BAB 7

1050 Kata
Siang menjelang, dan kini Ranjiel memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat guna mencari keperluannya. Pemuda itu masuk ke beberapa toko, dan ia cukup kaget kala bertabrakan dengan seorang pria. Matanya menatap dengan jeli, dan ketika ia sadar siapa pria itu, wajahnya langsung saja memucat. Bukan karena takut, lebih tepatnya ia tak mampu menahan rasa gugup. Pria itu salah satu idola kesukaannya, seseorang yang begitu terkenal, dan membuatnya nyaris gila karena ingin bertemu secara langsung sejak dulu. Pria itu tersenyum ke arah Ranjiel, lalu meletakkan telunjuknya pada bibir sebagai tanda Ranjiel harus diam. Ia kemudian kembali memilih beberapa crayon, dan mengabaikan Ranjiel Ranjiel menarik napas, kemudian kembali berdiri di dekat pria itu. Ranjiel mencoba lebih tenang, lalu ia menyentuh pundak pria itu. “Maaf, apa kita bisa bicara sebentar? Aku Ranjiel, aku salah satu penggemarmu,” bisik Ranjiel. Pria itu melirik Ranjiel, ia kemudian kembali tersenyum, lalu mengangguk. “Baiklah, bisakah kau membawaku ke tempat yang agak sepi? Aku juga sedang lari dari beberapa bodyguard dan menagerku.” Ranjiel cukup kaget, ia sungguh nyaris berteriak kala pria itu memintanya untuk bicara di tempat yang sepi, bahkan pria itu secara tak langsung meminta bantuannya untuk bersembunyi dari sang menager. “Baiklah, tapi aku juga baru di tempat ini. Tempat yang paling aman menurutku hanya apartemenku.” Ranjiel yang memberikan tawaran untuk bicara di apartemennya hanya bisa merutuki kebodohan, ia tak tahu harus mencari tempat sepi seperti apa sekarang ini. Ia baru berada di Amerika, ia belum begitu mengenal tempat itu dengan baik, dan ia juga tidak mungkin membawa pria itu ke tempat yang sembarangan. Ranjiel kemudian kembali memerhatikan pria itu. “A-apa kau keberatan?” ‘Duh, semoga aja deh dia nggak keberatan. Oh Tuhan, gue baru aja ketemu salah satu manusia paling susah ditemuin, kalo dia nolak buat ikut, gue nggak akan bisa dapat tandatangannya.’ “Tentu saja tidak, lagi pula aku bisa melihat jika kau orang yang jujur.” Pria itu menurunkan sedikit kacamatanya, ia kemudian mengedipkan mata kirinya kala bertemu tatap dengan Ranjiel. “Really?” tanya Ranjiel. Ia benar-benar tak menyangka jika pria itu akan mengatakan hal seperti itu. Pria itu tidak keberatan, pria itu mengatakan jika ia bersedia menikmati waktu santai bersama dirinya. Ingin sekali Ranjiel melompat, tapi ia belum gila dan tetap berusaha mengendalikan dirinya. Pria itu kemudian mengangguk, sedangkan Ranjiel yang sejak tadi hanya bicara dengan cara berbisik-bisik dengan pria itu merasa lega. “Ayo, kenapa kau masih diam?” Ranjiel mengangguk sebagai jawaban, ia beruntung karena membatalkan niatnya untuk menggunakan kendaraan umum. Pemuda itu langsung saja melangkah pergi, ia sudah sangat tak sabar bicara banyak hal dengan pria itu. Beberapa saat berlalu, Ranjiel dan pria itu juga sudah sampai di parkiran. Ranjiel langsung membuka pintu mobil, dan pria itu juga melakukan hal yang sama. Keduanya kemudian masuk, duduk dengan tenang, lalu saling tatap. “Jadi, siapa namamu?” pria itu terlihat begitu santai, ia membuka semua penyamarannya, lalu melemparkannya ke jok belakang. Ranjiel menelan ludahnya kasar. “Ranjiel, aku orang Indonesia.” Pria itu kelihatannya mencoba ingat beberapa hal, ia kemudian tersenyum. “Aku pernah berkunjung ke Borneo Barat, dan aku juga suka Indonesia. Apa kau berasal dari tanah Borneo?” Ranjiel menggeleng. “Jadi, dari mana asalmu?” “Jakarta,” balas Ranjiel dengan cepat. “Jangan terlalu gugup,” ujar pria itu dengan begitu santai. Ranjiel hanya mengangguk, ia kemudian menatap kanan dan kiri, berharap tidak ada orang yang curiga dan mengatakannya sudah menculik seorang artis papan atas. “Kau mengaku sebagai penggemarku, jadi … lagu apa yang paling kau suka?” Ranjiel kemudian tersenyum, ia sudah menunggu pertanyaan itu. “Aku menyukai semua lagumu, apalagi yang ada di Album One of a Kind.” Pria itu mengangguk, ia kemudian bersandar dengan nyaman, dan memejamkan mata. Tanpa ragu ia menggeliat, lalu menggeliat. “Bisakah aku tidur di apartemenmu?” “A-apa kau akan menginap?” tanya Ranjiel tanpa ragu. “Ya, malam ini semua pekerjaanku sudah selesai. Jadi, aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan.” “A-apa kau tidak takut jika aku adalah seorang penjahat?” “Aku bisa beberapa ilmu bela diri, dan aku bisa melumpuhkanmu dengan mudah.” Ranjiel mengangguk, ia sungguh bahagia karena orang tersebut sangat percaya kepadanya. “Jalan, aku sudah sangat lelah.” Ranjiel segera menurut, tidak masalah jika dia menjadi sopir seorang Kwon Jiyong dalam satu hari. Hal itu sudah merupakan kehormatan yang begitu besar, sesuatu yang sungguh menjadi impian semua penggemar dari pria dengan nama panggung G Dragon. … Vierra hanya bisa diam, ia juga terlihat begitu resah dan gelisah. Sejak beberapa jam lalu Ranjiel meninggalkannya, pemuda itu membuatnya harus sendirian di apartemen, dan ponsel Ranjiel juga mati begitu saja.. Vierra sangat ingin pergi keluar, tetapi ia juga tak ingin mencari Ranjiel secara sia-sia. Pemuda itu … ya … dia akan menghajar Ranjiel habis-habisan setelah ini. Akan ia buat Ranjiel membiasakan diri untuk berpamitan, akan ia buat juga pemuda itu menghargai dirinya yang sudah menetap di apartemen itu. Vierra menghela napas panjang, ia kemudian berdiri, dan hendak pergi ke arah dapur. Tetapi … Vierra segera menghentikan langkah, dan langsung menatap ke arah pintu yang terbuka. Gadis itu bersedekap, ia menatap Ranjiel dengan wajah masam. “Kebiasaan yah, kebiasaan banget lo minggat tapi nggak pamit ama gue!” Ranjiel langsung menghela napas, ia kemudian mempersilakan G Dragon untuk masuk. Pria itu juga sudah mengenakan penyamarannya dengan begitu rapi, dan ketika ia berada di dalam apartemen tatapannya langsung tertuju pada Vierra. “Maaf, dia adalah … ya … dia adalah ….” Ranjiel menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal, ia bingung harus mengenalkan Vierra sebagai siapa. G Dragon yang ala itu paham dengan hubungan Ranjiel hanya mengangguk, ia kemudian membuka semua penyamaran yang dikenakan, lalu tersenyum kepada Vierra. Pria itu tahu jika gadis di hadapannya juga kaget, dan ia bisa paham akan hal tersebut. “Di-di-dia … dia … dia G Dragon?” Vierra menelan ludahnya beberapa kali, detak jantungnya menjadi tidak menentu, dan masih tak bisa percaya dengan beberapa hal yang ada di hadapannya. Gadis itu menatap Ranjiel, dan saat ia melihat Ranjiel mengangguk, ia benar-benar nyaris pingsan. “Jadi dia kekasihmu?” tanya G Dragon kepada Ranjiel. “Ya, aku adalah kekasihnya. Selamat datang, G Dragon Oppa, silakan duduk. Mau minuman seperti apa? Atau mau makanan seperti apa?” Vierra yang mendengar ucapan G Dragon langsung bersemangat, ia segera mendekat, membungkuk beberapa kali. G Dragon yang melihat tingkah Vierra hanya tersenyum, ia kemudian melirik Ranjiel yang sudah menatap ke arah lain. “Kekasihmu menggemaskan,” ujar G Dragon sebelum duduk. Ranjiel menatap. “Maafkan, dia memang orang yang sungguh berisik.” G Dragon hanya mengangguk, sedangkan Vierra tetap tersenyum manis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN