Inara menyeka mulutnya yang basah dengan punggung tangannya, gerakan tangannya yang membersihkan mulutnya terlihat lemas dan lemah. Pasalnya, sejak 10 menit yang lalu, Inara merasa mual hebat bahkan 3 menit yang sudah berlalu, Inara berhasil memuntahkan s**u hamil yang Inara minum diam-diam sejak semalam, yang di belikan oleh Bi Sari secera diam-diam juga agar tak di ketahui oleh pembantu yang lainnya. Tentang keaadaannya yang sedang hamil muda saat ini.
Dan sepertinya s**u hamil rasa vanilla tidak cocok dengan lidah dan mungkin tidak di sukai anak di dalam perutnya, pasalnya semalam, setelah selesai meminum s**u hamilnya, Inara juga merasa mual, tidak sampai muntah seperti tadi. Dan tadi, tepat setelah Inara meminum s**u hamilnya, Inara langsung muntah hebat dan juga merasa mual yang tak kalah hebat, dan mengotori bajunya yang akan siap-siap untuk bertemu dengan pengcara hebat yang diam-diam sudah Inara hubungi juga sejak 4 jam sudah berlalu, Inara mengetahui kalau suami yang sangat ia cinta sudah berselingkuh.
dan, ya. Baju kotor Inara sudah Inara ganti dengan baju yang baru, dress lengan pendek dan setinggi lutut membuat wajah sedikit pucat Inara terlihat sangat segar saat ini, dan Inara juga saat ini dengan senyum tertahan di wajahnya, terlihat mengoleskan perona bibir, agar penampilannya semakin segar dan cantik….
“Kamu… kerja sama dong, Nak, sama, mama…. Jangan mual-mual dulu…. “Ucap Inara lembut sekali. Dengan tangan yang sudah ada di depan perutnya, mengelus selembut bulu di sana. Berharap anaknya yang mungkin masih berbentuk gumpalan, merasa kasian dan menurut padanya.
“Mama harus kuat untuk sehari dua hari ini, mungkin sampai minggu depan, banyak hal yang harus mama lakukan dan siapkan untuk kepergian kita….”Ucap Inara kali iini dengan senyum getirnya.
Dan gerakan tangannya yang mengelus perutnya yang masih rata, terhenti telak…. Ekspresi Inara juga dalam sekejap berubah getir bahkan amat getir….
“Mungkin, tanpa mama kasih tahu kamu, curhat sama kamu, kamu sudah tahu, kalau papamu bahkan nggak pulang kemarin. Katanya dia akan langsung pulang, nak. Setelah pekerjaannya selesai. Pekerjannya yang tidak lain dan bukan membelikan apa yang diinginkan sama calon mama tirimu. Papa mu nggak pulang, nginap di sana. Meninggalkan mama dan kamu seorang diri di sini….”
“Mengirim chat yang berisi dusta, kalau relasi bisnisnya, baru ada di rumahnya di malam hari, bohong sayang. Papa mu ada di rumah pelakor itu…. Dan akan pulang nanti sore…. “
“dan mama…. Jijik sebenaarnya untuk mengingat chat kebohongan papamu siang kemarin, tapi mama hanya pengen, kamu tahu, betapa b***t dan jahatnya papamu pada mama, dan mama berharap, suatu saat nanti kamu ada di pihak mama, membela dan membalas rasa sakit hati mama pada papa bejatmu, Nak…”
“Oleh karena itu, jadi lah anak yang baik, ya. Mama mual muntah, waktu mama untuk bertemu Pak Jamal jadi terundur sedikit…”
“Sekali lagi, jangan rewel di dalam situ, Nak. Sampai semua pekerjaan mama selesai. Pekerjaan untuk membuat papa bejatmu dan selingkuhannya hancur tak bersisa…..”Ucap Inara dengan kedua tangan yang mengepal erat, dan kali ini, ada air mata yang sudah mengalir di sudut matanya.
Dan Inara, tidak bohong… sudah ada rencana hebat dalam otaknya, untuk menghancurkan usaha dan pekerjaan suaminya, tapi… itu… Inara butuh pendapat dan jawaban dari Pak Jamal… apakah Inara bisa melakukan hal itu…. Nantinya. Hal yang akan ia lakukan sangat gampang, tapi sangat berefek pada relasi bisnis suami bejatnya…..
*******
Pegal. Seluruh tubuhnya terasa pegal dan sakit, membuat Elang… dengan berat hati dan malas, membuka kedua matanya yang terasa amat lengket saat ini. Elang juga entah kenapa merasa dingin, membuat Elang semakin mengeratkan selimut yang melilit tubuhnya, sampai tubuhnya yang merasa dingin sedikit menghangat.
Tapi, tunggul dulu… ini sudah jam berapa? Mengingat jam, membuat Elang terlonjak bangun dengan kasar dari baringannya, dan kedua mata Elang membelalak melihat… kamar yang ia tempati saat ini sudah terang bernderang artinya sudah pagi.
Dan menyadari hari sudah pagi, Elang bahkan meloncat dari atas ranjang, siap untuk ke kamar mandi, tapi urung di lakukan Elang.
Elang yang saat ini, ingin tahu. Sudah jam berapa saat ini, dan semoga jam baru menunjukkan pukul 7 pagi.
“s**t. Semoga baru jam 7…”Ucap Elang geram.
Dan tubuh Elang menegang kaku, melihat….
“Sial. Jam 9 pagi, Inara akan curiga. Sial!”Ucap Elang dengan wajah yang sangat frustasi, dan Elang tidak mau membuang waktu lagi, Elang harus segera ke kamar mandi.
Tapi, sekali lagi, Elang yang ingin segera mandi, urung di saat Elang… merasa…. Tubuhnya terasa dingin…. Dan Elang menahan nafas kuat, di saat Elang baru menyadari… kalau… kalau tubuhnya telanjang bulat saat ini.
“s**t! Aku baru ingat….”
“Wajar kamu kesiangan, Elang. Wajar…”Ucap Elang geram. Geram pada dirinya sendiri, dan dengan jantung yang rasanya ingin meledak. Elang menatap kearah ranjang tempat tidurnya tadi.
Dan Elang tidak kaget melihat ada tubuh telanjang seorang wanita dengan perut yang sudah sedikit buncit yang tidak lain dan bukan adalah Sabila.
Sabila yang Elang sentuh dan jamah tubuhnya semalam, dari pukul 11 malam, hingga pukul 3 pagi… lalu mereka bercerita panjang lebar sampai pukul 4 pagi, berdebat ingin anak mereka laki-laki, sabila ingin anak perempuan. Intinya obrolam mereka sangat seru, dan wajar kan, Elang kesiangan.
Dan sumpah, Elang merasa sangat b***t dan merasa bersalah pada Inara….
Ya, bersalah… karena total sudah 3 kali Elang bermain tubuh dengan Sabila. Satu kali, dalam keadaan sedikit mabuk, dua kali dalam keadaan sadar,
Tapi, Elang nggak mau salah….nggak mau…
“Ya, aku nggak salah, Inara, Sayang. Karena mungkin, aku yang ingin tidur dengan Sabila adalah bawaan bayi kita. Andai kamu yang hamil pasti setiap detiknya aku ingin bercinta sama kamu, tapi karena Sabila yang hamil anakku atau anak kita, membuatku ngidam ingin bercinta dengan Sabila…. “
“Sekali lagi, aku nggak salah. Kamu yang salah, kamu sudah hidup enak, selalu ku limpahkan dengan kasih sayang dan cinta, liburan keliling dunia, makanan yang enak, materi berlimpah, tapi untuk hamil saja kamu payah. Andai kamu hamil sejak dulu, aku nggak akan ada di posisi ini dengan Sabila. Kamu yang payah dan cacat…”
“Tapi, walau begitu, aku tetap cinta mati sama kamu, Inara sayang. Tubuhku memang sudah berkhianat, tapi hatiku tidak, aku sudah sadar semalam. Aku memang sayang Sabila, sayang hanya karena dia ibu dari anakku yang sedang di kandungnya… dan kamu nggak boleh tahu hal ini, aku nggak mau, cinta darimu untuku berkurang. Kamu harus terus memujaku sepenuh hatimu sebagaimana aku memujamu sepenuh hati dan hidupku…. Bahkan aku menentang mamaku 6 tahun yang lalu hanya untuk menikahi gadis miskin seperti kamu. Tapi, kamu sudah ku buat seperti Cinderella. Sekali lagi, aku cinta mati sama kamu, Inara… kamu harus jadi milikkki untuk seumur hidupku….”
tbc