Gara-gara aku tersedak, dan wajahku yang sudah memerah, Bara sepertinya tidak tega melihatnya. Ia izin pada papa untuk meninggalkan ruang makan. Membawaku masuk ke dalam kamar. Saat aku duduk di atas ranjang, hidung dan tenggorokanku masih terasa panas akibat tersedak makanan pedas. "Sudah baikan?" tanya Bara khawatir. Ia ikut duduk di tepi ranjang memperhatikanku. "Masih sedikit panas di tenggorokan," jawabku mencoba berdehem agar menetralisir tenggorokan yang terasa tidak enak. "Mau aku ambilkan air putih lagi?" "Tidak usah, Mas. Sebentar lagi juga baikan." "Kenapa bisa tersedak seperti itu? Pasti karena papa, kan?" tebaknya dan aku mengangguk. Memang benar, alasan aku bisa sampai tersedak karena ucapan papa mengenai cucu. Hal yang sangat sensitif untukku. "Mas ... apa tidak sebaik