Saphira sedang mencari universitas yang cocok dengan bidang yang dia suka. Dia memilih beberapa dari mereka dan mulai menyeleksinya. Pada akhirnya dia menemukan satu kampus yang menurutnya bagus. Tempatnya strategis, banyak tempat kos murah, dan tentunya banyak cafe yang bisa menjadi tempatnya bekerja sambilan nanti. Dia pun mendaftar, mengirimkan formulir pendaftarannya lewat email. Dia hanya perlu menunggu pengumumannya, jika dia lolos seleksi, maka dia akan segera pergi untuk mencari tempat kos dan tempat bekerja.
Hari itu dia bersiap untuk pergi ke club tempatnya bekerja. Dia merasa harus menyelesaikan urusan pekerjaan dengan Bos-nya. Agar dia bisa melanjutkan kuliah tanpa mempunyai beban apa pun. Dia berangkat bekerja seperti biasa. Dia menghampiri warung keluarganya terlebih dahulu. Berpamitan dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju club. Sebenarnya dia merasa heran. Karena biasanya dia akan dicari ke rumah jika tidak datang bekerja. Apa lagi itu sudah tiga hari. Tapi, Bosnya malah tidak menunjukkan respon apa pun. Apa Romeo telah membereskan semuanya?
Dia memarkir motor dan meletakkan helm dia spion motornya. Kemudian dia merapikan poni dan pakaiannya. Dia pun berjalan masuk dengan sedikit menunduk. Dia takut, jika ada orang yang menyadari bahwa dia adalah gadis yang diseret oleh pria mabuk di club. Nyatanya tidak ada satu pun dari mereka yang melakukan hal buruk padanya. Mereka bersikap seolah-olah tidak pernah melihat kejadian itu. Mereka menyapa Saphira dengan ramah seperti biasanya.
“Bos sudah menunggu kamu datang, cepat pergi ke ruangannya!” ucap Genta. Seorang penjaga yang bertugas untuk mengawasi mereka.
Saphira mengangguk, dia tidak mengucapkan apapun. Dia langsung berjalan menuju ruangan Bos-nya. Dalam hatinya dia merasa takut, tapi dia mencoba untuk terlihat setenang mungkin. Dia sudah berada di depan ruangan Gerald. Dia diam dan meremas jemarinya. Kemudian dia menghela napas sebentar, barulah dia mengetuk pintunya.
Tok. Tok. Tok.
“Siapa?” teriak Gerald dari dalam ruangannya.
“Saphira,” jawabnya dengan sedikit takut.
“Masuklah!” dia kembali berteriak.
Saphira membuka pintu ruangan Gerald dengan perlahan. Dia melangkahkan kakinya dengan pelan-pelan. Kepalanya masih menunduk, dia merasa takut dengan apa yang akan dikatakan oleh Bos-nya. Karena Genta telah mengatakan padanya bahwa Gerald sudah menanti kehadirannya. Itu berarti ada hal buruk yang kan terjadi padanya.
Saphira masih terdiam, sementara Gerald memandangnya dari atas hingga ke bawah. Dia heran, kenapa Bos besar seperti Romeo menginginkan dia? Padahal tubuhnya juga tidak seksi, tapi wajahnya memang sangat cantik. Seorang Romeo bahkan meminta secara pribadi kepadanya agar memecatnya. Gerald yang tidak ada di club malam itu tidak mengetahui apa pun. Dia tidak tahu, bahwa bukan Romeo. Tapi Kaisar yang menginginkannya.
“Duduklah!” ucap Gerald setelah dia memperhatikannya dengan detail. Dia tidak akan rugi apa pun jika dia memecat Saphira. Karena selama ini saphira tidak pernah melayani para tamunya hingga ke kamar. Dia hanya melayani mereka untuk minum, tapi tidak pernah mau disentuh. Karena dia juga tidak mempunyai masalah dengannya, dia juga tidak bisa memaksa Saphira untuk melayani mereka. Apa lagi Romeo menawarkan akan memberikan sejumlah uang padanya. Itu adalah sebuah kesepakatan yang bagus. Jadi dia akan segera memecatnya dan mendapatkan uangnya dengan segera.
Saphira menuruti perintah Bos-nya untuk duduk. Dia duduk dengan posisi kepala masih menunduk. Dia juga masih meremas jemarinya sendiri karena gugup. Dia ragu-ragu, dia bingung, bagaimana caranya dia menyampaikan keinginannya untuk berhenti bekerja.
“Aku tidak tahu kamu sedang menghadapi masalah apa. Tapi maafkan aku, aku harus memecat kamu,” ucap Gerald. Dia menggerakkan jemarinya di atas meja. Hingga membuat kuku-kukunya mengeluarkan suara ketukan yang terus menerus.
Saphira mendongakan kepalanya. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Dia baru saja ingin mengundurkan diri dan tidak tahu bagaimana caranya agar dia diizinkan berhenti bekerja oleh Gerald. Tapi sekarang dia menerima kenyataan bahwa Gerald terlebih dulu memecatnya. Ini adalah sebuah keajaiban. Dia tidak perlu susah-susah memberikan alasan pada Gerald. Dia hanya perlu memberikan surat pengunduran dirinya dan segera pergi dari sana.
Dia menyodorkan surat yang sedari tadi dia pegang. Surat pengunduran diri itu bahkan sedikit basah karena tangannya berkeringat. Sekarang ganti gerald yang menatapnya bingung. Surat apa yang sedang disodorkan olehnya pada dia?
“Apa ini?” tanya Gerald dengan nada penasaran. Dia segera mengambil dan membukanya. Kemudian dia tertawa terbahak-bahak setelah membaca isinya.
“Jadi kamu sudah menyiapkan ini, baguslah. Kita tidak perlu saling berbasa-basi. Aku menerima surat ini, dan segera kemas barangmu!” ucap Gerald. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Dia begitu senang karena dia akan mendapatkan uang puluhan juta.
Saphira mengedipkan matanya beberapa kali. Semudah itu ternyata mengundurkan diri, begitu pikirnya. “Kamu tidak akan menanyakan alasanku berhenti?” ucap Saphira memastikan. Dia memandang Gerald dengan kening yang berkerut. Karena dia bingung, kenapa Gerald tiba-tiba memecatnya, begitu pula dia terlihat sangat bahagia setelah mengetahui dirinya akan mengundurkan diri. Itu benar-benar membuat Saphira menjadi sangat penasaran.
“Tidak perlu,” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Dia mengibas-ibaskan tangannya ke arah Saphira. Itu adalah tanda bahwa dia menyuruh Saphira untuk segera keluar dari ruangannya.
Saphira pun berdiri dan menunduk sebentar. Kemudian dia keluar dari ruangan Gerald dengan perasaan lega. Dia akhirnya sudah berhenti bekerja. Dia hanya menunggu hasil pengumuman seleksi di universitas. Dia sangat yakin diterima, karena dia telah melampirkan banyak bukti kecerdasannya di formulir pendaftarannya. Dia kembali ke ruang ganti dan menemui Yolanda. Dia adalah satu-satunya orang yang dekat dengan dirinya di sana.
“Aku sudah berhenti,” ucapnya di telinga Yolanda yang sedang memoles wajahnya dengan make-up. Membuat Yolanda kaget dan mascaranya sedikit merembet. Dia menoleh ke arah Saphira.
“Serius? Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Uangmu sudah cukup untuk kuliah? Ah aku iri padamu!” ucapnya. Dia tertawa dan kemudian memeluk saphira.
Saphira membalas pelukannya dengan erat. Dia juga menepuk-tepuk punggung temannya itu. Dia ingin menenangkannya, karena mereka pasti akan sulit untuk bertemu lagi. Ini adalah momen haru dan pasti si cengeng Yolanda itu akan menangis. Benar saja, tidak berselang lama mereka berpelukan Yolanda sudah terisak-isak. Suara sedotan ingusnya pun juga terdengar. Saphira semakin mengeratkan pelukannya.
“Aku pasti mengunjungimu, doakan aku menyelesaikan kuliah dengan cepat. Aku pasti akan bekerja di perusahaan besar. Dan aku akan memberikan tip banyak padamu setiap kali aku datang!” ucap Saphira mencoba menenangkan temannya. Dia melepaskan pelukannya secara perlahan. Kemudian mengusap air mata Yolanda dengan tisu. Make-up di wajahnya sudah mulai berantakan karena air mata.
“Senyum dong, aku sedang bahagia. Masa kamu menangis?” ucap Saphira padanya.
Yolanda hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian dia menyeka ingus dan mengusap air matanya. Dia kembali menatap cermin di depannya. Merapikan make-up hingga wajahnya terhias dengan sempurna. Saphira menungguinya dengan sabar. Dia hanya diam selama Yolanda merias wajahnya.
Setelah selesai mereka berdua pun berpelukan kembali.
“Aku harus pergi sekarang,” ucap Saphira padanya.
“Kemana?” tanya Yolanda dengan nada cemas. Dia masih teringat akan kejadian malam itu. Tapi dia tidak berani menanyakannya pada Saphira. Karena dia tidak ingin temannya itu merasa sedih lagi. Apa lagi Genta juga sudah mengatakan pada semuanya, bahwa mereka harus melupakan kejadian itu. Jika ada yang berani mengungkitnya maka dia akan dipecat.
“Pulang! Kenapa kamu terlihat cemas?” ucap Saphira merasa heran. Dia merasa Yolanda sedang mengkhawatirkannya. Tatapan mata Yolanda sangat menunjukkan hal itu. Tapi mulutnya seakan tidak berani menanyakan kemana dia malam itu. Setelah seorang pria menyeretnya keluar club dengan keras.
Saphira tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu cemas. Aku akan pulang dan menyiapkan segala keperluan kuliah.” Saphira memeluknya sekali lagi. kemudian dia melepaskannya dengan perlahan. Yolanda masih terdiam, dia benar-benar takut akan dipecat jika menanyakan hal itu pada Saphira.
“Semangat ya kerjanya!” teriaknya saat dia akan keluar dari ruang ganti. Dia melambai-lambaikan tangannya. Kemudian dibalas oleh Yolanda. Yolanda bernapas lega, teman baiknya itu baik-baik saja. Dia bahkan terlihat sehat dan juga bahagia. Jadi dia tidak lagi perlu untuk khawatir dengan kondisinya. Saphira sudah mulai bisa meraih impiannya satu per satu. Kuliah adalah jalan awal baginya untuk menggapai segala impiannya. Kini Yolanda hanya perlu mendoakannya saja. Semoga dia bahagia dan bisa menjadi seorang wanita yang sukses.
“Kamu tidak bertanya soal kejadian malam itu padanya kan?” suara berat itu mengagetkannya. Yolanda menoleh ke arah sumber suara. Itu adalah Genta. Dengan cepat Yolanda menggelengkan kepalanya. Dia merasa takut setiap kali Genta berbicara. Karena selama ini Genta selalu tidak pernah segan menyakiti siapa pun yang melanggar aturannya.
“Ti-tidak.” Yolanda gugup, hingga dia terbata-bata saat menjawab pertanyaan dari Genta.
“Bagus.” Hanya itu yang dia katakan pada Yolanda. Kemudian dia pun keluar dari ruang ganti. Meninggalkan Yolanda yang mulai gemetar karena ketakutan padanya.