Inara hari ini sudah berhasil, menarik sebagian kecil tabungannya yang ada di bank sebesar 3 M. dan uang itu, jelas langsung Inara serahkan pada Rangga. Bahkan, agar Inara merasa aman dan lega, bahkan Rangga dan Inara melakukan tanda tangan di atas materei. Terus, berkotak-kotak perhiasan juga sudah di bawa Rangga. Rangga yang tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya.
Dan sangat sempurna, bahkan hari ini, perhiasan imitasi sudah Amira letakkan di dalam kamarnya, jelas dengan bantuan Pak Toni dan juga istrinya, Bik Sari. Dan semuanya berjalan dengan lancar.
Dan pukul setengah 7 malam, Inara baru sampai di panti, yang di sambut dengan lega, oleh dua irt nya yang lain, ia pulang dengan selamat. Karena saking psosessivenya, Elang. Inara bahkan sangat sulit untuk keluar sendiri, sumpah… Inara suka dengan sifat possessive suaminya, Inara yang tak pernah mendapat kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya yang membuangnya di panti, merasa sangat di sayangi oleh suaminya, Elang. Tapi, di saat Inara sudah tahu, suaminya Elang main di belakangnya dengan perempuan lain. Inara merasa jijik di posesivve kan oleh Elang selama ini….
“Nggak baik, perempuan hamil melamun….”Ucap suara itu pelan sekali, tapi masih bisa di dengar oleh Inara. Inara yang bahkan tersentak kaget, dan reflek menatap keasal suara.
Inara melempar senyum yang sangat manis dan hangat…
“Aku nggak melamun, Bu. Aku… aku hanya merasa lega, dan puas…”Ucap Inara masih dengan senyum yang bertahan di wajah dan juga kedua bibirnya yang merah segar.
“Dan aku sangat bahagia, Bu. Nggak salah aku memakai jasa Pak Jamal…”Bisik Inara pelan sekali.
Dan bahkan Inara melirik ke setiap sudut kamar ibu panti, yang selama ini mengurus Inara dan sayang Inara bak anak sendiri.
Walau 2 irt yang tidak tahu tentang kondisi rumah tangga Inara dan tidak tahu tentang kehamilan Inara sudah pulang, di jemput Pak Toni, dan Inara mengirim pesan pada Elang kalau malam ini, Inara menginap di panti. Inara harus tetap was-was, dan hati-hati. Agar segala rahasia dan rencana nya tidak di ketahui oleh orang, termasuk anak-anak panti.
Anak panti yang sangat dekat dan sayang dengan Elang. Elang yang selalu royal apabila datang kemari,. Inara takut, anak-anak panti itu mendengar ucapannya, maka akan mengadu pada Ela…
Dan Hana, yang mengetahui kecemasan anaknya Inara. Sontak memegang lembut dan hangat tapak tangan lembut dan hangat Inara.
“Pintu sudah ibu kunci, jangan khawatir….”
“Tapi, yang lebih aman. Kita mending tidak usaha membahas hal itu di sini, yang penting pertemuanmu dengan Pak Jamal lancar….”Ucap Hana dengan nada lembutnya, dan Hana tercekat di saat anaknya Inara. Bruk! Menubruk kuat tubuhnya, mendekapynya dengan pelukan yang sangat erat. Dan Hana sekali lagi, tercekat di saat anaknya Inara…
“Inara mau bertanya, Bu… Apakah… Apakah keputusan yang sudah Inara buat dan sudah Inara jalankan sebagiannya salah? Apakah Inara salah dan bodoh menggugat Elang karena Elang sudah mengkhianati Inara…”
“Cukup, Inara…. Cukup, sayang!”potong Hana tegas ucapan Inara, Hana juga melepaskan paksa pelukan keduanya, Hana terlihat merangkum dagu Inara, agar Inara menatap wajahnya.
“Ibu… tidak berani membenarkan atau menyalahkan keputusan kamu, Nak. Karena nasib ibu sama seperti nasib kamu, ibu… lama hamil, dan suami ibu nikah terang-terangan di depan ibu untuk mendapatkan anak dan hati ibu tidak kuat, ibu memilih pergi, Nak….”
“Kalau gitu, Inara akan mengikuti langkah dan jejak, Ibu. Inara juga tidak kuat, Bu…”
“Apapun pilihan dan keputusanmu, Ibu akan mendukungmu, sayang….”
*****
Sudah Inara duga, laki-laki sialan yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya, mana mau mengijinkan dirinya untuk menginap di panti ini, dan apabila Inara ngotot nginap, maka ia akan ikut menginap, dan Inara yang capek menangis, menangis akan nasip dan masa lalu ibu Hananya, dan nangis akan nasib malang dirinya juga, hampir tidur, tapi sial! Baru 5 menit memejamkan mata, pintu kamarnya di ketuk berkali-kali dan berisik, dan bisa Inara tebak. Yang mengetuk pintu pasti suami jahanamnya.
Suami jahanamnya yang sejak dari dalam panti, hingga mereka sudah ada dalam mobil, menatap wajahnya barang membuang pandangannya sedikitpun kearah lain, membuat Inara jengah.
Tapi, Inara malas untuk membuka suara. Sangat amat malas, karena pasti, Elang beratnya-tanya, kenapa matanya sembab dan memerah, Elang tahu ia habis menangis, tapi menangis karena apa, itu yang menjadi pertanyaan Elang, yang terpancar dengan jelas di kedua sinar mata Elang saat ini.
Dan sial! Semenit, dua menit, dan di menit ke empat, Elang masih belum melajukan mobilnya, Inara mengalah, dengan gerak kaku, Inara menoleh kearah Elang, yang masih setia menatap wajahnya.
“Aku ngantuk,”Ucap Inara lemah, dan sial! Elang masih diam.
“Aku tidak akan melajukan mobil sialan ini, kalau kamu belum kasih tahu…”
“Aku ngantuk dan moodku sedang amat-amat buruk…”potong Inara tegas ucapan Elang.
Elang yang tatapannya sudah berubah tajam pada Inara saat ini.
“Tidur saja dalam mobil, ah… maksudnya, kita bisa tidur sepanjang malam di mobil sempit ini, kalau kamu belum kasih tahu, apa yang buat kamu nangis sampai wajahmu bengkak begini…”Ucap Elang dengan nada tak main-mainnya. Elang juga sudah membuang wajahnya kearah lain, tubuhnya yang duduk dengan tegak sedari tadi, kini sudah bersandar sepnuhnya pada kursi kemudinya, bersandar dengan amat santai. Dan elang tak main-main, Inara masih bungkam, Elang siap tidur di mobil sempit ini, dan bahkan Elang yang merasa sangat lelah juga saat ini, sudah memejamkan kedua matanya lembut dengan kedua tangan yang sudah laki-laki itu tenggerkan di atas keningnya.
Tapi, baru sekitar 20 detik Elang memejamkan kedua matanya, kedua mata Elang terbuka lebar di saat Inara….
“Moodku hancur, Mas.”
“Aku merasa tak berguna!”
“Aku adalah perempuan cacat, perempuan mandul....”
Brak! Ucapan dengan nada penuh emosional Inara, terhenti telak di saat elang dengan cepat dan erat, memeluk tubuhnya dari arah samping, dan Elang juga bahkan sudah membungkam mulut Inara lembut menggunakan tapak tangannya, andai mereka duduk saling berhadapan, Elang akan membungkam mulut istrinya dengan mulutnya, tapi karena mereka duduk menyamping, susah untuk Elang lakukan.
“Jangn bicara hal yang bodoh dan sampah. Kamu istriku yang sangat cantik, sempurna, dan istimewa….”
“Aku nggak butuh anak, yang aku butuhkan hanya kamu, terus lah ada di sampingku…. “
“Tak bosan aku mengatakan, kalau aku adalah milikkmu, dan kamu adalah milik mutlak dari seorang Elang Mahendra Suteja…”
“Dan kalau kamu merasa kesepian, ingin asuh anak, kita bisa adopsi anak sayang…”
“Tapi, yang harus kamu tahu, kamu adalah milikku untuk seumur hidupku…”Ucap Elang dengan nada dan raut seriusnya.
Dan sudah Elang putuskan dalam hati di rumahnya pukul 5 sore tadi, kalau Elang tidak akan menceraikan Inara sampai kapanpun, dan Elang sudah punya ide. setelah anaknya dengan Sabila lahir. Elang akan pura-pura adopsi anak, dan anak yang ia adopsi adalah anaknya sendiri dengan Sabila. Agar Elang dan Inara tidak capek-capek adopsi anak orang… dan sudah Elang putuskan juga, setelah ia menikah dengan Sabila…. Sabila akan Elang ceraikan. Sekali lagi, Elang hanya ingin anaknya….
Dan besar bukan rasa cinta Elang pada Inara?
Pasalnya, Elang bahkan rela dan tega, memisahkan anaknya dengan ibu kandungnya Sabila agar tidak melukai hati Inaranya…….