Wu juga ikut berdiri. Sebelum Shen Mujin berbalik melangkah keluar dari ruang kerja direktur Wu. Direktur Wu berkata, "Jinjin, aku dengar kamu sudah satu bulan ini bolak - balik ke kota Zhaotong, di tenda pengungsian Qiaojia County." Shen Mujin berhenti melangkah, dia tak berbalik hanya menyahut di tempat. "Ya." Direktur Wu tersenyum. "Aku dengar kau sedang dekat dengan seorang gadis." Shen Mujin berbalik ke arah direktur Wu, dia menaikan sebelah alisnya. "Sepertinya berita mengenai akhir - akhir ini aku dekar dengan seorang gadis menjadi topik hangat untuk dibicarakan." Direktur Wu tertawa. "Sepupu, itu hal bagus. Bibi Shen tidak khawatir lagi mencari istri untukmu."  "Aku dengar dari Feng Yin, bahwa kamu setiap minggu selalu menyempatkan diri ke kota Zhaotong, ah, ada dia di tenda pengungsian. Apakah kalian sering makan bersama?" Direktur Wu menaikan sebelah alisnya. Dia merasakan perasaan penasaran yang mendalam terhadap sosok gadis yang sedang dekat dengan Shen Mujin – sang sepupu dari pihak ibu. Kakek dari Direktur Wu dan nenek dari Shen Mujin dari pihak ayah merupakan saudara. "Apa jasa penerjemah bahasa Indonesia kamu tinggalkan di sana?" Direktur Wu menahan tawa, "karena kamu tidak bisa bahasa Indonesia?" "Hahahaha!" Direktur Wu terbahak. "Wu Jia Li, aku pikir jika kamu melanjutkan tertawamu sekali lagi, maka aku akan pindahkan tunanganmu Feng Yin ke Hainan, mengingat di sana tidak ada ahli IT yang bisa melebihi kemampuan Feng Yin." Tawa direktur Wu yang bersama asli Wu Jia Li itu membeku. Dasar sepupu menyebalkan. Batin Wu Jia Li. "Ehm, kau sudah makan siang?" Wu Jia Li mengalihkan pembicaraan, jangan melanjutkan lagi pembicaraan itu jika tak ingin kekasihnya dipindahkan ke Hainan. Terlalu jauh. Cukup sudah sang tunangan bolak - balik Beijing - Shanghai dua minggu sekali untuk memantau tim IT dari Shen Gruop. Shen Mujin melirik arloji R*lex mewah yang dia pakai. Jam menunjukan dua siang. Waktu makan siang. Karena perjalanan yang hampir tiga jam, dia sampai di Shanghai jam dua belas. Itu artinya dua jam telah berada di kantor cabang Shen di Shanghai. "Baik," sahut Shen Mujin. °°° Mobil hitam memasuki sebuah pintu restoran kelas atas di Shanghai. Kening Shen Mujin berkerut ketika melihat bangunan restoran itu. "Ke Beef Cobe Restaurant," ujar Shen Mujin. Wu Jia Li yang duduk di sebelahnya menoleh ke arah sang sepupu. "Kau ingin makan stik sapi kobe?" Shen Mujin melirik ke arah papan nama restoran yang mewah. Tidak ada yang salah dengan nama restoran itu, namanya tertulis 'Sweet and Sour'. Yang membuat Shen Mujin berubah pikiran adalah sebuah gambar hewan tersenyum yang terpampang setelah nama restoran. Heran dengan telinga runcing, hidung lebar. "Ya, aku ingin makan stik kobe hari ini," sahut Shen Mujin. "Baik, ke Beef Cobe Restaurant," ujar Wu Jia Li ke arah supir. "Baik, Nona Wu." Sang supir mengangguk. Lu Yang yang duduk di jok penumpang depan melihat serius ke arah depan bangunan restoran merah tiga lantai. Sepertinya dia tahu sesuatu, tapi belum bisa memastikan apakah dugaannya ini benar. Apakah sang bos besar Shen merasa …. Ah, sudahlah, dia tidak lagi melanjutkan acara menerka - nerkanya. °°° "Kamu suka sekali makan babi asam manis, Bibi Shen sering memasaknya untukmu, bahkan bisa menambah dua piring," ujar Wu Jia Li sambil memotong steak sapi kobe. Mereka sedang berada di restoran jepang. Shen Mujin yang sedang menusuk potongan steak sapi kobe untuk dimasukan ke dalam mulut terhenti. Dia melihat ke arah sang sepupu. "Sapi banyak gizi dan manfaat." "???" wajah Wu Jia Li bingung. Pembahasan agak melenceng dari makanan kesukaan Shen Mujin ke arah daging sapi banyak gizi dan manfaat. Lu Yang yang juga sedang makan itu berhenti mengunyah. Bos, apa yang daging sapi banyak gizi dan bermanfaat? Nona Wu membahas mengenai makanan kesukaanmu ketika kecil, bukan mengenai daging sapi. Sayangnya, kalimat ini hanya mampu dikatakan oleh Lu Yang di dalam hati. Mana berani dia mengatakannya secara gamblang? Hahahaha! Siap mati. Jangan ikut campur ucapan bos. Wu Jia Li yang sempat bingung mengangguk membenarkan. "Ya, daging sapi banyak gizi dan manfaat." Shen Mujin mengangguk lalu dia makan potongan steak sapi kobe itu. Pembahasan tidak dilanjutkan lagi, masing - masing fokus pada makan siang mereka, hingga Wu Jia Li mengingat sesuatu. "Aku pikir kau harus berada di Shanghai selama seminggu atau lebih, mengingat kasus ini agak rumit. Tang juga punya koneksi di pemerintah." Shen Mujin diam sesaat, lalu dia mengangguk. "Ingin memberi Tang peringatan." Suara Shen Mujin terdengar. Wu Jia Li mengangguk antusias. Dia tidak sabar melihat sepupunya mengeluarkan amunisi untuk menggertak Tang Grup. °°°
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN