Bagian 98 - Babak dua : Erebus Menang

1082 Kata
Amfiaraus mencoba berdiri dan menyerang Erebus. Ia berdiri di depannya lalu menyerangnya menggunakan lima elemennya. Ia mengatakan ‘air’, lalu menyemprotkannya dengan keras. Lalu menggantinya dengan serangan listrik. Tak lama kemudian, dalam hitungan detik, ia menyerang lagi dengan semprotan tanah yang lebih kuat. Ia membuat tanah tersebut lebih keras dengan kumpulan batu yang kuat yang keluar dari sarung tangannya. Ia kemudian mengganti senjatanya dengan api. Ia mengeluarkan api yang sangat besar dan panjang hingga hampir mengenai Erebus. Erebus menangkis serangannya itu dengan berlindung di belakang Mace-nya. Ia menutupi serangannya dengan macenya yang besar. Setiap serangan membuatnya harus berlari kencang agar bisa terhindar. Serangan dari Amfiaraus sangat bergebu-gebu membuat Erebus harus menggunakan kecepatannya agar bisa menangkis serangan itu. Ia ingin menghentikan serangan Amfiaraus dengan mace miliknya tapi terasa sangat sulit. Ia merasa sangat tertantang. Erebus menghindar lalu memukul dengan kuat ke tanah, hingga tanah bergelombang dan membuat Amfiaraus hampir jatuh. Disinilah celah itu dapat. Serangan terakhir Amfiaraus , yaitu api, jadi terpental ke atas karena gelombang tanah yang tidak rata. Untuk sementara, Amfiaraus berhenti dengan serangannya karena harus menyesuaikan tubuhnya agar seimbang. Lalu, ia mulai terbiasa. Dengan kelincahannya, ia mengikuti irama gelombang, dan dapat menyerang dengan getaran dari tanah. Ia masih mencoba menggunakan serangan api-nya untuk menyerang. Tapi, tidak mengenai Erebus yang berlari ke arahnya. Erebus mendekati Amfiaraus lalu memukulnya. Amfiaraus mengganti elemen sarung tangannya. Ia menangkis dengan elemen angin agar mace tersebut tidak mengenai dirinya. Ia terus menyemprotkan anginnya agar bisa menahan Mace tersebut. Tapi, ia hanya sanggup menahan pukulan Erebus sebentar saja. Mace tersebut langsung mengenai tubuhnya, dan ia jatuh ke tanah dengan bekas pukulan di perutnya.  Erebus sekali lagi memukul dengan macenya, tapi ke bagian s*****a Amfiaraus. Ia memukul salah satu s*****a Dragon Gloves-nya hingga hancur. Ia menahan serangannya agar tidak terlalu kuat. Jika ia melakukannya dengan serangan penuh, itu bisa membuat tangan Amfiaraus terkena dampak pukulannya.  Mata Amfiaraus masih terbuka. Tapi ia tidak bisa lagi berdiri dengan baik karena terkena pukulan dari Erebus. Ia melihat senjatanya telah rusak, lalu melepaskan napasnya ke atas. Ia mendapati dirinya sudah kalah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mana mungkin aku bisa menang dengan pemenang generasi lalu!” Setelah mengatakan kalimat itu, ia pun tertawa sebagai ganti kekecewaannya. Pertandingan pun dimenangkan oleh Erebus. Semua bertepuk tangan dan menyambut pemenang mereka.  “Kau hebat!” Kata Amfiaraus yang dibawa oleh penjaga dengan sebuah tempat tidur dorong melewati Erebus.  “Makasih kawan!” Kata Erebus dengan kepada Amfiaraus dan memegang tangannya dengan erat. Erebus sangat bahagia. Aporia memberikan gelang kepadanya sebagai pengikat s*****a, karena ia akan bertanding di babak selanjutnya. Saat gelang itu dipakai oleh Erebus, warna dari pelindung batu Lord of Sunlight berubah berwarna emas sebentar, tanda berkat dari batu tersebut. Lalu berubah kembali menjadi bening. Erebus melihat ke arah penonton dan melambaikan tangannya. Sekaligus, ia juga ingin mencari apakah Hemera ada di antara kursi penonton. Tapi, ia tidak melihatnya. Erebus tampak sedih. Ia tetap melambaikan tangan hingga Aporia menyuruhnya pergi. “Permisi!” Kata Aporia yang berdiri di sebelahnya dan melihatnya melambaikan tangan. Erebus melihatnya. “Sudah bisa pergi!” Kata Aporia yang memaksanya untuk pergi. Ia terlalu lama melambaikan tangan karena penasaran apakah Hemera ada disana. Dengan sedikit malu, ia berjalan ke dalam ruang belakang pertandingan. Ia berpikir bahwa Hemera tidak mungkin duduk di kursi penonton. Bisa jadi, seperti yang lalu-lalu, Hemera berada di belakang panggung.  Empusa menyambut Erebus mengucapkan selamat dan ingin memeluknya. Tapi, ia malah melewati Empusa begitu saja, seperti tidak melihatnya. “Apa yang terjadi dengannya?” Kata Empusa yang melihat Erebus pergi ke belakang. Ia ingin mengejarnya, tapi namanya sudah dipanggil oleh Aporia untuk melakukan pertandingan selanjutnya. Empusa dan Keuthonimos pun pergi ke tengah panggung.  Erebus mencari Hemera di tempat ia pernah bertemu. Tapi, ia tidak ada disana. Erebus kecewa sekali karena Hemera tidak menepati janjinya. Ia menatap ke lubang di ruangan itu yang langsung melihat panggung dan juga juri-juri penguji. Ia mendengar mereka bertengkar. Matton dan lima juri penguji s*****a sedang berdebat tentang menggunakan alat musik milik Khaos yang adalah mantan dari ketua juri, dalam pertandingan penguji s*****a di generasi ini. Poine : “Mengapa meminta bantuan dewa Y? Kau tidak pernah mengatakan apapun tentang keputusanmu!” Matton : “Kau berkata begitu karena kau tidak suka dengan Khaos bukan? Kau tidak ingin orang-orang mengingatnya bukan?” Praxidike : “Memang seharusnya kau memberitahu juri-juri lain dengan keputusanmu menggunakan alat musik sebagai pembuka acara!” Proioxis : “Aku setuju dengan ucapan Praxidike! Kau seharusnya mengatakan itu terlebih dahulu. Mendiskusikan dengan kami semua ini sebelum mengambil keputusan.” Matton : “Apa yang harus didiskusikan jika itu hanyalah alat musik saja. Apa kalian tidak melihat bahwa acara menjadi lebih hidup?” (Matton melotot kepada Poine saat mengatakannya.) Poine : “Ini adalah hal sensitif, dan ketua kita menggunakan kekuasaannya semenang-menang.” Soter : “Aku rasa acara ini lebih tampak berbeda dari acara-acara di generasi yang lalu-lalu. Perubahannya tampak sangat signifikan!” (Soter bersikap netral.) Porus mencoba melerai ketegangan. Porus : “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal ini disini. Lebih baik kita akan bicarakan ini saat pertandingan selesai. Empusa dan Keuthonimos akan segera bertanding!”  Erebus mendengar percakapan itu. Ia berpikir tentang Hemera. ‘Apakah orang tuanya sedang berada di rumah, dan membuatnya tidak bisa pergi?’ Kata Erebus dalam hati. Tiba-tiba, dari belakang, seseorang menyentuh pundak Erebus. Ia kaget dan langsung berputar kebelakang. Sebuah rangkaian bunga terlihat. Seseorang menutup wajahnya di balik rangkaian bunga tersebut. Saat ia mengambil bunga itu, ia bukan melihat Hemera. Ternyata yang membawa rangkaian bunga itu adalah salah satu dari lima anak muridnya yang sudah bekerja bersama para juri penguji. Rasa kecewanya menjadi bertambah. “Muses?” “Selamat guru, telah memenangkan pertandingan.” Kata Muses dengan senyuman. Tak bisa dipungkiri, wajah Erebus tampak tidak senang. Ia tidak mau sebenarnya menerima bunga itu. Tapi, ia mencoba berpikir dengan masuk akal. “Terima kasih telah memberiku bunga. Darimana kau dapat bunga ini?” “Aku mengambilnya dari tempat dewa-A, Khloris!” Jawabnya.  Erebus mengangguk karena ia sudah bisa menebak itu. Siapa lagi yang ada di surga ini yang memiliki pekarangan yang dipenuhi dengan bunga, selain Khloris. Erebus pun kembali ke ruang tunggu dan melihat pertandingan dari temannya Keuthonimos dan Empusa. Aporia mulai memperkenalkan mereka yang akan bertanding. Mulai dari nama, lalu s*****a yang akan digunakannya. Ia bahkan berkata bahwa ia sangat menunggu pertandingan ini. Ini adalah pertandingan terakhir dari babak kedua. Setelah itu, maka, grand final pertandingan s*****a akan dilakukan. Sorak-sorai penonton sangat kuat, membuat kuping pekak. Meski begitu, bagi Erebus, sekelilingnya seperti hampa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN