AMBISI

1047 Kata
Tatiana berjalan dengan langkah gontai. Rasanya ia malas sekali kembali ke rumah. Tapi, jika tidak pulang, kemana lagi ia harus melangkah. "Kak, itu mobil siapa?" Oktavius membuyarkan lamunan Tatiana. Sebuah mobil ayla berwarna hitam mulus di parkir di depan rumah mereka. Tatiana dan Oktavius saling pandang. Mereka pun bergegas pulang. Saat mereka tiba, Darmawan sudah berdiri di depan pintu menyambut mereka. "Mobil siapa itu, Ayah?" Tanya Tatiana. "Tentu saja mobil kita, Tatia. Hanya 85 juta saja ayah beli di showroom. Second tapi, liat masih mulus dan kinclong begitu kan? Tadi, ayah juga sudah membawa Ibumu. Mulai minggu depan ibumu bisa mulai terapi dan kalau penghasilmu bagus, ibumu bisa operasi untuk menyembuhkan kankernya. Tatiana menghela nafas panjang. Ia tidak menjawab atau berkomentar apapun. Sementara itu, Oktavius nampak tengah mengagumi mobil baru mereka. Begitupun Cecilia, saat ia pulang ia langsung melompat gembira. "Waaah, Cecil pikir Ayah bohong mau beli mobil baru. Ayah , apa sebentar lagi ayah kaya dulu lagi? Ayah sukses lagi trus kita punya rumah besar lagi?" "Doakan saja ya, Cil,"jawab Darmawan sambil melirik ke arah Tatiana. Tatiana pura-pura tidak melihat lirikan mata Darmawan, ia langsung menuju ke dapur dan mulai memasak untuk mereka makan siang. Setelah selesai masak, Tatiana segera membawa ibunya ke meja makan dan memanggil adik dan ayahnya untuk makan. Kali ini , Tatiana yang menyuapi Ibunya. "Ibu merasa lebih baik, kan?" Tanya Tatiana. Paramitha tersenyum dan mengangguk pelan. Ia merasa bahagia, karena hari itu ia bisa berobat. Bahkan melihat mobil baru, dan makanan yang layak di meja makan. Layak dalam artian seperti dulu saat mereka belum bangkrut. Ya, Tatiana memang memasak makanan yang mewah siang itu. Biarlah, dia menderita. Tapi, adik- adiknya bisa makan enak,dan Ibunya bisa kembali mendapatkan perawatan. Setelah selesai dengan menyuapi ibunya, baru Tatiana mulai makan. Ia tidak mencuci piring, karena itu tugas Oktavius. Dan siang itu Tatiana melihat Oktavius mencuci piring dan membereskan meja dengan semangat. "Baik, aku akan segera ke sana bersama Tatia. Terimakasih banyak Val." Deg deg.....ah, Tatiana merasa kembali runtuh. Siapa lagi yang ayahnya panggil Val jika bukan tante Valentina. Benar saja, beberapa saat kemudian ayahnya menarik tangannya ke ruang tamu. Tatia tau, ayahnya tidak ingin siapapun di rumah ini tau. Ayahnya memperlihatkan menu m bangking dari ponselnya. Tatia melihat sisa saldo ada 100jt. Artinya, ayah mendapatkan uang tambahan. "Kita pergi ke rumah Valentina sekarang. Kamu berdandan disana, lalu kita ke hotel. Orangnya sudah mentransfer. Tidak lama Tatia. Kau hanya perlu seperti ini sampai ayah bisa bangkit kembali dan ibumu sembuh." Tatiana hanya diam. Ia tidak ingin melawan atau menjawab. Ayahnya betul- betul tega hanya demi ambisi nya . Setelah, menyuruh Cecilia dan Oktavius menjaga rumah dan menjaga ibu mereka, Tatia pun berangkat bersama Darmawan. Tatia ingin rasanya pergi sejauh mungkin. Tapi, ancaman ayahnya membuat Tatiana tidak sanggup untuk berbuat apapun. Tante Valentina tersenyum lebar saat melihat mereka turun dari mobil. "Wah wah wah, langsung beli mobil baru hahahaha. Kau liat Darmawan, putrimu ini bisa menghasilkan uang. Baru sekali kau sudah mendapatkan mobil. Dan, tadi kau dapat lebih dari 50jt bersih. Putrimu ini ladang emas, Darmawan." "Ya, untung saja kita bertemu kembali Valen. Terimakasih sudah membantuku." "Biar ku dandani dulu berlian kita ini. Setelah itu kau langsung antar ke hotel." Tatiana hanya diam ketika Valentina memakaikan make up tipis kepadanya. "Kamu nggak perlu menor, cukup minimalis seperti ini sudah cantik Tatiana. Luar biasa memang ayah dan ibumu itu. Bisa mencetak bibit unggul,"komentar Valentina. "Makasih tante,"ujar Tatiana lirih. Setelah make up tante Valentina menyuruh Tatiana berganti pakaian. Kali ini ia memberikan rok klok berwarna hitam dan atasan dengan model sabrina berwarna merah yang memperlihatkan bahu mulus Tatiana. Tatiana memang terlihat begitu cantik sempurna. Dan, mereka pun segera berangkat. Darmawan sendiri yang mengantar Tatiana ke depan pintu kamar boss yang memesan Tatiana. "Ayah tunggu di lobby,"ucap Darmawan. Tatiana hanya mengangguk. Boss yang memesan Tatiana bertubuh sedikit gemuk, dengan mata sipit dan kulit putih. Tatiana menaksir usianya sekitar 40 tahun. Saat melihat Tatiana berdiri di depan pintu lelaki itu menatap tanpa berkedip, seolah ingin menelan Tatiana bulat-bulat. Dan, selama hampir 2 jam, Tatiana terpaksa melayani keinginan lelaki itu. Merasa puas lelaki itu memberi beberapa lembar uang berwarna merah kepada Tatiana. "Tips untukmu, manis. Hahahaha lain kali aku akan memintamu lagi kepada mami Valentina. Senang bermain dengan gadis lugu sepertimu hahaha." Tatiana bergegas merapikan pakaiannya dan segera keluar dari kamar itu. Diluar kamar Tatiana menumpahkan air matanya sesaat. Ia merasa begitu terluka. Sampai hati ayahnya berbuat seperti ini kepada anak kandungnya sendiri. Ayah yang seharusnya melindungi, malah justru menjerumuskan. Sepanjang perjalanan pulang Tatiana hanya diam. Ia berganti pakaian di dalam mobil. Ia tidak mau nanti adik- adiknya melihatnya berpakaian seperti itu. "Ingat ,jangan sampai adik- adik dan ibumu tau tentang hal ini!" "Iya ayah." "Bagus. Jangan lupa minum pil kb mu, supaya kamu tidak hamil. Kalau bisa minta juga orang yang berhubungan denganmu memakai pengaman." Tatiana tiba- tiba merasa begitu benci pada ayahnya. "Jika ayah tau resiko dan bahayanya apa yang aku lakukam sekarang. Kenapa ayah malah menyuruh untuk melakukan hal yang hina seperti ini?!" Tatiana menjerit tak tahan lagi. Plak plak Darmawan menampar Tatiana dengan keras. Ia segera menepikan mobilnya. Di cengkeramnya pergelangan Tatiana kuat- kuat. "Kamu ya, sudah berani kamu melawan ayah?!" Hardik Darmawan. Tatiana terisak-isak, pipinya terasa memanas karena tamparan Darmawan. Ia merasakan pergelangan tangannya juga begitu sakit. "Dengar, Tatiana, kamu harus tau rasanya jatuh itu sakit! Liat akibat aku bangkrut, ibumu sakit, kondisi ekonomi kita berantakan. Kamu mau ibumu benar-benar mati?! Lebih baik aku membunuh kalian semua, kamu mau aku bunuh diri setelah membunuh ibumu dan adik-adikmu? Dan aku hanya akan menyisakan kamu, juga membuat kamu seolah yang melakukan pembunuhan itu Tatiana. Kau akan masuk penjara bahkan mungkin kamu akan menjadi gila, kamu mau aku melakukan itu?! Jawaaaaab!" Teriak Darmawan kalap. Tatiana terisak, tangisannya bertambah kencang, ia merasa takut sekaligus kesakitan karena cengkeraman ayahnya bertambah kuat. "Am-ampuun ayah, ampun lepasin ayah, sakit," ratap Tatiana. Dengan kasar Darmawan melepaskan tangan putrinya. "Kau bisa tidak menurut saja apa yang aku katakan?!" Tatiana mengangguk. "Jawaab! Jangan hanya mengangguk seperti anak kucing, pakai mulutmu untuk menjawab!" "I-iya ayah, aku mengerti," jawab Tatiana. "Bagus, ingat mulai sekarang sedikit saja kamu berbuat salah atau melawan aku tidak akan segan untuk melakukan hal yang aku katakan tadi, mengerti?!" "Iya, ayah." Darmawan menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. Ia pun kembali menyalakan mobil kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN