Emi menggerutu pelan, mengumpat dalam hati karena Ara dan Wawan malah lanjut bercinta di jendela. “Kayak nggak ada tempat lain saja!” gerutunya, tapi sejurus kemudian wajahnya merah padam mengingat bahkan dirinya dan Arron juga melakukannya di kaca jendela besar di penthouse pria itu. Emi masih bisa merasakan dinginnya kaca jendela itu di kulit dadanya ketika Arron menghimpitnya di sana, menekan pinggulnya dan menghentaknya dengan penuh gairah. “Astaga!” desahnya menggelengkan kepala, berusaha menyingkirkan bayangan erotis itu dari kepalanya. “Fokus, Emi!” umpatnya kesal. Sadar lagi akan situasi yang sedang dia alami, Emi mengerang pelan merasakan kakinya yang kesemutan. Dia menggigit bibir berusaha meluruskan kakinya supaya rasa kebas geli di kakinya itu sedikit berkurang. Beberapa