Ranjiel dan Vierra hanya bisa duduk sambil menahan rasa gugup, mereka memerhatikan G Dragon yang sedang menikmati makanan, dan berharap apa yang Vierra masak bisa sesuai dengan lidah pria itu.
Sedangkan G Dragon yang merasakan masakan itu hanya diam, ia tidak berkomentar, dan terus menikmatinya dengan baik.
Pria itu bahkan tidak merasa sedang diperhatikan, yang ada saat ini adalah rasa senang karena bisa bebas dengan sederet pekerjaan, bahkan sangat bahagia karena menagernya pasti sedang sangat panik.
Ranjiel melirik Vierra, ia bisa melihat jelas jika gadis manis tersebut sedang menunggu komentar dari G Dragon. “Vierra, lo nggak makan?”
Vierra menatap Ranjiel. “Nggak, gue mau mandangin sampe puas aja.”
G Dragon yang tidak mengerti dengan bahasa keduanya segera tersenyum. “Makanan ini sungguh lezat. Biasanya aku akan menikmati makanan dengan waktu yang terbatas, kadang juga menager akan bicara dan mengatakan jadwalku.”
Ranjiel dan Vierra yang mendengar hal tersebut dengan serempak menatap kepada G Dragon, mereka tak menyangka jika ucapan seperti itu akan dikeluarkan oleh seorang G Dragon.
“Makanlah, akan lebih menyenangkan jika kita makan bersama-sama.”
Vierra dan Ranjiel mengulas senyuman, mereka kemudian menikmati makanan bersama idola super terkenal itu.
Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya ketiga orang itu juga selesai dengan acara makan. Mereka kini malah bermain kartu, dan terlihat jelas jika kedekatan semakin terjalin di antara mereka.
Vierra merasa sungguh bahagia, begitu pula dengan Ranjiel. Keduanya juga mengambil banyak foto bersama G Dragon, lalu mereka juga bertukar nomor ponsel.
“Jiel ....”
Ranjiel yang sedang menikmati waktunya merasa cukup terganggu.
“Jiel ....”
Lagi ... Ranjiel segera berdiri, ia kemudian menatap Vierra. “Ada yang manggil gue. Lo denger nggak?”
“JIEL BANGUN!”
...
Ranjiel langsung membuka mata, ia menatap langit-langit ruangan, dan napasnya terasa agak sesak. Pemuda itu kemudian menyentuh bagian dadanya, jantungnya sudah berdebar-debar.
“Nah, akhirnya bangun juga. Sampe kapan mau tidur?”
Ranjiel menatap ke arah samping, ia melihat Vierra yang sudah menatapnya tajam.
“Cepetan bangun, kita mau nyari barang-barang buat lengkapin keperluan.”
“Vier, G Dragon di mana?”
Vierra menatap Ranjiel aneh. “Anjiel tadi mimpi apaan?”
“Ha?” Ranjiel segera duduk. “Tadi gue bawa G Dragon ke sini.”
Vierra yang mendengar hal itu menahan tawa, ia segera mencubit kedua pipi Ranjiel. “Aduh ... pantesan senyum-senyum pas bobo ... duh ... calon suami Vier manis banget.”
Ranjiel memijat kepalanya, ia merasa jika tidak mungkin itu hanya mimpi. Pemuda itu kembali membaringkan tubuhnya, ia memejamkan matanya lagi.
“Jiel ... ayo ... kok malah baring lagi sih?” Vierra menarik tangan Ranjiel, ia berusaha membuat pemuda itu duduk, lalu mereka akan pergi bersama-sama untuk mencari beberapa barang.
Ranjiel menatap Vierra, ia menarik gadis itu, dan membiarkan Vierra untuk terjatuh di atas tubuhnya.
“Diem! Gue mau baring bentar aja.”
Vierra yang merasa gugup hanya mengangguk, ia menatap ke arah lain, lalu menelan ludahnya kasar.
“Lo kenapa?” tanya Ranjiel yang melihat Vierra aneh.
“Anu ... Vier nggak apa-apa,” balas Vierra.
Ranjiel kemudian memerhatikan Vierra, ia ingat akan beberapa hal.
“Gue mau lo jawab beberapa hal,” ujar Ranjiel pada akhirnya..
Vierra merasa semakin gugup, ia menunggu pertanyaan Ranjiel.
“Jawab jujur,” ujar Ranjiel lagi.
“Iya. Vier bakalan jawab jujur kok.”
“Vierra .... kok lo bisa suka dan mau jadiin gue masa depan?”
DEG!
“Apa yang lo liat dari gue?”
DEG!
“Bukannya lo juga tau kalo gue bukan cowok baik-baik?”
DEG!
“Gue playboy, gue doyan ngerusak cewek.”
DEG!
“Lo pasti punya alasan, kan?”
Ranjiel membaringkan Vierra di sampingnya, ia kemudian menindih cewek itu, dan memerhatikan Vierra. Ditempelkannya kening pada kening Vierra, dan matanya kembali fokus pada manik hazel milik gadis cantik itu.
“Jawab gue, Vier. Jangan cuma diem, jangan buat gue terus mikir lo bodoh.”
Vierra menelan ludahnya kasar, ia masih terpaku dengan keadaannya bersama Ranjiel saat ini. Posisi mereka, bagaimana cara mereka saling menatap.
“Satu. Vier ngerasa Anjiel orang yang bisa Vierra percaya, dan Vier ngerasa ngejalanin masa depan bareng Anjiel itu bakalan baik-baik aja. Vier juga nggak tau kenapa, tapi Vier bener-bener percaya kalo masa depan ama Anjiel itu bakalan baik-baik aja.” Vierra menelan ludahnya lagi. “Alasan Vierra mau jadiin Anjiel masa depan, karena Vierra beneran cinta Anjiel.”
Ranjiel mengangguk, ia kemudian tersenyum.
“Dua. Vier ngeliat Anjiel orang yang baik, Anjiel juga pendirian yang tetep. Anjiel bukan cowok yang mudah goyah, sekali Anjiel bilang A, selamanya bakalan A. Anjiel punya pendirian, dan Vierra suka liat itu.”
Vierra menghela napas, ia kembali menatap Ranjiel. “Tiga. Vier tau kok kalo Anjiel bukan cowok baik, tapi bukannya semua orang punya sisi baik ama buruk. Hal begitu nggak akan bisa jadi alesan buat nggak suka dan nggak cinta ama seseorang. Anjiel bisa jadi nggak baik, dan Anjiel juga pasti bisa jadi baik.”
Ranjiel cukup kaget dengan jawaban Vierra.
“Empat. Kalo Anjiel emang doyan ngerusak cewek, Anjiel pasti udah ngerusak Vier sejak awal. Nggak usah jauh-jauh, Anjiel pasti udah ngerusak Lia kalo emang doyan ngebuat cewek rusak. Tapi apa? Anjiel lebih milih putus ama Lia, dan itu juga karena Lia yang minta putus karena Anjiel nggak mau nyentuh dia.”
Vierra memejamkan mata, ia merasa dadanya sesak. “Vier sayang, Vier juga cinta Anjiel. Apa yang ada semuanya bikin hati Vier luluh. Apa Vier salah?”
“Lo nggak salah,” balas Ranjiel. “Perasaan itu punya lo, dan cuma lo yang bisa ngatur.” Ranjiel langsung melumat bibir Vierra, ia memejamkan mata, dan memberikan kelembutan pada gadis manis itu.
Vierra yang mendapatkan ciuman selembut itu membelalakkan mata, sungguh tak menyangka jika Ranjiel akan melakukannya.
DEG!
Vierra memejamkan matanya. ‘Ini lembut banget, gue nggak bisa ngelawan, gue makin ngerasa semuanya indah. Anjiel ... lo bener-bener punya pengaruh besar.’
DEG!
Vierra membuka mulutnya sedikit, dan ia mulai membalas ciuman Ranjiel. ‘Gue jatuh cinta setengah mati ama lo, gue udah nunggu lo lama banget. Ranjiel ... gue bener-bener nggak bisa kendaliin perasaan gue.’
DEG!
Vierra memeluk tubuh Ranjiel. ‘Gue pengen terus meluk lo, gue pengen terus sama-sama ama lo. Ranjiel Kiandra Putra, dan hidup gue yang singkat ini, gue cuma mau dimilikin ama lo doang.’
Ranjiel kemudian menyudahi ciumannya, ia membuka mata pelan, dan menatap Vierra. Bisa ia lihat jika ada air mata yang sudah mengalir deras. “Vierra, buat gua jatuh cinta. Gue kasi waktu tiga bulan, dan kita pacaran percobaan. Buat gue bisa lupain semua kenangan ama mantan, buat gue cuma tau kenangan ama lo.”
Vierra kemudian mengangguk. “Jadi ... jadi selama tiga bulan ini Vier jadi pacar Anjiel.”
“Ya ... tapi kalo lo belom bisa buat gue jatuh cinta, mending kita udahan tiga bulan ke depan. Gue nggak mau lo pacaran ama gue, tapi gue malah nggak ada rasa ke elo.”
“Iya ... Vier bakalan buat Anjiel jatuh cinta. Kalo Anjiel udah ngomong begini, berarti Anjiel udah bener-bener serius buka hati.” Vierra langsung mengecup pipi Ranjiel, rasa senang terus dan terus melambungkannya.
Ranjiel membalas pelukan itu. ‘Ya, gue mau coba. Gue mau lupain masa lalu bareng Lia. Gue mau coba jagain satu cewek lagi, dan gue harap gue bisa jatuh cinta. Vierra Angelin Gabriel,, gue buka hati dan isi ama semua yang ada di hidup lo.’
“Anjiel, ma kasih!”
“Ya, dan lo harus usaha.”