Wajah Ale datar, sedangkan wajah Ava yang sedang di obati oleh Ale pipinya saat ini, terlihat menahan tangis, pipinya terasa sakit dan perih, dan tadi adalah kekerasan pertama yang Ava dapatkan selama hidupnya. “Sudah selesai.”Bisik Ale pelan, yang tidak mendapat respon sedikitpun dari Ava. Ava yang sudah semakin membuang wajah kearah lain, enggan dan tak sudi menatap wajah memuakkan Ale. Dan melihat adiknya yang sangat marah padanya, Ale tak peduli. Sehingga dengan santai, Ale bangun dari dudukannya di tangga teras musala. Dengan tangan kanan yang memegang sisa obat dan peralatan yang Ale dapatkan di apotik terdekat 10 menit yang lalu. “Kita pulang, dan tolong, biasa saja sama mama. Jangan bilang kalau aku tampar kamu, jangan bilang kalau kamu menemui paksa laki-laki sialan tadi,” “