Apakah ini hukuman untukku?

1592 Kata
Sudah sebulan Mia berada di Jakarta, bekerja di resto milik Yusuf dan temannya. Mia bekerja di dapur karena Yusuf tidak ingin Mia banyak bertemu dengan orang yang membuatnya makin sulit beradaptasi. Karena terbiasa membantu orangtuanya mengerjakan banyak hal, tidak sulit bagi Mia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya. Mia dengan cekatan membantu mempersiapkan bahan makanan yang akan dimasak. Mengupas sayuran, mencuci sayuran bahkan peralatan memasak. Mia terlihat lebih bahagia dari sebelumnya. Menurut yang sudah direncanakan Yusuf, minggu depan Mia akan mulai kelas kejar paketnya. Dengan demikian, Mia bisa lebih percaya diri. Mia terbangun pagi ini dengan kepala yang terasa amat berat serta mual yang tidak jelas. Mia bertahan sebentar, tidak ingin sakit. Ia tidak mau merepotkan Yusuf lebih dari sekarang. Ia berdoa memohon pertolongan Allah agar ia bisa bertahan. Kemudian ia bangkit untuk mengambil wudhu dan sholat subuh. Mia sekamar dengan Nadia perantauan dari Jawa Timur. Beruntungnya Mia karna Nadia yang lebih tua darinya adalah orang yang baik. Meski nampak kasar dan ceplas ceplos, namun ia perhatian dan penyayang. Seperti pagi ini Nadia dengan perhatian membawakan sarapan untuk Mia. Meski baru lepas subuh, Nadia sudah memasak untuk sarapan. “Mia... ayo kita sarapan bareng! “ajaknya. Logatnya khas orang Jawa Timur. “Ehm... Uwis gak usah sungkan sama aku. Aku juga punya adik seumuran kamu yang maalesnya minta ampun. Adik perempuan ku tuh baru mau bangun kalo matahari sudah sepenggalah naik. Sholat e subuh dicampur dhuha, “ cerocos Nadia sambil menggeleng gelengkan kepala. “Baru sekali bangun jam 5 kamu udah sungkan sama aku. Oh ya, kamu sakit ta? Wajahmu kok pucet? Biasanya kamu bangun lebih pagi dari aku, “lagi lagi Nadia mencecar Mia dengan pertanyaan. Mia tidak langsung menjawab. Dia bingung. “A... a... ndak, saya baik baik saja, “jawabnya kikuk. Nadia mengernyitkan dahi, alisnya bertaut. Sepertinya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mia. Tapi Nadia memutuskan untuk menghormati Mia. “Ok. Tapi nanti kalau terjadi sesuatu, kamu ngomong aku ya... “ Nadia tahu Mia sedang tidak baik baik saja. Hanya saja Mia bukan orang dikenalnya sebulan ini tidak mudah mengeluh. Selama bersamanya Mia juga tidak pernah bercerita apapun mengenai dirinya. Sekalipun Nadia telah memancingnya dengan banyak bercerita tentang dirinya keluarganya dan keinginannya. Namun Mia hanya menanggapinya dengan senyum dan tidak berkata apapun. Nadia hanya tahu Mia tetangganya Yusuf di desa. Selebihnya Mia hanya mengatakan bapaknya kerja di kebun milik keluarganya Yusuf dan ibunya sudah meninggal. Tapi yang jadi pertanyaan besar untuk Nadia, Yusuf selama ini sangat pendiam dan tidak mau banyak bergaul dengan perempuan. Semua karyawan di restoran juga tahu itu. Lalu tiba-tiba Yusuf membawa gadis beliau dari desanya? Itu sesuatu yang sangat mencurigakan. Tapi sudah sebulan ini baik Yusuf maupun Mia tidak menggambarkan jika mereka pasangan kekasih. Memang Yusuf sangat perhatian pada Mia dengan sering menanyakan keadaan Mia pada karyawan lain. Tapi sebenarnya itu wajar mengingat Mia baru tinggal di Jakarta, kota besar yang lingkungannya sangat berbeda dari tempat asalnya. Nadia masih menyimpan penasarannya. Dia menunggu, suatu saat pasti terbongkar juga. Namun dilubuk hati terdalam Nadia seolah bisa merasakan kepahitan yang sedang dirasakan oleh Mia. Senyumannya, rasa sungkan saat menerima kebaikan orang lain. Ada sesuatu yang tersimpan. “Oh iya hampir lupa. Ini parasetamol. Ini bisa buat kepala pusing mual bahkan kalau kamu demam. Ini cukup aman kok. Kamu minum aja setelah makan. Kalau masih nggak enak badan, hari ini nggak usah masuk kerja. Nanti aku mintakan ijin. “ Lalu Nadia bergegas pergi kerja ke restoran. Ia sama dengan Mia, bekerja dibagian dapur. Karna itu dia datang pagi pagi karna siang nanti dia ganti shift untuk kuliah. Setelah Nadia pergi, tiba-tiba rasa mual Mia tak tertahankan. Mia muntah di kamar mandi. Sarapan paginya lewat begitu saja. Beruntung masih ada sisa makanan yang bisa dia gunakan untuk minum obat. Setelahnya Mia memilih menuruti Nadia untuk tidak bekerja. Ia rebahkan kembali tubuhnya dan tertidur. Sudah seminggu Mia sakit di pagi hari. Nadia selalu terkejut saat melihat Mia yang terkapar di pagi hari di kamarnya, tiba-tiba ia dengan sehatnya bekerja di siang hari. Pagi ini seharusnya Mia pergi bekerja agar siang harinya bisa mengikuti kelas kejar paket. Namun Mia bingung. Jika dia ikut kelas berarti dia tidak bisa bekerja. Dan jika dia bekerja dia tidak bisa bekerja yang keduanya membuat dia tidak enak pada Yusuf. Pagi ini saat Nadia membawakan Mia sarapan, ia mendekati Mia yang terbaring di ranjang usai muntah muntah. “Kamu ini sebenarnya sakit apa sih? Kalo pagi gini membuat aku khawatir, eh siangnya kamu udah bisa kerja. Tak antar ke dokter ya? “ Nadia menawarkan bantuan. Tapi Mia hanya menjawabnya dengan senyum seraya berkata, “Aku baik kok, Mbak. Buktinya kalau siang bisa kerja. Mungkin Cuma adaptasi sama cuaca kota. “ “ Baik apanya! Gak ada adaptasi cuaca kok muntah muntah. Lama-lama aku tuh mikir kamu kayak orang hamil muda. “ujar Nadia sekenanya. Namun ucapan Nadia itu membuat raut wajah Mia seketika berubah. “Aku salah ngomong ya... Ya Allah... Aku salah ngomong, “ buru buru Nadia berusaha meralat ucapannya. Dia sama sekali tidak menyangka jika ucapannya itu mengenai. Perlahan bulir-bulir bening membasahi pipinya. Mia terguncang. Ia menangis dalam, sama seperti saat bapaknya mengusirnya. Nadia memeluk Mia dalam dekapannya. Muncul rasa bersalah karena menguak luka yang coba disimpan Mia sendirian. Lama Mia masih menangis dan Nadia pun tak dapat berucap apa apa. Ia takut ucapannya lebih menyakiti Mia. Ia hanya mampu mengelus kepala dan punggung Mia agar reda rasa sedihnya. Masih setengah terisak Mia memulai ceritanya. “ Saya diusir sama bapak saya setelah juragan menceraikan saya, Mbak. Ibu saya meninggal setelah mendengar berita saya lari di malam pernikahan saya. Padahal saya tidak tahu apa apa. Sungguh Mbak, saya tidak tahu apa apa. Saya bingung saat ditanyai macam macam. Yang saya ingat saya sangat ngantuk dan minta ijin masuk kamar dulu. Setelah itu sanya hanya ingat saya tidur. Tapi ketika bangun di pagi hari saya ada di depan rumah juragan dengan baju yang sudah berantakan. Saya dikatai macam macam dituduh macam macam saya tidak tahu apa apa, saya bingung. Bu arumi membawa saya ke bidan untuk memeriksa saya dan mereka bilang bahwa saya sudah tidak gadis lagi. “ Tangis Mia pecah kembali. Nampak ia sangat terguncang. Mia melanjutkan ceritanya sambil menguatkan dirinya sendiri. “Sepulang dari bidan, juragan menanyai saya siapa pacar saya yang melakukannya. Tapi saya gak bisa jawab apa apa karena saya juga tidak tahu siapa pelakunya. Saya tidak punya pacar, saya tidak pernah dekat dengan laki-laki. Lalu juragan menceraikan saya sambil berkata menikahlah dengan kekasihmu. Mahar dariku biar menjadi bekal untukmu menikah nanti. Ketika saya dipulangkan ke rumah orang tua saya, saya mendengar ibu saya telah meninggal dan bersiap untuk dikuburkan. Saya diusir oleh bapak di pemakaman ibu saya dan bapak tidak mengakui saya sebagai anak lagi. Saya menitipkan pemberian juragan untuk bapak saya kepada saudara saya. Lalu saya pergi kemana kaki saya melangkah. Sampai akhirnya mas Yusuf menolong saya. Ia menawarkan untuk bekerja di restoran. Tapi, kenapa sekarang saya malah seperti ini? Saya takut Mbak, bagaimana kalau saya benar-benar hamil? Apa yang harus saya lakukan? “curahan hati Mia pada Nadia. Nadia nampak bingung juga dibuatnya. “Apa Mas Yusuf tahu, yang terjadi padamu? “ selidik Nadia. “Sepertinya tahu, Mbak. Karena di desa berita menyebar dengan cepat. Apalagi berkaitan dengan keluarga juragan. “ “ Ok, berarti kita bisa mendiskusikannya bersama. Setidaknya kamu nggak sendirian. InsyaAllah aku akan jaga hal ini. “ “Terima kasih, Mbak. Alhamdulillah Allah mengirimkan orang orang baik untuk menolong saya. “ “Percaya ya... Selama kamu baik dan berbuat baik, Allah akan mengumpulkan kamu sama orang baik juga. Bila ada hal yang tidak baik datang padamu saat kamu berbuat baik, sebenarnya Allah hendak mengujimu. Kamu tetap baik atau tidak. Jika kamu mampu melewatinya dengan baik, maka sesungguhnya hal yang lebih baik sedang menantimu. Bertahan dan bersabar ya... “ “Sekarang kita pastikan dulu kamu beneran hamil apa nggak. Semoga masih ada. “ “Apa mbak yang masih ada? “ tanya Mia polos. “Testpack, “jawab Nadia ceria. “Ups... “ Mia melonggo tak percaya. Cepat cepat Nadia berusaha untuk menjelaskan. “Bukan, bukan aku. Aku masih virgin kok, ups... Maksudku, temanku yang kemarin minta tolong buat beli ini. “ Nadia menghela napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya. “Kehidupan di kota itu bebas. Banyak gadis di sini yang hamil tapi belum menikah. Sebagian mempertahankan sebagian menggugurkan. Semua itu karena gaya hidup yang bebas. Mungkin itu yang jadi pertimbangan Mas Yusuf membawa kamu ke sini. Jika kemungkinan buruk terjadi, mudah mengatasinya jika itu di sini. “ Terlihat 2 garis diatas alat tes tersebut. Air mata kembali mengalir di pipi Mia. Namun nampaknya Mia sekarang sudah jauh lebih tegar dan bisa menerima. Nadia pun menghubungi Yusuf untuk berdiskusi masalah ini. Hari sudah siang saat Yusuf tiba. Penghuni asrama sudah berangkat kerja. Nadia memang sedang libur, karena itu dia memutuskan untuk menemani Mia. “Apa ada sesuatu pada Mia sampai kamu minta aku datang? “ Yusuf bertanya. “Ehm... Mas jangan kaget ya... “ Nadia celingukan untuk memastikan tidak ada orang di sana yang akan mendengar ucapannya. Mereka ngobrol di depan kamar, karena Mia sedang tertidur. “Mia... hamil. “ Kedua mata Yusuf terbelalak. Mulutnya terkunci namun wajahnya terlihat dia benar benar terkejut. Hening. Nadia tidak berani berakata atau bertanya kembali. Sementara Yusuf juga nampak sedikit shock. Mia muncul dari kamar membawa handuk. Ia terkejut ada Yusuf di sana. “Mas Yusuf, “sapanya. “Kamu baik baik saja? “tanya Yusuf gugup. Mia mengangguk pelan. Lantas ia meminta ijin untuk mandi dulu. Dan Nadia akan membuatkan minuman. Yusuf di tinggal sendiri di dalam kamar gadis itu sambil merenung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN