Bagian 99 - Babak dua : Keuthonimos vs Empusa

1218 Kata
Pertandingan akan dimulai. Pertandingan itu akan dilakukan oleh Keuthonimos dan Empusa. Aporia memperkenalkan mereka lagi, s*****a yang akan dipakai oleh dua penguji s*****a ini. Keuthonimos akan memakai Bubble, dan Empusa akan menggunakan Pedang Dewa. Keuthonimos dan Empusa berdiri di masing-masing sisi. Keuthonimos melancarkan serangannya. Ia meniup balon-balonnya ke udara. Empusa menggunakan pedang dewanya, dan menebas balon-balon tersebut. Ia dapat dengan mudah menebas balon-balon yang dibuat oleh Keuthonimos. Saat sudah dekat, Empusa melayangkan tebasan pedangnya ke kepala Keuthonimos. Keuthonimos terkejut. Ia tidak tahu bahwa serangan dari balon-balonnya bisa dengan mudah dipecahkan menggunakan pedang Empusa. Ia harus menggunakan shield-nya untuk terhindar dari serangan itu. Ia terkena serangan dari Empusa di bagian d**a kirinya. Tapi, tak apa, karena ia telah menggunakan defence-nya. Serangan Empusa tak berarti baginya. Sekarang defence-nya hanya tinggal satu kali lagi boleh dipakainya. Keuthonimos cemas sekali. Senjatanya sepertinya tidak akan berarti dengan pedang dewa. Keuthonimos menjaga jarak dari Empusa. Ia tidak bisa terlalu dekat, karena pedang itu adalah kelemahan senjatanya. Tapi, Keuthonimos lupa bahwa Empusa memiliki kekuatan menghilang. Ia menggunakan teleportasinya dan menyerang Keuthonimos dari belakang. Dengan sigap Keuthonimos menghindar. Ia untung saja dengan refleks merasakan keberadaan Empusa. Keuthonimos harus bisa melawan Empusa. Ia menghembuskan balon-balonnya, sangat banyak. Mengumpulkan mereka agar bisa dijadikan s*****a. Balon yang kecil masuk ke dalam balon yang besar hingga bertumpuk-tumpuk lalu bersiap untuk pecah. Empusa berupaya menghalangi itu terjadi. Ia tetap menyerang Keuthonimos dengan serangan teleportasinya yang dikombinasikan dengan pedang dewanya. Ia menyerang dari belakang, samping dan juga depan. Keuthonimos menggunakan silat untuk menangkis serangan Empusa. Ia lebih banyak menghindar dan bersabar ketika ia berupaya membuat serangan dengan balon-balonnya. Keuthonimos tampak lamban dengan s*****a tersebut. Ia tidak bisa menghindar dengan mudah. Ia tidak memiliki tameng sama sekali untuk menghentikan serangan pedang dewa. Bubble nya sudah sempurna. Ia langsung menggerakkan gelembung-gelembungnya ke arah Empusa. Dengan cepat gelembung-gelembung itu menyelimuti Empusa, dan ledakan besar terjadi. Kini serangan telah menjadi satu sama. Empusa tercampak ke udara, tinggi sekali. Keuthonimos memanfaatkan ini sebagai peluang untuk membuat jebakan lain. Ia membuat gelembung lain. Ia menaikkan level dari serangan gelembungnya. Kini ia memakai mode level tiga. Dimana, saat gelembung tersebut menembakkan serangan, akan terjadi dua kali lipat serangan yang terjadi. Gelembung-gelembung mengudara dan mulai bertumpuk-tumpuk membentuk gerombolan-gerombolan balon yang besar. Gelembung-gelembung yang bertumpuk-tumpuk tersebut berjumlah banyak dan mulai membentuk dinding yang membatasi antara Keuthonimos dengan Empusa. Empusa tidak merasa adanya ancaman. Ia menggunakan teleportasi untuk menyeberang ke sisi Keuthonimos. Ia melayangkan pedangnya dan menebasnya dari belakang. Keuthonimos dipotong dengan pedang dewa Empusa. Tapi, ternyata, tubuh Keuthonimos berubah menjadi tumpukan gelembung. Ledakan terjadi karena Empusa memukul balon-balon s*****a Keuthonimos. Pedang itu tercampak ke belakang dan Empusa terlempar sangat jauh. Empusa merasa tangan kanannya sakit. Ia mencari Keuthonimos, tapi tidak melihatnya. Arena berganti menjadi sebuah labirin yang dibatasi oleh pembatas gelembung-gelembung. Empusa berdiri dan bingung dengan labirin yang tercipta. Para penonton bertepuk tangan karena s*****a dari Keuthonimos yang hebat. Empusa membuat pedang nya menjadi panjang dari sudut ke sudut, lalu menebas gelembung-gelembung tersebut. Saat tebasan demi tebasan membuat gelembung tersebut pecah, pedang Empusa menjadi tumpul. Lalu ledakan besar terjadi, tapi tidak sampai mengenai Empusa. Ia menghalangi abu yang datang ke arahnya dengan matanya. Empusa membuat pedangnya mengecil, karena cara itu tidak berhasil seluruhnya. Ia belum menemukan keberadaan Keuthonimos. Ia berpikir bahwa labirin itu bertumpuk-tumpuk sehingga sulit untuk menemukannya. Tiba-tiba, gelembung-gelembung tiupan Keuthonimos terlihat melayang ke atas. Lama-lama gelembung-gelembung itu mendekati Empusa dan menyerang dari jarak jauh. Terlihat gelembung-gelembung kecil menyembul keluar menusuk ke arah Empusa. Ia bergerak cepat menggunakan teleportasinya dan menebas balon-balon itu dengan pedangnya, saat ia tidak sanggup untuk menghindar. Serangan itu bertubi-tubi hingga membuat Empusa kewalahan untuk memakai teleportasinya. Ia bergerak cepat sekarang dan menahan serangan menggunakan pedang dewanya. Tangannya sudah ketar-ketir dengan serangan tersebut. Serangan semburan gelembung itu pun berhenti dan Empusa bisa beristirahat. Ia tampak kelelahan dengan serangan yang cepat dan cukup lama tersebut. Ia melihat ke atas dan Keuthonimos berada di atas, terbang dengan balon-balonnya yang membentuk sebuah karpet sebagai pijakan kakinya. Empusa melihat dengan kesal. “Kau membodohiku!” Kata Empusa, lalu mata pedangnya mengarah ke Keuthonimos, dan memanjang tinggi. Keuthonimos mundur lalu membuat tembok yang terbuat dari gelembung untuk menahan pedang tersebut. Pedang itu ditahan oleh dinding gelembung, hingga Empusa sulit untuk menariknya. Ia berkali-kali mencoba, tapi tidak berhasil. Dari depan, gelembung-gelembung mengumpul ke arah Empusa dan menutupi tubuhnya hingga seluruhnya. Empusa masih berusaha menarik pedang tersebut, tapi tidak bisa. Ledakan gelembung terjadi, tanpa perlawanan dari Empusa. Ia tercampak dan senjatanya terlepas dari genggaman. Keuthonimos sudah membuat sedikit dari sisi mata pedang Empusa, tumpul. Kali ini ia mencoba menyerang nya dengan ledakan dahsyat. Ia memasukkan pedang tersebut ke dalam labirin, tepat di tengahnya. Lalu ledakan besar terjadi dan semua itu ditahan oleh pelindung batu dari Lord of Sunlight. Empusa juga terkena dampak dari ledakan itu. Tapi, Keuthonimos sudah tahu bahwa ledakan itu juga akan mengenainya. Ia membuat pelindung dari balon-balonnya agar tidak terkena dampak dari ledakan tersebut. Empusa merasa sangat lemah. Ia mencoba berdiri, dan melihat apa yang terjadi dengan pedangnya. Untunglah pedang itu belum rusak. Ia mengambil pedang dewa itu lalu menyerang Keuthonimos yang berada di lapisan gelembung udara yang sedang berada di atas. Ia menebas hingga gelembung-gelembung itu tersingkir dan Keuthonimos terlihat. Saat akan terlihat, gelembung-gelembung yang melindungi Keuthonimos beregenerasi lagi. Empusa terus menebas hingga kelelahan. Ia tidak bisa terus menerus menebas. Ia harus menggunakan teleportasinya ke atas, lalu saat gravitasi membawanya ke tanah, ia mengulanginya lagi seperti tadi. Ia terus menerus melakukannya tanpa ada kesalahan, tapi itu tetap tidak berarti. Ia berdiri di tanah, lalu memanjangkan pedangnya, dan membuatnya menjadi lebih tebal agar pukulan yang dihasilkan lebih kuat. Dari bawah, kepalanya mendongak ke atas dan menyerang pelindung Keuthonimos. Tetap saja semua itu sia-sia. Keuthonimos membuka gelembungnya, dan kembali berpijak ke tanah. Ia tidak mau lagi hanya bersembunyi di dalam gelembung. Ia meniup gelembung-gelembung lagi. Gelembung itu sangat besar. Ia membuat satu gelembung besar lalu menuju Empusa. Dengan pedang nya, ia mencoba menghancurkan gelembung besar itu. Ia harus melakukan tebasan beberapa kali hingga gelembung tersebut bisa pecah. Keuthonimos membuat gelembung besar lainnya, terus menerus hingga Empusa melewatkan satu gelembung. Gelembung itu menelan Empusa. Ia pun berada di dalam gelembung tersebut. Dengan pedangnya, ia berusaha melepaskan diri, tapi tidak bisa. Ia terangkat ke atas, dan gelembung besar lain menyatu ke dalam gelembung-gelembung yang didalamnya terdapat Empusa. Ada sekitar sepuluh lapisan yang terbentuk. Empusa sudah tidak bisa lagi menebas gelembung itu karena tebalnya. Keuthonimos mengucapkan ‘Abrakadabra!’ lalu gelembung tersebut pecah dan menghasilkan ledakan besar. Suara ledakannya sangat kuat, terdengar ke seluruh wilayah surga, dari surga bagian pertama hingga kedelapan. Penonton harus menutup telinga mereka karena kerasnya. Empusa terjatuh ke tanah, terpisah dengan pedangnya. Pertandingan selesai. Keuthonimos memenangkan pertandingan lagi. Juri-juri tidak bisa berkata apa-apa. Semua teknik yang digunakan Keuthonimos sangat tidak terduga. Sebuah s*****a yang seharusnya hanya bisa menerima serangan, jadi bisa menyerang, merupakan sebuah evolusi yang menakjubkan. Empusa tidak sadarkan diri. Ia tampak lemah berada di tanah. Keuthonimos melihat keadaan Empusa dan mencoba menolongnya. Aporia menarik tangan Keuthonimos dan memegang tangannya. Ia menaikkan tangan Keuthonimos ke atas tanda kemenangan yang dihasilkan olehnya. Semua penonton bertepuk tangan karena pertarungan hebat tersebut. Ini merupakan pertarungan yang cukup cepat bagi mereka. “Sekarang, kita sudah menemukan pemenang dari penguji s*****a. Yaitu, Keuthonimos dan juga Erebus. Kita akan saksikan sebentar lagi pertandingan dari kedua penguji s*****a ini.” Kata Aporia berteriak, dan semua rakyat bersorak-sorai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN