Romeo masih berada di ruang kerjanya. Dia sudah mengantarkan Romeo pulang ke rumahnya. Tapi dia memlih untuk kembali ke kantor. Dia merasa pusing dengan perintah yang diberikan oleh Kaisar. Semakin hari semakin aneh saja perintah yang dia berikan padanya. Romeo memandangi ponselnya. Dia masih berpikir bagaimana caranya agar Saphira bisa menerima semua barang tersebut. Dan dia juga tidak akan menanyakan apa alasannya memberikan banyak barang tersebut padanya. Romeo memijit pelipisnya secara perlahan. Rasa sakit di kepalanya masih terasa mengganggunya. Tanpa pikir panjang lagi. Dia pun mengirimkan pesan pada bawahannya untuk mengirimkan semua barang tersebut ke sebuah rumah. Rumah itu adalah rumah yang nantinya akan di tempati oleh Saphira. Sia sudah menyiapkan semuanya. Dia hanya perlu memberikan alamat rumah itu pada Saphira. Dan dia akan tinggal di sana selama dia kuliah nantinya.
***
Masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) akan segera dilaksanakan. Romeo telah mengirimkan alamat rumah tersebut ke nomor Saphira. Saphira setuju dengan bantuan Romeo kali ini. karena dia emmang sangat membutuhkan tempat tinggal selama kuliah. Jarak dari kampus ke rumahnya cukup jauh. Jadi akan memakan banyak waktu jika dia hrus bolak-balik setiap hari. Dia masih belum mengetahui, bahwa di rumah tersebut telah tersedia banyak hal yang dia butuhkan. Bahkan para pelayan sudah tinggal dan siap melayaninya di sana.
“Ibu, Ayah, aku akan berangkat sekarang. Aku akan pulang sebulan sekali. Oh iya, aku sudah mengirimkan nomor baruku ke ponsel kalian. Jangan mencemaskan aku, kalian cukup fokus padda Desta. Oke?” ucap Saphira. Dia memeluk kedua orang tuanya setelah mengucapkan itu. Dia pun pergi dan melambaikan tangan kepada mereka. Dia turun dengan membawa sbuah koper yang cukup besar. Entah apa saja isi yang ada di dalamnya. Dia mengangkatnya dengan susah payah. Dia terkejut saat ada seorang pria yang berlari menghampirinya. Kemudian dia mengambil koper miliknya tanpa mengatakan apapun.
“Maling! Eh kamu maling ya? tolong ada maling!” teriaknya. Sayangnya tidak ada satu pun orang yang ada di sana. Dia sendirian. Dan sekarang kopernya sedang diambil oleh orang yang tidak dia kenal. Dia mengejar pria itu. Ternyata dia memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Sebuah kejutan baginya, ternyata pria itu adalah supir yang sudah menunggunya sedari tadi. Dia akan mengantarkan Saphira ke rumah yang akan dia tempati selama masa kuliahnya.
“Maaf telah membuatmu terkejut Nona, saya diperintahkan oleh Tuan untuk menjemputmu. Saya akan mengantarkan Nona ke rumah.” dia mengucapkannya dengan sangat sopan. Saphira tidak pernah diperlakukan sesopan itu sebelumnya. Kali ini dia merasa telah menjadi seorang putri. Dilayani dengan segala kehormatan.
Saphira hanya mengangguk dan menuruti saja ucapan dari supir tersebut. Karena dia sudang diberitahu oleh Romeo bahawa dia akan dijemput. Dia masuk ke dalam mobbil yang sudah dibukakan pintunya oleh sang supir. Setelah dia menutup pintu, barulah mobil itu berjalan. Mobil melaju cukup kencang. Jalanan begitu sepi, padahal menurut Saphira dia tidak berangkat terlalu pagi.
“Pak, bolehkah saya membuka jendelanya?” pinta Saphira pada supir tersebut.
Supir itu mengangguk, dia pun membuka jendela di samping Saphira duduk. Jendela itu terbuka sedikit demi sedikit. “Apakah sudah cukup?” ucap sang supir. Saphira mengangguk. Sang supir pun melanjutkan menyetir menuju rumah yang akan ditempati oleh Saphira.
Sekitar satu jam perjalanan mereka pun sampai di rumah tersebut. Rumah itu terlihat sederhana dari luar. Tapi begitu mewah di dalam. Rumah itu besar dengan cat putih bersih. Mempunyai halaman yang luas dan juga kolam renang. Saphira masih terdiam di dalam mobil. Padahal sang supir sudah membukakan pintu sedari tadi.
“Nona, silakan turun. Saya akan membawakan barang Nona.” Dia mempersilakan Saphira keluar dari mobil. Kemudian dia dengan sigap mengeluarkan koper dari bagasi dan membawanya masuk. Dia terlupa, bahwa Saphira masih berada di samping mobil. Dia sedang terkesima dengan rumah yang telah disiapkan Romeo untuknya. Dia tidak pernah membayangkan bisa hidup dan tinggal di rumah semegah itu. Saphira masih memandangi sekeliling rumah tersebut. Dia melihat dengan detail setiap sisinya. Dia memperhatikan semua hal, hingga sebuah kotak surat pun dia memandanginya dengan takjub. Dia yang selama ini hidup pas-pasan dan tinggal di rumah kecil bersama dengan orang tuanya. Kini dia akan hidup di rumah mewah dan besar. Hal yang dia butuhkan sekarang hanyalah belajar dan mencari pekrjaan sambilan. Untuk mencukupi kebutuhannya selama kuliah dan membantu meringankan beban kedua orang tuanya yang harus mencicil hutang.
Supir itu berlari ke arah Saphira dengan sedikit tergopoh. Wajahnya terlihat begitu ketakutan dan cemas. Dia harus melayani Saphira dengan baik, tapi dia malah meninggalkannya di luar rumah sendirian. Bayang-banyang kemarahan atasannya sudah ada dalam benaknya. Dia pasti akan dimarahi, tapi itu tidak mengapa, jika dia sampai dicepat. Tamatlah sudah riwayatnya.
“Nona, Nona,” panggilnya dengan nada cemas.
Saphira melihat ke arahnya dengan tatapan bingung, kenapa supir itu kembali padanya. dan dia terlihat seperti sedang ketakutan.
“Iya, Pak, ada apa?” jawab Saphira.
“Nona, kenapa Anda tidak langsung masuk? Ayo segera masuk. Aku tidak ingin mendapatkan masalah dalam pekerjaanku. Jadi kumohon, masuklah bersamaku,” ucap supir itu. Saphira yang tidak mengerti dengan maksud ucapannya hanya bisa mengekor padanya.
“Memangnya ada apa Pak? Bapak kan tidak melakukan kesalahan apa pun,” ucap Saphira. Dia merasa penasaran. Kenapa supir itu terlihat sangat cemas.
“Nona, Tuan telah mempercayakan saya untuk melayani Anda. Jadi saya harus melakukannya dengan baik. jika tidak, saya bisa dipecat.” Supir itu menjelaskan posisinya pada Saphira.
“Memangnya siapa Tuan Anda?” Saphira sangat penasaran apakah itu adalah Kaisar atau Romeo.
Namun supir itu tidak menjawabnya. Dia hanya diam dan kemudian pergi meninggalkan Saphira dengan rasa penasarannya yang sangat besar. Ada seorang pelayan yang datang menghampirinya.
“Nona,” ucapnya sambil menunduk.
“Ada yang bisa saya bantu?” lanjutnya.
Saphira menggelengkan kepalanya, dia memang sedang tidak membutuhkan apa pun.
“Jika tidak ada yang Anda butuhkan. Maka marilah ikut saya, saya akan mengantarkan Nona ke kamar,” ucapnya. Dia langsung ebrjalan dan diikuti oleh Saphira di belakangnya. Rumah itu sangat mewah. Barang-barang dan juga hiasannya sudah bisa dipastikan bukanlah barang yang murah. Rumah itu memiliki empat kamar. Dua di lantai bawah dan dua lagi di lantai atas. Pelayan itu mengantar Saphira menuju kamar di lantai bawah. Kamar itu terhubung dengan kolam renang. Itu seolah kolam renang pribadi baginya.
“Koper Nona sudah saya letakkan di sana. Menurut saya, Nona tidak perlu membongkarnya. Di dalam kamar ini semuanya sudah tersedia. Nona tinggal memilih mana yang akan Nona kenakan. Jika ada yang Nona butuhkan, Nona bisa memanggilku. Namaku velyn,” ucapnya. Dia masih diam dan berdiri di tempatnya. Dia menunggu jawaban dari Saphira. apakah ada yang dia butuhkan lagi atau tidak. Jika tidak dia akan segera keluar dari kamar dan memberikan waktu pada Saphira untuk beristirahat.
“Siapa yang mempersiapkan semua ini untukku?” rasa penasaran Saphira masih berlangsung. Karena tidak mendapatkan jawaban dari supir. Dia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Velyn.
Velyn hanya tersenyum dan menggeleng, “Maaf Nona, saya tidak bisa menyebutkan siapa Tuan saya. Tapi percayalah, dia adalah orang yang sangat baik. dia bahkan memilih semuanya sendiri. Jika sudah tidak ada apa-apa lagi, saya permisi. Selamat beristirahat.” Velyn menunduk sebentar. Kemudian dia keluar dari kamar Saphira dan menutup pintunya dengan perlahan.
Saphira menghembuskan napasnya pelan. Dia mulai mrasa emosi, pertanyaannya tidak dijawab oleh mereka. Dia kan penasaran, apakah memang Romeo atau malah kaisar. Tapi, kenapa Kaisar harus repot-repot melakukan ini semua untuknya? Romeo juga, kenapa dia bersusah payah memberikan semua fasilitas tersbeut padanya. Padahal dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan kedua pria tersebut. Tapi, kenapa tiba-tiba dia bisa mendapatkan begitu banyak keberuntungan setelah mengenal mereka. Setelah malam petaka itu. Kini Tuhan seolah sedang membayar pada Saphira. Semua hal yang selama ini dia inginkan terkabul. Bisa kuliah, bahkan di kampus terbaik. Bisa hidup nyaman, bahkan tinggal di rumah mewah. Saphira tiba-tiba berdiri. Dia berjalan ke arah jendela kamar. Di sana dia menakupan kedua tangannya dan menutup matanya.
“Tuhan terima kasih atas segalanya. Terima kasih telah mengabulkan doaku dengan cara terbaik.” Kemudian dengan perlahan dia membuka matanya. Dia merasa begitu lega. Rasa damai menyelimuti dirinya.
***
“Apa pun yang dia perlukan, berikan!” itu adalah sebuah perintah tidak masuk akal ke empat yang telah diucapkan oleh kaisar padanya.
Romeo menelan ludahnya. Dia sudah sangat frustasi menuruti perintah yang tidak masuk akal itu. Dia lebih baik ditugaskan untuk menghabisi nyawa seseorang dari pada dia harus melayani seorang gadis keras kepala seperti Saphira.
“Tuan, maafkan saya. Tapi ....” belum sempat Romeo melanjutkan kalimatnya. Kaisar mengangkat tangan kanannya. Itu adalah pertanda, bahwa Romeo harus menghentikan ucapannya. Romeo menggigit bibir bawahnya. Dia rasanya sudah tidak sanggup lagi jika harus berususan dengan Saphira. gadis itu terlalu banyak tanya, karena dia memang kritis.
“Jangan meminta maaf. Lakukan saja apa yang aku perintahkan. Kamu sangat mengetahui, bahwa aku membenci penolakan.” Kaisar lagi-lagi membuat Romeo tidak mempunyai pilihan. Selain dia harus menuruti perintahnya.
“Tuan, jika saya boleh meminta. Izinkan saya mengatakan bahwa semua yang ada pada Nona Saphira adalah dari Tuan,” ucap Romeo dengan hati-hati. Tapi, lagi-lagi Kaisar mengankat tangannya.
“Tidak. Berikan saja, tidak perlu mengatakan apa pun padanya. Biarkan saja dia fokus kuliah. Pergilah, cepat kerjakan apa yang sudah aku katakan tadi!” kalimat yang diucapkan Kaisar benar-benar tidak bisa dinego sedikit pun. Walau Romeo sudah lama bekerja dengannya, bahkan mereka terlihat sangat akrab seperti kakak dan adik. Tapi itu dulu. Sebelum Saphira hadir dalam hidup kaisar. Setelah kejadian malam itu. Kaisar yang kejam terlihat melunak. Hingga sekarang dia melakukan hal yang diluar kebiasaannya, yaitu memprioritaskan seorang wanita dalam hidupnya.