8. diam-diam bertemu pengecara

1373 Kata
Sial! kenapa jantungnya berdebar dengan laju yang tak normal di dalam sana, bahkan Elang juga merasa sedikit sesak nafas saat ini. Ada apa? Apakah Elang tiba-tiba memiliki sakit jantung? tidak! Tidak! Jangan bodoh, kamu sehat, Elang! Teriak batin Elang geram pada dirinya sendiri, yang saat ini entah kenapa merasa gugup dan takut-takut untuk masuk ke dalam rumahnya. Rumahnya sendiri dengan istri tercintanya, Inara! Ya, elang merasa gugup dan takut, sejak mobil yang Elang kemudikan memasuki komplek rumahnya, dan jantung Elang juga berdebar semakin menggila di saat Elang sudah masuk ke dalam rumah besarnya yang megah yang sudah Elang dan istri tercintanya Inara tempati sudah 6 tahun lamanya. Dan detik ini, Elang sudah tahu, apa yang membuat ia merasa gugup bahkan takut, yaitu karena aura rumah yang biasanya terasa hangat, nyaman, dan ramai oleh keberadaan Inara nya. Kini, rumahnya terasa sepi bahkan terasa mencekam. “Inara….”Teriak Elang akhirnya, memanggil nama sang istri dengan suara yang amat keras dan kuat, tapi tidak ada sahutan. Dan tidak ada batang hidung pembantu yang biasanya di jam 4 sore, pasti lalu lalang di dalam rumahnya. “Inara….!!!’’teriak Elang sekali lagi, tidak mendapat sahutan dari Inara dan juga dari para pembantunya. Dan kaki Elang yang tak diam sedari tadi, detik ini terlihat membeku kaku dengan wajah yang sudah pucat pasih. Aku sudah berkhianat! Teriak batin Elang kuat. Dengan wajah Elang yang semakin pucat pasih. Tapi, untung saja, Elang bisa menguasai dirinya dengan cepat, Elang saat ini terlihat memejamkan kedua matanya pahit… “Nggak mungkin, kan, Sayang. Kamu mengikutiku kemarin, dan kamu sudah mengetahui semuanya, kalau aku sudah berkhianat di belakangmu….” “Nggak mungkin, kamu pasti….” “Permisi Tuan Elang. Maafkan saya, tidak menunggu Tuan di depan rumah….” “Istri saya mana? Mana Inara?”Bentak Elang kuat, membuat seorang pembantu parubaya yang ada di depannya tersentak kaget dan kepalanya, reflek menunduk dalam. “Mana Inara. Jangan bisu!!” Ucap Elang pelan, melihat pembantu parubaya yang ada di depannya terlihat ketakutan padanya. “Anu,Pak. Saya cuman di suruh nyambut Tuan depan rumah, dan suruh kasih surat ini sama, Tuan….” Srak Ucapan pembantu parubaya bernama Sani, terhenti telak, di saat dengan sedikit kasar, Elang merampas surat dari tangannya. Dan elang menahan nafas kuat membuka selembar surat yang di lipat rapi oleh istrinya. Yang isinya…… Aku ke panti, Mas. Pulang jam 7 malam, 3 pembantu kita ikut aku, ada Bik Sani yang akan melayani keperluan, Mas. Aku akan pulang sendiri, jangan jemput…. Cinta kamu, suamiku…. Hufttttt Hembusan nafas lega, keluar dengan panjang dari mulut Elang. Elang yang tadi wajahnya pucat pasih, membaca surat dari istrinya, dan kini, raut wajahnya sudah kembali normal. Terlihat tenang bahkan terlihat sangat bahagia…. Lega yang lebih besar. “Nggak mungkin kamu ninggalin aku, kan, Inara. Kamu akan rugi kalau meninggalkan suami yang sangat mencintaimu, dan sangat tajir sepertiku…” “Dan aku juga yakin, misal bobrokku di ketahui olehmu, kamu pasti nggak akan mampu dan sanggup meninggalkan aku, Inara. Aku yakin itu. Karena kamu… hidupmu sangat tergantung terhadapku. Finansialmu dan finansial panti asuhan tempat kamu di asuh sejak bayi, aku lah yang menyuplainya…..” “dan tidak ada laki-laki di luar sana yang mencintai kamu sebesar rasa cinta dan sayangku padamu. Tidak ada, Inara…. Ha ha ha, hanya aku, sayang, hanya aku cintaku yang mencintaimu dengan sangat gila dan dalam .….” “Dan andai kamu nggak cacat, mandul… pasti, Sabila nggak pernah aku lirik sedikitpun, semua ini salah kamu…. Tapi…. Walau begitu…” “Love, you, Inara…. Love, you… aku janji, di saat hari libur, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu lagi seorang diri di istana kita ini…” **** “Non, kita sudah sampai….”Ucap suara itu lembut, memecahkan lamunan Inara. Inara yang duduk di depan, memandang lurus dengan tatapan kosong sedari tadi, membuat supir Inara pak Toni suami dari Bik Sari, tidak berani dan segan untuk membuyarkan lamunan majikannya sedari tadi. Begitupun dengan istrinya Sari yang duduk di bangku belakang, yang ikut diam, memberikan ruang sendiri pada majikannya yang sedang patah hati parah. Dan pada majikannya, yang mereka antar berdua kemari untuk bertemu dengan pengacara yang akan membantu majikannya dalam menyelesaikan semua masalahnya. Dan, ya, tidak hanya Sari yang sudah mengetahui tentang kondisi Inara, tapi suami Sari juga, yang menikahi Sari 3 tahun yang lalu, siap untuk ikut dan mengabdi pada Inara. Kemanapun Inara pergi nantinya, dan Toni maupun Sari sudah berjanji demi hidup dan mati mereka. Semua yang di lakukan atau yang mereka berdua ketahui tentang rencana Non Inara, mereka akan tutup mulut dan bungkam. “Saya entah kenapa merasa takut dan gugup…”Ucap Inara dengan suara tersendatnya. Kompak, mendapat gelengan tegas dari Toni dan juga Sari, yang kompak menatap Inara dengan tatapan lembut dan penuh cinta, bak anak sendiri. “Kita berdua, ada untuk Non Inara. Jangan takut, Non…..” “Terimah kasih, Bik, dan Pak toni…. Mendengar suara tegas dan semangat dari Pak Toni dan Bik Sari barusan, entah kenapa membuat saya seketika semangat…”Ucap Inara dengan suara yang sudah semangat, bahkan IInara yang duduk dengan lesu tadi, kini sudah duduk dengan tegak. Dan saat ini, Inara sedang membuka sabuk pengamannnya dengan tak sabar…. Dengan Toni, yang hampir saja keluar dari mobil untuk membukakan pintu untuk majikannya, tapi di tahan sama Inara… Inara yang…. “tidak, Pak toni dan Bik Sari, jangan keluar dari mobil sampai saya keluar dari restoran di depan, saya bisa buka sendiri, Pak pintu mobilnya, saya nggak selemah dan semanja itu….” “Tolong, jaga dengan baik berkotak-kotak dan berbatang-batang emas dan perhiasan saya, saya mempercayakan semuanya sama bapak dan ibu, sebelum perhiasan-perhiasan dan emas itu nantinya, akan di bawa oleh pengacara saya…. “Ucap Inara dengan suara yang terdengar memehon dan mengiba. Dan reflek, ucapan Inara barusan mendapat gelengan tegas dari Pak Toni dan Bik Sari. Yang masih kompak menatap Inara dengan tatapan sayang dan lembutnya…. “Non Inara tenang saja, saya dan suami saya, akan menurut akan semua ucapan Non Inara dan akan menjaga, harta benda yang akan jadi masa depan Non Inara dan calon Tuan Muda kami. Semoga segala urusan Non Inara bisa selesai dengan cepat dan mudah... “ “Aamiin dan terimah kasih, Bibi…” ***** Dengan memakai masker dua lapis, dan kacamata hitam yang besar, Inara mendongak untuk menatap restoran mewah yang ada di salah satu kota ini, restoran dengan 3 lantai, dan Inara dengan pengacara yang akan menolongnya akan bertemu di lantai 3, di salahh satu privat room yang ada di situ, dan Inara mendapat chat 2 menit yang lalu, kalau Pak Jamal sudah ada di atas. “Ayo, Inara… segera masuk….”Bisik Inara geram, pada dirinya yang lelet sedari tadi, karena entah kenapa, dengan sialannya, Inara malah merasa ragu untuk bertemu dengan Pak Jamal. Tapi, rasa ragu itu, sudah hilang entah kemana, di saat ingatan Inara melayang, kalau suami bejatnya bahkan masih ada di rumah Sabila, mungkin. Dan mengingat hal, itu. Membuat Inara tanpa sadar, bahkan berlari kecil dan ceroboh…. Karena baru di pel…. 30 detik yang lalu, Inara yang berlari, takut lift keburu ketutup, yang mengangkut seorang laki-laki parubaya yang sedang menunduk tidak melihat Inara…. Inara hampir saja terjatuh dengan membanting perutnya. Tapi… untung saja, ada sepasang tangan kekar, yang sigap menahan kedua d**a Inara dari arah belakang. Dan orang yang sudah menyelematkan Inara…. “Perempuan bodoh dan ceroboh!”Ucapnya dengan nada yang amat dingin, membuat Inara seketika merinding mendengarnya. Dan reflek ingin melepaskan diri, tapi sialan! Laki-laki yang ada di belakangnya belum mau melepaskan tubuhnya, yang di peluk dari arah belakang. “Terimah kasih, dan tolong lepaskan tubuh saya….” “Ucapan terimah kasih saja tidak cukup, aku tidak hanya menyelematkan nyawamu, tapi juga sudah menyelamtkan nyawa anak yang masih ada dalam perutmu….”Ucap suara itu, kali ini terdengar datar, membuat Inara, dengan mudah sontak menatap kearah laki-laki yang sudah menolongnya, dan sumpah, wajah laki-laki yang saat ini, sudah melepaskan tubuhnya, terlihat sangat-sangat datar…membuat Inara takut sekaligus gugup melihatnya, dan Inara… “Bagaimana anda bisa tahu…” “Aku adalah Pangeran yang di kirim oleh ibumu yang sebenarnya masih hidup di Singapura sana, untuk menyelamatkan kamu dari suamimu yang sudah mengkhianatimu, bahkan sudah menghamili selingkuhannya. Aku adalah Pangeran yang akan menghancurkan seorang Elang Mahendra Suteja, tidak peduli walau laki-laki sampah itu adalah ayah anakmu….!!!” Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN