Menarik Perhatian

1709 Kata
3 tahun yang lalu….. Pada akhirnya, Rebecca dijemput oleh Ayah yang sangat jarang dia temui. Berbanding terbalik dengan kehidupan Ibunya yang penuh dengan glamour dan kebebasan. “Becca, ini Abi,” ucap seorang pria keluar dari mobil. “Inget sama Abi ‘kan?” “Iya.” Hanya sebatas itu, tanpa senyuman dan juga ciuman tangan. Mood Rebecca tidak baik, apalagi Ketika pintu tengah mobil terbuka, ada dua Wanita yang menatapnya tajam. “Itu Kakak-kakak kamu.” “Oh iyaa…” “Masuk cepetan,” ucap salahsatunya dengan tajam. Diajak ke pesantren dan bertemu dengan istri pertama Ayahnya dan kelima anaknya. Bahkan anaknya yang paling besar itu seusia dengan Ibunya. Rebecca diantarkan ke kamarnya oleh Ibu Malihah. “Jangan ngerasa paling tersakitii kalau kakak-kakak kamu gak perlakukan kamu dengan baik. Ibu kamu yang dulunya goda suami saya.” “Sepengetahuan aku, Mama gak goda laki-laki tua itu.” “Mama kamu menjajalkan dirinya dipinggir jalan, suami saya nolong dia dari klab malam hina itu lalu dinikahi supaya bisa terbebas sepenuhnya dari orang yang memberinya hutang. Kamu juga pasti tau itu ‘kan?” “Mama itu seorang model, bukan perempuan kayak gitu.” “Berhenti ngelak, kamu udah gede. Meskipun gak diomongin, kamu pasti sadar siapa Ibu kamu yang sebenarnya.” Rebecca tidak tahu pastinya bagaimana Ayah dan Ibu kandungnya bisa bertemu. Tapi Rebecca memang tahu kalau sang Mama dulunya berada di klab, menjual tubuhnya sampai bertemu dengan Ayahnya. Begitu usia Rebecca tiga tahun, mereka berpisah dengan alasan, Mama gak bisa ngikutin Abi kamu kalau hati Mama belum kepanggil. Nantinya malah gak baik. Mama lahirin kamu sebagai bentuk terima kasih sama dia karena udah nolong Mama dan bikin Mama punya kerjaan baru yang lebih nyaman sekarang. Ayahnya hanya berkunjung sesekali karena tidak dibatasi sang Mama dengan alasan takut dengan istri pertamanya. Kini Rebecca harus berhadapan langsung dengan sosok itu sendirian. Dia menunduk menatap jemarinya, merasakan amarah di daada. Menjadi alasan untuk Rebecca memberontak karena tidak ada alasan untuk dirinya bertahan. Saat waktunya mengaji, Rebecca pergi ke tempat lain. Datang ke asrama laki-laki atau bahkan mengurung diri di kamar. Ya allah, Becca! Buka pintunya! Sholattttt! Kenapa malah manjat benteng! Ummi udah gak kuat, gak mau ngurus anak ini lagi! Ditambah kelima kakaknya yang terdiri dari laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan dan laki-laki itu tidak pernah menganggap Rebecca adalah adik bungsunya. Cucu pertama Ayah dan Ibu Malihah juga seusia dengan Rebecca, Namanya Haniah; kebetulan dia sekolah di Turki. “Rebecca gak akan bisa kita serahkan sama keluarga itu. Sampai saat ini dia gak bisa sholat,” ucap Ibu Malihah. “Ummi udah capek ngajarin anak kamu. Untung aja masih mau ngurus.” “Tapi perjodohan ini udah dijanjikan jauh-jauh hari.” “Haniah aja, cucu kamu kan seusia sama anak Rebecca.” “Kamu coba nanya sama Warmah biar dia ngomong sama anaknya. Kasih foto terbarunya Rama.” Dari dalam kamar, Rebecca mendengarkan percakapan itu. Keluar dan mengambil amplop diam-diam saat kedua orang tersebut menyambut tamu di depan. Mata Rebecca terbelalak begitu dia melihat pria yang akan dijodohkan dengan keponakannya. Tidakkkk! Pria itu harus menjadi miliknya. “Ummiii! Abiiii! Becca janji bakalan jadi anak yang sholehah! Biarin Becca nikah sama laki-laki ini!” teriaknya sambil berlari ke ruang tamu. “Oh… ini anak Bapak yang mau dijodohin sama cucu saya?” tanya Kakek Ismail sambil tersenyum. Flashback off *** “Tuhkan Mama udah curiga masa Ummi sama Abi nya Indonesia banget sementara dia bule sendiri, ternyata dari istri kedua toh.” “Mau istri pertama atau kedua yang penting dia lahir dalam pernikahan yang sah meskipun sekarang udah berpisah sama Ibu kandungnya,” ucap Surya mencoba menenangkan sang istri. Arimbi mencoba menenangkan sang Mama dengan menarik tangannya. “Ayok, kita kan tinggal minta bagian tanah ke Abang. Dia udah berhasil nikahin perempuan itu.” “Mama berangkat dulu ya,” pamitnya pada sang suami. Rima masih dalam rasa penasarannya itu terus bertanya-tanya bagaimana Rebecca yang lebih cocok menjadi cucu pimpinan pesantren malah menjadi anaknya. “Pasti ada yang enggak beres sih, Mama duga itu.” “Inget tanah, Mah. Yang penting tanah. Mau beli makanan dulu gak buat Becca?” “Gak usahlah.” Mereka berdua menekan bel berulang, sampai pintu terbuka. “Aaaaa!” “Tenang, tenang, ini Becca, Mah,” ucap perempuan bercadar itu. “Huh, lupa kirain bayangan hitam menakutkan. Rama mana?” “Mas Rama belum bangun, Becca bangunin dulu sebentar ya.” Kesempatan untuk Rebecca berdekatan dengan suaminya apalagi Rima dan Arimbi mengikutinya sampai ke ambang pintu. Pria itu tertidur tanpa atasan, membuat jantung Rebecca berdetak kencang. Senyuman berusaha dia tahan Ketika memegang kulit liat tersebut. “Mas, bangun…. Ada Mama…” “Ngapain kamu?” Rama seketika mencengkram tangan Rebecca. “Ada Mama di pintu kamar ih, katanya kalau ada orang harus keliatan harmonis,” bisinya kemudian terkekeh. “Ayok bangun, Mas. Ada Mama mau ketemu nih.” CUP. Mata Rama sudah melotot kesal, yang diabaikan oleh Rebecca. “Aku siapin bajunya dulu ya. Mas mau makan apa?” “Gak usah pegang-pegang saya bisa gak sih?” desis Rama. “Emangnya kenapa? Kasihan banget ini perutnya pasti lapar. Mau dimasakin apa?” Rama tidak menjawab dan bergegas pergi ke kamar mandi. Rima dan Arimbi tampak kaget. “Kita juga mau sarapan disini, kamu bisa masak ‘kan?” “Bisa, Mah. Bentar ya mau beresin kamar dulu.” Ditinggalkan di kamar Rama, menjadikan kesempatan untuk Rebecca melihat ke sekitar. “Yang paling wangi sih kasurnya. Aaaaa suka!” teriaknya tengkurap di Kasur seperti bintang laut. Karena sebelumnya Rebecca baru saja mandi, dia hanya memakai dalaman dibalik gamisnya yang menutupi seluruh tubuh. Begitu Rama selesai mandi, dia melihat kaki Rebecca yang terbuka dan warna merah menyala disana. “Kamu ngapain? Bangun! Bangun!” “Ih gak usah narik gitu, Mas. Aku lagi test apakah sprei ini butuh dicuci atau enggak.” “Kenapa kamu gak pake celana?” “Oh ini..” “Jangan diangkat!” Rama sakit kepala dengan istrinya ini. “Ini pake celana dalam, kan tadi baru abis mandi. Tuh pahanya masih basah.” “Gak usah diliatin sama saya. Keluar, keluar.” “Ciee…. Masnya malu ya? Pipinya merah tuh.” Meskipun punggungnya didorong keluar, Rebecca masih sempat-sempatnya menggoda sang suami. “Maaf lama ya, Ma. Tadi nungguin Mas Rama beres mandi dulu.” Arimbi dan Rima sama-sama menyilangkan tangan di daada menilai Rebecca. Perempuan itu tampak santai Ketika kedua tamunya hanya diam, dia terlihat tidak peduli dan tetap memasak. Rasa makanannya juga enak. “Mama akui kamu pinter masak. Jadi gak khawatir anak Mama kelaparan.” “Makasih banyak, Ma.” Rebecca tersenyum lebar. “Mas mau nambah apalagi?” “Gak usah, udah kenyang.” Rima membaca ketidaknyamanan Rama. “Kamu kuliah hari ini?” “Iya, Ma. Tapi nanti siang, Cuma satu mata kuliah juga.” “Ikut sama Mama dulu ya, Mama mau tahu kamu lebih dalam.” *** Disinilah Rebecca sekarang, ke mansion Mamanya dan membantu persiapan pengocokan arisan. “Ayah mertua kamu itu Jaksa, suaminya Arimbi kerja di Mahkamah Agung, dia sendiri punya kantor notaris yang Kerjasama sama Mama. Kami dari keluarga Hukum.” “Kalau Becca kuliah PAI, Ma. Biar nantinya bisa ngajar anak-anak. Hehehe.” “Udah ngomongin perihal anak sama Rama?” “Um… belum sih, tapi Becca siap.” “Dia emang udah tua, tapi Mama gak maksa harus segera punya cucu kok. Yang datang kesini perempuan semua, cadar kamu boleh dibuka. Bantuin Mama bikin agar-agar.” “Iya, Ma.” Begitu cadarnya dibuka, rasa penasaran Rima bertambah. “Kalau Ibu kandung kamu dimana? Kenapa gak datang pas nikah?” “Dia punya butik gitu di Kanada, Mah. Emang hubungannya sama keluarga Abi gak terlalu baik.” “Tapi… mereka nikah beneran kan? Kamu lahir pas udah sah?” Rebecca mengangguk tahu kemana arah pembicaraan ini. Dia menanggapinya dengan santai, selama fakta kalau Ibu kandungnya adalah Wanita penghibur tidak diketahui. Itu adalah aib baginya. “Mama kirim ucapan selamat kok, minta kapan-kapan juga kesana. Mama mau dibikinin es kuwut gak? Becca ahli loh bikin itu.” Memilih untuk menarik perhatian sang mertua, tahu kalau Rima tidak begitu menyukainya. Selain itu, Rebecca juga mengirimkan banyak pesan pada Rama. Mas, aku bikin ini buat arisan Mama. Lihat, Mas, keliatan enak banget kan? Mau dibikinin gak? Gimana keadaan tangannya Mas? Udah mendingan belum? Nanti aku mampir kesana sambil bawain makanan buatan disini ya. Tetap tersenyum meskipun Rama hanya menjawab, Gak usah, hubungi supir aja buat anterin langsung ke kampus. “Yeayyy! Dia bales!” “Non Becca, es nya sudah siap? Mau saya bawakan ke ruang tamu depan.” Sang pelayan mendekat. “Biar saya aja, Bi.” Rebecca melangkah ke ruang tamu utama. Di depan sudah terlihat teman-teman Rima berdatangan. Rebecca ingin menyapa, tapi langkahnya terhentikan saat mendengar percakapan para ibu-ibu tersebut. “Kaget banget dapet kabar kalau Nak Rama udah menikah, Jeng.” “Iya, hehehe. Gak rame-rame karena itu permintaan Kakeknya.” “Katanya anak yang punya pesantren di Bekasi itu ya? Yang katanya anak-anaknya korupsi sumbangan bukan sih?” “Bukan ah, mana ada yang kayak gitu. Memang anak pesantren, tapi bukan yang itu.” Rima menjelaskan dengan penuh ketenangan. “Ayok ah masuk yuk.” Rebecca segera memasang wajah senyum menyambut mereka. “Hallo.” “Ini istrinya Rama.” “Ya ampun cantik banget. Heheheh.” Mereka tertawa canggung khawatir Rebecca ada disana mendengarkan. “Silahkan masuk.” Rebecca lebih focus pada; bagaimana dirinya bisa berguna untuk sang mertua. Ketika ibu-ibu itu saling membisik, “Beda banget sama keluarga Ibu ya? Gak canggung punya menantu yang pake kerudung gede gitu?” “Canggung gimana ah, kan bagus itu agamanya.” “Lihat semua anggota keluarga kan aktivis, mana pegawai semua. Yang gitu biasanya Cuma bisa diem dirumah aja gak kerja. Saya pikir mau spek anak saya loh yang sekarang magang di kejaksaan.” Rima pun tertawa tidak nyaman. Membuat bendera waspada Rebecca langsung berkibar, dia harus mendapatkan hati mertuanya juga. “Duh, Mbak, tolong ambilin meja lagi. Ini mejanya kepenuhan.” “Baik, Bu.” Saat itulah Rebecca menunjukan skillnya. “Ini, Mah.” Sambil mengangkat meja di atas kepala dengan kedua tangannya. “Ya allah! Ya allah!” mereka semua kaget. Wanita berjilbab itu memiliki kekuatan layaknya hulk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN