Bagian 18 - Pertandingan Seri

1213 Kata
Hekate dan murid-muridnya sangat serius melihat pertandingan itu. Mereka sampai-sampai lupa bernapas karena begitu tegangnya melihat emosi dari Kerkop saat menyerang. Murid-murid Kerberos yang menonton tak berhenti bersorak saat Kerkop melakukan serangan. Banyak yang mendukung Kerkop dibandingkan dengan Karme. “Mereka memang tidak cepat! Tapi serangan mereka selalu akurat!” Ucap Geras kepada Hedone yang duduk disebelahnya.  “Guru kita sangat lucu!” Ucap Hedone yang justru melihat hal lain. Mereka melihat wajah Hekate yang sangat serius sampai sampai mereka tertawa karenanya. Mulut Hekate selalu terbuka seperti ikan koi. “Jangan sampai ketahuan kita menertawakannya!” Kata Geras lalu melihat pertandingan lagi. Arena semakin mengamuk. Angin mulai bertambah keras, mondar mandir di pertandingan. Mereka tidak bisa melihat lagi ranjau-ranjau kecil yang bisa mengaktifkan panah. Kini meski panah mereka aktif, panah itu akan tersebar ke segala arah tanpa mengenal siapa yang melakukannya. Karme mundur sebentar. Ia harus membiasakan matanya dulu agar terkena abu. Karena angin yang kencang, mata mereka tidak bisa berbuat banyak untuk melihat keadaan sekeliling.  Setelah ia yakin, ia menyerang Kerkop. Ia berlari dan memijak ranjau anak panah. Anak panah aktif bersamaan dengan serangannya terhadap Kerkop. Ia menyerangnya dengan memukul bagian kanan dan kiri tubuhnya dengan cepat sekaligus menghindari anak panah yang ke sana kemari di sekeliling mereka. Karme menyerang bagian kepalanya, lalu menghindari anak panah dan menyudutkan Kerkop agar ia tidak bisa menghindar dari anak panah di belakangnya. Kerkop tahu itu. Ia tidak mau kalah. Ia langsung kayang dengan cepat sehingga anak panah tersebut mengarah ke arah Karme. Di belakang karme juga ada anak panah. Ia harus menghindar. Ia berputar dan menggunakan gerakan meroda dengan bertumpu pada tangan. Serangan dari panah tidak sampai disitu. Saat ia berdiri, ia juga harus menangkis panah-panah yang mengarah kepadanya.  Kerkop harus melakukan sesuatu. Ia harus membuat pentungannya dapat meledak. Itu adalah salah satu cara agar bisa memenangkan pertandingan. Kerkop menyerangnya. Ia menyerang lagi bagian tubuh Karme tapi setiap tangkisan darinya, Kerkop menggesek pentungannya ke bawah tanpa disadari oleh Karme. Ia terus menyerang, dan terus menyerang Karme dan tidak memberinya waktu untuk beristirahat. Kerkop melihat bagian tengah tongkatnya sudah memerah. Ia harus bersiap-siap menghindar agar ledakan itu tidak mengenai dirinya. Ia tetap melakukannya, tapi Karme tahu taktik tersebut. Ia langsung salto ke belakang agar tongkat Kerkop tidak terus bergesek.  Karme juga memikirkan hal yang sama. Ia juga harus membuat pentungannya menghasilkan ledakan. Ia mendekati Kerkop ketika pentungan itu tidak memerah lagi. “Jadi kau tahu ya!” Kata Kerkop. “Aku tidak sebodoh itu!”  Pertarungan masih berlanjut. Mereka saling menyerang, dan ketika pentungan mereka memerah, mereka akan menghindar sehingga pentungan itu tidak jadi meledak. Kerkop kali ini bisa melakukannya. Gesekan pentungannya sedikit lagi sempurna dan bisa menghasilkan ledakan. Tapi, saat sibuk memperhatikan pentungannya, pentungan Karme juga memerah. Ia tidak bisa lagi berhenti, karena ia merasa pentungannya yang akan duluan meledak. Ia tetap menyerang dan menggesek, begitupun dengan Karme. Pentungan mereka berdua sudah mulai memerah. Seluruh pentungan itu memerah dari ujung hingga telapak tangan mereka. Karme tetap memukul dan menggesek, begitupun Kerkop. Tibalah ledakan. Pentungan tersebut mengeluarkan ledakan dahsyat. Wah!... suara serentak penonton.  Ledakan dahsyat terjadi. Hembusan ledakan kuat sampai kepada para penonton. Arena dipenuhi dengan asap yang bercampur dengan abu membumbung tinggi. Para penonton tidak bisa melihat kondisi mereka berdua sebelum asap tersebut habis.  Angin di arena, bertambah kencang, sehingga asap yang membumbung tinggi cepat hilang. Mereka melihat Kerkop dan Karme berhadapan dengan napas yang satu-satu. Mereka berdiri tegak dengan memegang pentungan mereka dengan kedua tangan. Tatapan mereka saling tajam. Penonton melihat pentungan mereka baik-baik saja, padahal ledakan tadi sangat besar. Mereka tak percaya, ledakan itu tidak berpengaruh pada pentungan yang mereka pegang.  Tapi, saat akan melangkah, pentungan mereka berdua serentak patah. Penonton terkejut. Jika kedua-duanya patah, itu berarti ledakan yang dihasilkan bukanlah salah satu dari mereka, melainkan ledakan tersebut berasal dari mereka berdua dan sekaligus melekak.  Sorak sorai terdengar dari penonton.  “Ouch!” Kata Hekate berdiri dan memainkan tangannya seperti sedang memukul. Ia sangat senang dan baru pertama kali merasakan nikmatnya menjadi penonton. “Ternyata begini rasanya menikmati pertandingan penguji s*****a!” Kata Hekate lagi sambil tersenyum bahagia. “Pertandingan ini seri!” Ucap Hedone sambil bertepuk tangan.  “Ini pertandingan yang luar biasa!” Kata Geras yang juga berdiri melihat ke arena. Kerkop dan Karme tersenyum satu sama lain. Mereka melihat pentungan mereka yang sama-sama patah. “Aku pikir kali ini aku yang menang!” Kata Kerkop. “Meski aku lebih pandai bertahan, bukan berarti aku kalah!” Kata Karme yang berpikir bahwa Kerkop lebih banyak menyerang saat di pertandingan tadi. Hekate mendekati Kerberos ke tempatnya duduk. Ia duduk di sebelahnya dan meninggalkan kelima muridnya yang duduk di kursi penonton.  “Bagaimana kau memilih dari kedua murid itu?” Tanya Hekate. “Aku? Aku tidak memilih!” Kata Kerberos.  Hekate tentu bingung. “Jadi untuk apa pertandingan ini jika tidak memilih salah satu?” “Jika salah satu dari mereka kalah, maka aku harus mencari satu lagi untuk dikirim kepada juri penguji s*****a. Tapi, mereka seri, jadi tidak perlu memilih. Penguji s*****a memberiku dua slot kali ini!” Jelas Kerberos. “Apa? Itu tampak tidak adil!” Kata Hekate yang iri karena ia hanya bisa mengirim satu muridnya. “Jika kau jadi aku, apa kau dapat memilih mereka berdua?” “Aku juga akan berpikir yang sama!” Kata Hekate. “Aku juga begitu. Untunglah aku mendapat dua slot kali ini!”  “Tadi memang pertandingan yang bagus!” Kata Hekate memujinya. “Ini pertama kalinya kau memuji ku! Apa kita sudah baikkan?” Hekate menatapnya tajam. “Jika kau tidak memanfaatkanku! Aku tentu akan berbaikan!”  “Aku tidak bermaksud jahat. Kita dua adalah keluarga!” “Aku akan memaaf..k..” Hekate berhenti sebentar. Ia mendengar suara dari para penonton yang mengelilingi murid-muridnya.  “Kalian tidak pantas disini..” “Kalian itu harus pergi!” “Makhluk lemah!” “Buktikan bahwa kalian kuat..” Hekate melihat Kerberos. Ia menjadi kesal dan tak ingin memaafkan nya karena melihat murid-muridnya di bully. “Apa yang murid-murid mu lakukan!” Kata Hekate lalu memecah kerumunan dan membela murid-muridnya. “Apa yang kalian katakan? Mereka bukanlah penguji biasa!” Kata Hekate dengan kuat membela murid-muridnya. Geras dan Hedone berada di belakang Hekate. Ia berupaya memberikan perlindungan kepada dua muridnya. Tapi, Geras dan Hedone merasa ini adalah masalah antar murid. Mereka berdua langsung maju ke depan Hekate.  “Kalian bilang kalian hebat! Baiklah, aku tantang kalian!” Kata Hekate. “Kau? Kau mau menantang kami?” Kata salah satu murid. “Kau tidak pantas..” “Sudah pasti tahu hasilnya!” Kerkop menuju kerumunan itu. Ia langsung melihat apa yang terjadi dan merelakan dirinya sebagai penantang dari pihak murid Kerberos. Kerberos langsung menghentikannya. Ia berteriak kepada mereka. “Penantang tidak diperbolehkan dari calon penguji s*****a yang terpilih! Kerkop! Kau tidak diizinkan bertanding, kecuali kau mau kau didiskualifikasi” Kata Kerberos dengan tegas. Tak ada yang bisa membantah. Teman-temannya tampak kecewa.  Hekate mendekati Kerberos. “Kenapa kau tidak menghentikan mereka?” Ia tampak marah. “Itu adalah masalah para murid! Kita tidak berhak ikut campur!” Jawabnya. Hedone langsung maju. “Baiklah, aku yang akan bertanding dan membuktikan bahwa kami adalah murid terbaik di teater ini!” Seseorang muncul dari balik kerumunan dan mengajukan dirinya sebagai penantang murid Hekate.  “Aku yang akan melawanmu!” Ucapnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN