Elang merasa gugup sekaligus takut bukan main saat ini, dan wajar Elang takut, pasalnya, hari ini adalah hari puncak kebohongan terbesar Elang pada Inara istrinya yang sedang ada di rumah, kebohongannya yaitu… Elang mengatakan akan terbang ke Kualu Lumpur, lagi, untuk bertemu relasi bisnis di sana, dan akan pulang besok pagi, dan nyatanya atau faktanya, Elang tidak ke Kuala Lumpur, Elang tetap ada di Indonesia, tapi di kota lain…. Yaitu di kota Surabaya untuk melaksanakan pernikahan siri nya dengan Sabila. Sabila yang akan jadi istri keduanya.
Dan Elang saat ini, sebelumnya walau pernah melakukan ijab qabul dengan Inara. Wanita yang ia sukai dan cintai, tetap saja, saat ini, Elang merasa gugup bahkan keringatan. Walau tapak tangannya yang besar dan lebar selalu mamanya elus dan remas lembut sedari tadi. Agar ia tenang dan tidak gugup, tapi tetap tidak mempan dengan apa yang mamanya lakukan saat ini.
“Kamu pasti kepikiran sama Inara? Kamu takut ketahuan? Nggak mungkin kamu segugup ini hanya karena hari pernikahanmu hari ini, Elang….”
Tubuh Elang menegang kaku, mendengar bisikan yang terdengar geram dari sang mama yang duduk tepat bahkan mepet tepat di samping kanannya.
Elang yang duduk dengan pandangan lurus sedari tadi, kini menoleh dengan gerak kaku kearah sang mama. Elang menggelengkan kepalanya tegas, terpaksa bohong.
“Tidak, Elang gugup. Karena Elang akan menikahi ibu dari anak Elang. Dan ibu dari anak Elang akan Elang ceraikan nanti, setelah dia melahirkan. Wajar Elang, gugup? “Ucap Elang jelas dengan nada pelannya juga, jelas ucapan barusan hanya kebohongan semata. Elang takut, sangat amat takut, apa yang sudah ia lakukan sejauh ini, di ketahui Inara nantinya, dan entah kenapa, rasa percaya diri Elang dalam sekejap luntur, misal Inara tahu kalau Elang sudah menika lagi, Inara tidak akan meninggalkannya.
“Yaudah, kamu nikahi Sabila sungguh-sungguh, dan ceraikan istri mandulmu itu…”
“Dalam mimpimu, Ma. Sampai mati, Inara akan jadi istri Elang. Close! Atau bisikan kita di dengar oleh orang!”Bisik Elang kali ini, dengan bisikan yang sangat-sangat geram yang terpaksa di patuhi oleh Sarah. Sarah yang saat ini, mengambil tisu di depannya untuk menghapus keringat anaknya yang masih setia keluar dari kening bahkan kedua tapak tangan anaknya.
Sialan! Inara sangat sialan! Entah pelet apa yang sudah anak yatim piatu itu berikan pada anaknya, Elang. Sampai anaknya Elang segila ini padanya!
******
Arini, ibu dari Sabila menatap jengah dan tak suka pada wajah anaknya yang sedang di perbaiki oleh Mua riasannya. Itu loh, raut wajah anaknya membuat wajah anaknya terlihat jelek. Anaknya cemberut dan bahkan terlihat hampir menangis saat ini.
Ada apa?
Bukan kah ini yang diinginkan anaknya sejak 8 tahun yang lalu? Sejak anaknya Sabila menginjakkan kaki di kantor bosnya yang tampan dan kaya?
Kenapa wajah anaknya cemberut dan tak enak di pandang?
“Sudah selesai, Mbak?”Tanya Arini hangat pada Mua di sampingnya. Mendapat anggukan lembut dari mua itu.
“Sudah selesai, Mbak….”Ucap Mua itu tak kalah hangat.
“cantik. “Puji Arini tulus. Melukiskan rona puas dan bangga dari wajah mua yang bernama Desi. Yang sudah mendandan Sabila.
“Terimah kasih banyak, Bu…”
“Bisa Mbak tinggalkan saya dengan anak saya sebentar dalam kamar ini?”Ucap Arini sedikit tak enak yang langsung mendapat anggukan dari Desi.
Desi setelah pamit, langsung melenggang keluar dari kamar yang ada di lantai dua, di rumah salah satu tante Sabila yang ada di Surabaya. Tante Sabila yang mendukung penuh keponakannya agar Sabila menjadi pelakor dan merebut bosnya Elang agar menjadi suaminya. Dan menyingkirkan istri pertamanya yang tak guna dan mandul.
“kamu kenapa…”
“Nggak mungkin mama lupa apa yang membuat aku uring-uringan saat ini…”
“Kamu jangan takut dulu, nikmati dulu prosesmu menjadi istri Elang saat ini. Jangan g****k, Sabila….”
“Jangan g****k dan penakut.”
“potong tangan mama. Kamu… tidak akan bisa Elang ceraikan dan campakkan nanti. Kamu lah yang akan menang, kamu lah yang akan jadi istri satu-satunya Elang. Yang akan kasih elang anak, yang akan menerima semua harta Elang. Kamu…”
“buang raut wajah jelekmu itu. Tersenyum lah!”
“kamu tenang saja, mama dan tantemu yang akan mengatur segalanya. Nanti setelah masa nifasmu selesai, dua minggu atau seminggu kemudian, mama jamin Elang akan sentuh kamu lagi sampai kamu hamil. Tinggal masukan saja obat perangsang ke dalam minumannya. Intinya kamu harus hamil cepat, kalau bisa hamil anak kembar nanti. Kenapa begitu, Sabila? Karena secintanya laki-laki pada wanita apalagi wanita mandul seperti, Inara. Pada akhirnya Elang akan milih anak-anaknya karena kasian. Elang akan kasian dan nggak akan tega sama ana-anaknya…”
“Dan supaya Elang menjadi milik kamu seorang, nanti tante kamu yang akan bantu kamu, gampang… kita fitnah saja, Inara. Maka Elang … bahkan akan mentalak 3 Inara. Kamu lihat aja nanti, Sayang. Cara kerja mama dan tantemu… kamu yang akan jadi ratu Elang satu-satunya. Itu janji hidup dan mati mama untuk kamu…”
***
Seorang laki-laki dengan seragam sebuah catering yang terpasang di tubuhnya, terlihat menghela nafas panjang, melihat teman perempuannya yang memakai seragam yang sama dengannya terlihat berdiri melamun di sampingnya.
Sial! Tadi, sudah Rangga beri pilihan pada Iinara, ikut bergabung atau tidak dan Rangga menyarankan agar Inara tidak ikut bergabung, Inara langsung mendapatkan hasilnya saja, tapi Inara kekeuh memilih ikut bergabung untuk berpura-pura menjadi pegawai catering di pernikahan kedua suaminya sendiri yang di selenggarakan diam-diam oleh si Elang Mahendra Suteja b******n.
dan sudah cukup, Inara terus berdiri di sini, maka orang-orang akan curiga dengan penyamaran mereka.
“Jangan membuatku murka! Jangan melamun bagai orang t***l di sini.!”Ucap Rangga geram, membuat Inara tersentak kaget di tempatnya.
“Kamu juga, Mas. Apa nggak ada kata yang lebih kasar lagi?!”
“Halus sedikit dong sama perempuan… perempuan hamil lagi…”Ucap suara yang lainnya dengan nada suara yang tak kalah geram, kali ini bukan pada Inara, tapi pada Rangga… yang tubuhnya terlihat menegang kaku, melihat tatapan tajam sang tunangan yang berseragam pegawai dari fotografer yang akan membidik acara j*****m ini.
“dan kita bertiga sialan, bisa-bisanya kita berkumpul di sini, kita akan ketahuan…”
“Aku salah, aku minta maaf…”Inara membuka suara.
Suara yang terdengar sangat pelan dan lemah.
Sakit. Sakit hati Inara di dalam sana, melihat suaminya yang dengan gagah siap menikahi wanita lain di depan sana, diam-diam di belakangnya, dan untungnya ia bukan perempuan t***l yang tidak tahu apa-apa, dan sakit melihat di jari manis suaminya, sudah tidak ada cincin pernikahan mereka. Sakit… apalagi Inara dalam keadaan hamil saat ini, membuat mood Inara semakin berantakan berkali-kali lipat, tapi sakit dan patah hati yang lebih mendominasi perasaannya saat ini.
Kiara dan Rangga? Merinding mendengar suara Inara yang amat lirih barusan, dan kedua tangan Rangga terlihat mengepal erat.
Tidak hanya hati Inara yang sakit, tapi hati Rangga juga. Rangga yang wajahnya bahkan dalam sekejap sudah berubah merah padam, melihat air mata sudah mengalir di sudut mata Inara.
“Sakit memang, tapi aku yakin, rasa sakit yang kamu rasakan saat ini, akan berkurang besok, di saat semuanya kamu perlihatkan terutama kamu lah orang yang akan mencampakkan Elang besok. Sakit memang, tapi kamu lah yang akan menang pada akhirnya, Inara… “
“Kamu yang akan menang…”
“Dan lupakan laki-laki b******k itu. Lupakan pelakor itu, dia mendapatkan sisa atau bekas muntahan kamu, dia hanya dapat sisa, tanamkan pikiran seperti itu dalam hati dan otakmu, dan apa yang kamu alami saat ini akan Tuhan ganti dengan seratus kali lipat takdir hidup yang sangat baik ke depannya dengan anak-anakmu…”
“Ayo kita mulai bekerja. Jangan membuat cutiku sia-sia, Inara… sekali lagi, ayo kita bekerja. Dan kamu Kiara sayang, ambil lah gambar yang sangat manis untuk foto kedua manusia menjijikkan itu, lalu setelahnya Inara lah yang akan selfi di depan pengantin nanti , biar Elang pingsan melihat foto mantan istrinya di pernikahan diam-diamnya bagai pencuri hari ini ….”
*****
Lima menit lagi, ia akan melakukan ijab qabul, membuat Elang merasa sangat gugup saat ini, ah… bukan gugup, tapi takut, dan saat ini, pikirannya bukan di penuhi oleh calon pengantin, tapi pikirannya malah di penuhi oleh istri tuanya Inara.
Perasaan Elang juga sangat tidak enak saat ini, membuat keringat tak henti-henti keluar dari keningnya, yang akan di hapus dengan kesal oleh mamanya yang tahu dan tidak bisa di bohongi kalau saat ini ia yang sedang memikirkan Inara….
“Nah, calon istrimu sudah datang, lupakan perempuan mandul itu sejenak…”bisik Sarah geram, membuat Elang menegang kaku, membuat Elang yang menatap pada meja kecil di depannya sontak menatap kearah mamanya yang sudah beraut wajah gembira saat ini.
“Jangan tatap mama, El. Tatap calon istrimu yang sedang menujumu di depan….”ucap Sarah pelan,
Elang menuruti ucapan mamanya. Dan Elang…
Melongo…. Elang melongo melihat… melihat Sabila yang ada di depan sana, bahkan Elang saat ini terlihat mengusap kedua matanya, takut apa yang ia lihat saat ini salah, yang ada di depan benar Sabila kan?
“Yang kamu lihat benar Sabila!”
“Cantik, kan?”Ucap Sarah bangga.
Elang?
Kepalanya mengangguk semangat.
“Ya, cantik sekali…”Ucap Elang tercekat dengan pandangan yang tak lepas sedikitpun dari wajah Sabila yang saat ini sedang melempar senyum manis pada Elang.
Pada Elang yang jantungnya rasanya ingin meledak di dalam sana, pada Elang yang…. Merasa sedikit menyesal saat ini, kenapa…. Kenapa ia tidak melihat kecantikan Sabila yang sudah kerja selama 8 tahun dengannya, dan malah menikah dengan Inara. Bahkan lebih cantik Sabila di banding Inara kalau di lihat saat ini….
“Mas, air liurnya mau netes… itu di jemput tuh calon pengantinnya…”Ucap penghulu dengan nada menggoda, membuat lamunan Elang buyar, membuat tatapan Elang terlerpas dari Sabila.
Dan Elang dengan salah tingkah dan gugup, menuruti ucapan pak penghulu, menjemput calon pengantinnya.
Dan Elang dan Sabila sudah duduk berdampingan saat ini, siap di nikahkan oleh Pak penghulu….
“Semua para saksi sudah siap?”
“Siap!!”ucap para saksi lantang.
“Bismillah…. Saya nikah dan kawankan…..”
“Bagaimana para saksi, sah ?”
“SAH!!!!”
Ucapan SAH yang sangat lantang, mengikat Elang dan Sabila sebagai pasangan suami istri dua detik yang lalu, berhasil membuat air mata Inara yang ada di tepat di belakang Elang tapi jarak sekitar 10 meter menetes. Dan bahkan tubuh Inara hampir limbung, jatuh ke belakang, tapi untung saja ada Rangga yang sigap menahan tubuhnya.
Tidak hanya menahan tubuh Inara. Tapi, Rangga juga saat ini, sudah memeluk dan mendekapt tubuh Inara dengan pelukan dan dekapan yang sangat kuat dan erat, dan tidak hanya memeluk saat ini, di saat tubuh Inara terasa lemas dalam pelukan Rangga. Rangga bahkan sudah menggendong Inara ala bridal style. Keluar dari rumah yang berisi para orang j*****m… di ikuti oleh Kiara, Kiara yang melihat kekasihnya menggendong bahkan memeluk perempuan lain, sumpah tidak merasa cemburu sedikitpun, malah Kiara merasa terharu melihat Rangga dan Mbak Inara….
“Sakit dan sesak Mas Rangga…”
“Mas? Coba ulangi, kamu panggil saya apa barusan?”Rangga menghentikan langkahnya, tubuhnya tegang, jantungnya rasanya ingin meledak di dalam sana, mendengar Inara yang memanggilnya mas barusan. Dan jantung Rangga semakin menggila di saat Rangga menatap tepat pada mata Inara, mata Inara yang ternyata sangat mirip dengan mata mamanya dengan warna bola mata yang sama yaitu abu-abu. Rangga baru menyadari dan mengetahuinya hari ini.
“Hatiku sakit, hatiku rasanya mau keluar dari rongganya, Mas Rangga…”
cup
Ucapan Inara terhenti telak, di saat dengan tiba-tiba, Rangga mengecup dengan hangat dan lembut pucuk hidung Inara. Pucuk hidung Inara yang wajahnya terlihat pucat pasih saat ini….
“ Nggak sesakit di saat kamu terlambat mengetahui segalanya dan kamu belum sempat melakukan apa-apa untuk membalas rasa sakit hatimu, Inara…”
“Aku… Mas mu ini yang akan bantu kamu untuk membalas semuanya, kamu ku anggap adik mulai detik ini, jangan nangis lagi, entah kenapa… melihat kamu yang menangis seperti ini, hatiku yang lebih sakit dan sesak merasakan semuanya, Inara…. Aku juga bahkan lebih marah darimu melihat semua hal menjijikkan tadi, jangan nangis lagi…. Jangan nangis lagi, please…..sayang...”