7. Jatuh Sakit

2540 Kata
Keadaan di istana Kerajaan Blutenblatt  kini terasa lebih mencekam dan suram daripada biasanya. Tak jarang sang kaisar sering kali melampiaskan rasa marahnya pada siapa pun yang dengan berani menyulut rasa marahnya, atau pun siapa saja yang telah membuat suatu kesalahan. Baik kesalahan kecil mau pun besar. Hal tersebut sontak membuat para anggota kerajaan memilih untuk diam dan tak berani melawan perintah sang kaisar demi keselamatan nyawa mereka. Karen jika saja mereka berani melawan atau membuat sang kaisar merasa kesal, mereka takut kalau ujung runcing pedang milik kaisar akan mendarat di tubuh mereka. Seperti saat ini, dalam keadaan emosi Kaisar Han yang sedang tidak terkontrol, secara tiba-tiba terdapat sebuah anak panah yang melesat tepat ke arah Kaisar Han dan dengan mudah pula ditangkap oleh Kaisar Han. Pada ujung anak panah tersebut terdapat sebuah gulungan surat dari kerajaan tetangga yang menantang Kerajaan Blutenblatt untuk berperang dengan sombongnya. Tak perlu ditanyakan lagi, sudah pasti Kaisar Han dengan senang hati akan menyetujui tantangan tersebut. Kerajaan tetangga yang menantang Kaisar Han sama saja dengan mencari mati. Disaat emosi Kaisar Han tengah tidak terkontrol seperti saat ini, justru yang dibutuhkan oleh Kaisar Han adalah sebuah pelampiasan. Dan kata perang adalah saat yang tepat untuk melampiaskan rasa marahnya tanpa perlu ia mencoba menahan diri seperti saat di dalam istana.. Kini Kaisar Han dengan tegas mengerahkan para prajuritnya untuk mempersiapkan perang. Bahkan Kaisar Han sendiri berniat untuk langsung turun tangan berada di barisan paling depan. Seluruh para anggota prajurit hanya bisa mematuhi segala perintah Kaisar Han tanpa berani menyanggah atau pun menolak. Entah sudah berapa lama Kaisar Han tidak bertemu dengan Keyra, semenjak kejadian di malam saat ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Jujur saat itu Kaisar Han tengah berada dalam keadaan kondisi yang buruk. Sehingga sebelumnya ia sempat meminta para pelayan untuk memberikannya arak yang membuat kesadarannya patut dipertanyakan untuk malam itu. Pada saat kesadaran Kaisar Han sedikit menghilang, yang terus ada di kepalanya hanya Keyra, permaisurinya yang mampu mengacaukan emosi yang biasanya selalu dapat ia kontrol selama ini. Raut wajah Keyra, senyum Keyra yang tak pernah ia lihat, wajah sedih Keyra, ketakutan Keyra, dan yang paling membuatnya tertohok adalah tangisan Keyra. Entah mengapa yang dilihat oleh Kaisar Han selama Keyra berada di istananya hanya raut wajah kesedihan dan ketakutan Keyra. Bukankah seharusnya Keyra senang jika ia akan dijadikan sebagai permaisurinya? Tapi mengapa Kaisar Han tak pernah mendapati raut bahagia di wajah gadis itu, mengapa? Mengingat semua itu malah semakin membuat Kaisar Han merasa marah dan tanpa menunggu lama akhirnya ia segera beranjak ke tempat Keyra tanpa memikirkan bahwa mungkin saat ini Keyra tengah tertidur di dalam peraduannya. Instingnya telah menuntun langkahnya untuk mendekat pada sosok gadisnya, permaisurinya Pada saat itulah ia merasa tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Rasa marah, emosi, dan kekecewaan yang menjadi satu membuat Kaisar Han gelap mata yang kemudian berlanjut ketika Kaisar Han menyakiti Keyra. Badannya seolah tak dapat ia kontrol, ia tak bisa menahan dirinya sendiri saat berhadapan dengan sosok permaisurinya itu. Dan semua kegilaan itu berakhir saat ia kembali mendapati tangisan Keyra. Kesadarannya seolah tertarik kembali dan orientasinya yang semula hilang kini telah kembali ke permukaan yang membuatnya tak dapat berkata-kata lagi. Tanpa sepatah kata pun Kaisar Han meninggalkan Keyra yang masih menangis. Beranjak keluar dan menemui selirnya, berharap bisa meredakan emosinya yang berkecamuk antara marah, tidak terima, kekecewaan yang dalam akan penolakan Keyra dan gairah yang masih menggebu akibat keintiman yang ia ciptakan dengan Keyra tadi. Sesampainya di peraduan para selir, disana justru ia merasa muak melihat mereka yang memakai pakaian transparan yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menggoda. Bahkan gairah Kaisar Han langsung surut ketika melihatnya. Dengan tampang malu-malu yang dibuat-buat mereka mencoba menggoda Kaisar Han. Bukan tanpa alasan ia membantai para selir di istana kerajaan. Itu semua dikarenakan para selir itu dengan kurang ajarnya mencoba menggodanya dan berusaha melepaskan topeng yang kini kembali ia kenakan tanpa seizinnya. Emosi kaisar Han yang saat itu belum stabil pasca penolakan yang dilakukan Keyra tentu menjadi sangat sensitif. Tanpa berpikir panjang ia segera membantai selir yang dianggapnya sebagai pengganggu hidupnya. Karena ia tak membutuhkan selir atau siapa pun untuk saat ini. Satu-satunya yang ia butuhkan saat ini hanya Keyra, tidak dengan yang lain. Bahkan saat ia sedang berada di peraduan para selirnya pun, ia tidak memiliki perasaan b*******h sama sekali sebagai seorang lelaki normal pada para selirnya yang dengan sengaja mencoba menggodanya. Justru ia malah merasa muak dan wajah yang pertama kali berputar di kepalanya adalah Keyra. Pikirannya hanya dipenuhi oleh Keyra. Gairahnya hanya akan memuncak ke permukaan saat ia tengah bersama Keyra dan hanya Keyra. Tidak dengan yang lain, karena setiap melihat para lacur itu Kaisar Han merasa risih bahkan hanya untuk ditatap oleh mereka, apa lagi jika mereka sampai berani menyentuhnya, dia tidak akan segan lagi untuk bertindak lebih jauh. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya, maka ia sengaja menyibukkan diri dengan mengurusi masalah pekerjaan istana. Berusaha menghindari Keyra yang mampu membuatnya hilang kontrol. Ia tidak ingin melakukan tindakan yang tidak dia inginkan, yang justru akan berakhir dengan ia menyakiti Keyra. Setidaknya untuk saat ini ia akan bersabar sampai Keyra merasa siap, meski Kaisar sendiri tidak yakin bahwa dirinya bisa bersabar dan menunggu entah sampai kapan. Selagi Keyra masih berada dalam jangkauannya dan tidak pergi darinya, ia akan mencoba meski tak mudah. *** Suara grasak-grusuk yang disebabkan oleh beberapa pelayan yang tidak menyadari kehadiran Kaisar Han membuatnya ingin marah, tetapi ia urungkan dan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya ke ruang kerja. Akan tetapi langkah kakinya kembali terhenti ketika ia mendengar nama Permaisuri Keyra disebut-sebut dalam pembicaraan mereka. Menolehkan kepalanya ke arah para dayang yang langsung menundukkan kepalanya takut sewaktu Kaisar Han menatap pelayan itu tajam dengan aura mengintimidasinya. "Ulangi apa yang baru saja kau katakan!" Bungkam, tak ada yang berani menjawab pertanyaan Kaisar Han di antara ketiga pelayan tersebut. Mereka tahu bahwa mereka telah salah dengan tidak menyadari adanya kehadiran Kaisar Han. Apa lagi ditambah kini mereka tengah membicarakan Permaisuri Keyra, entah hukuman apa yang akan diberikan Kaisar Han pada ketiga dayang tersebut. "Jawab pertanyaanku!" Dengan sedikit membentak, Kaisar Han kembali bertanya atau lebih tepatnya memerintahkan para dayang itu untuk menjawab pertanyaannya, ketika hanya mendapati kebisuan dari ketiga dayang tersebut. Dengan takut-takut salah satu di antara ketiga dayang tersebut menjawab sembari menunduk dalam. "Maafkan kelancangan kami bertiga Yang Mulia Kaisar Han. Kami tidak bermaksud mengabaikan anda dan mengenai pembicaraan kami tadi," "Cepat katakan atau kuhukum kau!" "Ampun yang mulia, sebenarnya kami tidak begitu mengetahui apakah berita yang kami bicarakan ini benar atau tidak. Tapi kami mendengar bahwa Permaisuri Keyra saat ini tengah, jatuh sakit Yang Mulia," ucap dayang yang satunya ketika mendapati kemarahan Kaisar Han. Tatapan Kaisar Han yang sebelumnya tajam dan dingin, seketika berubah menjadi khawatir selama beberapa saat. Sebelum akhirnya Kaisar Han memutuskan untuk berbalik arah meninggalkan ketiga dayang tadi yang langsung menghembuskan napas lega. Selama beberapa saat mereka merasa gelisah bahwa keselamatan mereka akan terancam dikarenakan kelancangan mereka membicarakan Permaisuri Keyra. Mengingat Kaisar Han akhir-akhir ini sangat sensitif pada siapa pun yang membuatnya marah, meski itu hal sepele sekali pun. Tapi kini mereka bersyukur bahwa Kaisar Han tidak jadi menghukum mereka. *** Dilain pihak kini Kaisar Han tengah termenung di ruang kerjanya memikirkan perkataan dayang tadi. Apakah benar Keyra sakit, mengapa tidak ada yang memberitahunya? Mengapa Keyra sakit, apa ada yang sengaja mencelakai atau meracuni Keyra hingga sakit? Jika iya, siapa yang berani melakukannya, apa mereka bosan hidup? Berbagai pertanyaan mengenai Keyra kembali berkelebat dalam benak Kaisar Han. Membuat Kaisar Han merasakan pening di kepalanya memikirkan berbagai pikiran buruk mengenai alasan sakitnya Keyra. Hingga terdengar beberapa kali ketukan pintu ruang kerjanya, yang mampu mengembalikan kesadaran Kaisar Han dari pemikirannya mengenai Keyra tadi. "Masuk!" Masih dengan nada datar dan dinginnya, Kaisar Han menyuruh siapa pun yang mengganggu renungannya di luar untuk masuk. "Hadap hamba pada Yang Mulia Kaisar Han." Tampaklah kepala dayang Xiu Ling datang menghadap Kaisar Han dengan membungkukkan badannya penuh hormat setelah kembali menutup pintu ruang kerja Kaisar Han. "Ada apa!" "Begini Yang Mulia, sebelumnya hamba ingin menyampaikan bahwa saat ini permaisuri Keyra tengah sakit karena," "Mengapa kau baru mengatakannya padaku?" Kaisar Han menatap tajam dayang Xiu Ling yang tengah menunduk takut. "Ampun Yang Mulia," "Sejak kapan?" "Sejak terakhir kali Yang Mulia mengunjungi Permaisuri Keyra. Setelah itu Permaisuri Keyra tidak seperti biasanya, Permaisuri lebih sering terlihat merenung dan jarang menyentuh makanannya Yang Mulia." "Kau boleh pergi!" "Hamba mohon undur diri Yang Mulia," kepala dayang Xiu Ling meninggalkan Kaisar Han sesuai permintaan dengan patuh. Ia bersyukur Kaisar Han tidak begitu marah padanya. Seperginya Kepala Dayang Xiu Ling, Kaisar Han kembali merenungi perkataan dayang Xiu Ling. Apakah alasan mengapa Keyra sakit adalah dirinya? Jika iya, apa yang harus dia lakukan, haruskah ia datang menemui Keyra. Setelah berperang dengan pikirannya, akhirnya Kaisar Han memutuskan untuk sekedar melihat keadaan Keyra yang telah berhasil membuatnya sedikit khawatir. Setibanya di depan peraduan Keyra, Kaisar Han tampak ragu untuk membuka pintu di hadapannya. Pikirannya kembali berkecamuk antara masuk atau tidak. Dengan perlahan Kaisar Han membuka daun pintu tersebut dengan ekspresi datar dan kembali menutupnya. Dapat dilihatnya Kepala Dayang Xiu Ling tengah berusaha membujuk Keyra agar memakan makanan yang dibawanya, tapi Keyra selalu berusaha untuk menolak dengan senyum lemah yang membuat Kaisar Han merasa Khawatir melihat wajah pucat Keyra. "Biar aku yang melakukannya," spontan Kaisar Han mengambil semangkuk bubur yang dibawa Dayang Xiu Ling dan menyuruhnya untuk keluar. "Tapi Yang Mulia," "Keluarlah!" Tanpa sepatah kata pun Dayang Xiu Ling langsung meninggalkan peraduan Permaisuri Keyra. Meninggalkan Kaisar Han dan Permaisuri Keyra berdua di dalam. "Menagapa kau tidak makan?" "Maaf Yang Mulia, hamba tidak lapar." Keyra menjawab tak lupa dengan wajah menunduk. Entah mengapa ia masih merasa canggung setelah insiden beberapa hari yang lalu. Walau bagaimana pun, itu adalah kali pertama ia begitu dekat dan intim dengan seorang pria. Keyra pun menyadari bahwa apa yang dilakukan Kaisar Han adalah haknya, tapi tetap saja ia belum siap. "Tidak ada bantahan." "Tapi Yang Muli_a," Belum sempat Keyra menyelesaikan ucapannya, sesuap bubur telah masuk ke dalam mulut mungilnya. Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Kaisar Han. "Aku tidak pernah merawat orang sakit, jadi jangan membantah."  Keyra mau tak mau menelan suapan tak terduga dari Kaisar Han dengan susah payah. Ia tak menyangka bahwa Kaisar Han akan menyuapinya. Ini bukan mimpi bukan? Dengan telaten Kaisar Han menyuapi Keyra hingga bubur yang ada di mangkok tersebut tandas tak tersisa. "Gadis pintar, jika kau penurut aku tak akan marah padamu." Tok Tok "Masuk!" "Permisi Yang Mulia, hamba membawa ramuan obat dari tabib Zola untuk Permaisuri Keyra." "Bawa kemari." Kaisar Han mengambil ramuan obat tersebut dan menyuruh Dayang Xiu Ling untuk pergi. "Minumlah," dengan nada datar khas yang sama, Kaisar Han menyuruh Keyra untuk meminum racikan obat yang diberikan Kaisar Han. "Maaf Yang Mulia, hamba tidak bisa." "Jangan menyulut amarahku!" Kaisar Han sedikit geram dengan tingkah Keyra yang selalu membantah perintahnya. "Maaf Yang Mulia hamba tidak bermaksud, hanya saja dari dulu hingga sekarang hamba memang tidak bisa meminum obat." Keyra berkata seraya menundukkan wajahnya dalam. Keyra menyadari bahwa apa yang dikatakannya terdengar konyol. Tapi biarlah, memang itu kenyataannya. Sedari kecil Keyra susah sekali untuk meminum obat, Keyra cukup trauma dengan rasa obat yang begitu pahit. Pernah sekali sewaktu kecil Keyra meminum obat dan Keyra langsung memuntahkan kembali obatnya yang seketika membuat lidahnya terasa kebas saking pahitnya obat yang ia minum. Sejak saat itu Keyra memutuskan bahwa ia tidak akan meminum obat terkutuk itu lagi. "Mengapa?" "Eh, itu karena hamba tidak tahan saat merasakan pahitnya obat Yang Mulia," Keyra semakin menundukkan wajahnya dalam, entah apa yang Kaisar Han pikirkan tentangnya. Keyra tidak peduli, yang terpenting bagaimana pun caranya Keyra tetap tidak akan mau meminum obat. Dapat Keyra lihat Kaisar Han tengah beranjak keluar dari peraduannya tanpa berusaha untuk membujuk Keyra meminum obat itu lagi. Seketika Keyra menghela napas lega bisa terbebas dari yang namanya meminum obat. Baru saja Keyra berniat untuk bergelung kembali dengan tempat tidurnya. Tapi ia urungkan ketika melihat Kaisar Han datang lagi dengan membawa dua cawan kecil. 'Apa itu obat? Oh Tuhan! Jika itu memang obat, maka selamatkan hamba dari meminum obat terkutuk itu sekarang.' Keyra beringsut mundur menghindari Kaisar Han yang terlihat membawa dua cawan berisi obat dan entah apa yang satunya. Kaisar Han meletakkan satu cawan di atas nakas, sementara cawan yang satunya tetap ia pegang dan semakin mendekatkannya pada Keyra. Wajah Keyra semakin pucat menyadari bahwa Kaisar Han tidak akan membiarkannya tenang tanpa meminum cairan pahit tersebut. Semakin Keyra mundur, semakin sedikit pula ruang gerak Keyra yang kini punggungnya telah membentur kepala ranjang. Sementara Kaisar Han dengan santai duduk di tepi ranjang gadis itu sembari semakin mendekatkan cawan berisi ramuan obat pada mulut mungil Keyra. Keyra pasrah ketika cairan hitam pekat yang tidak perlu diragukan lagi rasa pahitnya itu akan segera membuat lidahnya kebas. Keyra memejamkan matanya rapat-rapat menantikan Kaisar Han yang akan tetap memaksanya meminum obat. Beberapa detik Keyra memejamkan matanya tapi ia tak merasakan cairan pahit itu menghampiri mulutnya. Perlahan tapi pasti Keyra kembali membuka kedua matanya dan mendapati cawan berisi ramuan obat itu telah tandas tak tersisa. Keyra sontak membelalakkan matanya kaget dengan mulut sedikit terbuka. Menoleh ke arah Kaisar Han dan mendapati senyum miring atau lebih tepatnya seringai Kaisar Han, yang tanpa diduga langsung membungkam Keyra dengan menciumnya.  Keyra yang tidak siap tentu saja berusaha berontak dengan memukul-mukul d**a bidang Kaisar Han. Dapat dirasakannya lidah Kaisar Han berusaha memasuki rongga mulut Keyra dengan menggigit bibir bawahnya. Setelahnya barulah Keyra merasakan cairan pahit yang mengalir ke mulutnya dari Kaisar Han. Bahkan Keyra sampai meneteskan air matanya saking pahitnya obat yang ia telan. Setelah dipastikan bahwa Keyra telah menelan habis obat tersebut, Kaisar Han segera melepaskan ciumannya dan menegak cawan lain yang ia taruh di atas nakas. Setelahnya Kaisar Han kembali menyalurkan cairan yang ia teguk ke mulut Keyra melalui ciumannya. Kini Keyra dapat merasakan kembali cairan yang memenuhi mulutnya. Bukan cairan pahit seperti sebelumnya yang mampu membuat lidahnya kebas, melainkan cairan kental yang terasa manis di mulutnya. Ya, dicawan kedua yang ditegak Kaisar Han adalah cairan yang berisi madu. Rasa manis yang disalurkan Kaisar Han kepada Keyra melalui ciumannya mau tak mau membuat Kaisar Han terbuai. Ciuman yang pada mulanya digunakan Kaisar Han sebagai alibi agar Keyra meminum obatnya kini telah berubah menjadi ciuman yang lembut dan lebih berperasaan. Keyra pun yang pada mulanya terus memberontak akhirnya menghentikan pemberontakannya mendapati ciuman Kaisar Han yang tidak seperti biasanya yang selalu menuntut. Kini ciuman Kaisar Han jauh lebih lembut dan berperasaan. Entah karena pengaruh obat atau manisnya madu yang melingkupi mereka berdua. Hingga pada akhirnya Keyra memilih menyerah dan ikut terbuai dalam ciuman lembut Kaisar Han di bibirnya. Kaisar Han yang menyadari tidak adanya penolakan atau pun pemberontakan dari Keyra, sontak menyunggingkan seulas senyum tipis disela ciuman mereka. Ditambah satu fakta bahwa Keyra mulai membalas ciumannya dengan ragu terasa begitu menyenangkan baginya. Perlahan Kaisar Han menarik tengkuk Keyra agar mendekat dan semakin memperdalam ciuman mereka. Sementara Keyra mencengkram erat baju bagian depan Kaisar Han hingga kusut. Merasa membutuhkan oksigen, dengan terpaksa Kaisar Han menyudahi ciuman intens mereka dan membiarkan Keyra menarik nafas dengan wajah memerah. Kaisar Han menempelkan keningnya dengan kening Keyra, memandang lekat wajah cantik Keyra yang tampak merona malu. "Istirahatlah, lekas sembuh." Kaisar Han memandang Keyra dengan tatapan mata teduhnya yang menggetarkan hati Keyra. 'Benarkah ini Kaisar Han?' Keyra bertanya-tanya dalam hati. Secara perlahan Kaisar Han membaringkan tubuh Keyra di ranjangnya dengan lembut, menimbulkan beribu-ribu pertanyaan di benak Keyra. Kemudian Kaisar Han menarikkan selimut untuk menutupi tubuh Keyra hingga sebatas leher. Kaisar Han sempat menundukkan kepalanya untuk mengecup kening Keyra lembut sebelum beranjak pergi meninggalkan peraduan Keyra. Meninggalkan Keyra yang secara perlahan terlelap, mungkin karena pengaruh obat yang beberapa saat yang lalu ia telan. Sementara di lain pihak Kaisar Han keluar dari peraduan Keyra dengan senyum yang mengembang di bibirnya, meski itu hanya sebuah senyum tipis. Akan tetapi tetap saja hal tersebut menjadi tanda tanya besar di benak para anggota kerajaan yang tak sengaja berpapasan dengan Kaisar Han. Kaisar Han tersenyum? Apakah kiamat sudah dekat? To be continued...  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN