Bagian 109 - Keraguan Kepada Cincin

1138 Kata
Erebus dan Hemera pergi untuk berkencan. Mereka ketaman bunga milik Khloris. Mereka berjalan di sana, tapi tidak memberitahu Khloris. Mereka tidak ingin diganggu olehnya. Semua itu berdasarkan saran dari Hemera agar mereka tidak memberitahukan apa yang sedang mereka lakukan.  Mereka berjalan di jalan berbatu yang ditata rapi. Kanan kirinya adalah bunga-bunga indah. Mulai dari yang kecil, besar, berbagai warna dan juga jenis. Suasana sejuk yang dihasilkan dari pohon yang tinggi menjulang ke atas membuat mereka betah berada disana. “Kapan kita akan pakai cincin yang diberikan ibu Thalassa kepada kita?” Tanya Hemera memulai. Ia memegang cincin Amfilogiai.  “Apa kau percaya cincin ini akan mendatangkan keabadian pada cinta kita?” Tanya Erebus balik. “Tentu aku percaya! Begitu yang dikatakan oleh ibu!”  “Aku hanya tidak ingin cinta kita didasarkan pada cincin!” Jawab Erebus. “Terlalu berlebihan jika mendasarkan itu pada cincin. Seperti sebuah penghuni surga memerlukan baju untuk menutupi keindahan tubuhnya, aku rasa cincin ini hanyalah simbol, dan tidak merubah keindahan dari cinta kita!” Kata Hemera. “Apakah ilustrasinya harus seperti itu?” Tanya Erebus sambil tertawa. Ia baru pertama kali mendengar jawaban secerdas itu. Kerberos sedang lewat dari taman bunga tempat Erebus dan Hemera memadu kasih. Ia mengikuti mereka dan mengamati apa yang akan mereka berdua lakukan. Kerberos sangat dendam dengan Erebus. Ia menatapnya dengan tajam, berharap bisa memusnahkannya secepat mungkin. Ia melihat mereka bergandengan tangan.  “Sepertinya hidupnya akan selalu menyenangkan! Dia tidak tahu betapa tersiksanya aku disini!” Kata Kerberos.  Hekate ternyata mengikuti Kerberos. Ia menegurnya dan membuatnya terkejut. “Apa yang kau lakukan dengan memandangi mereka di balik pohon seperti ini? Kau ingin punya kekasih juga?” Tanya Hekate. “Aku yang seharusnya bertanya tentang apa yang kau lakukan disini?” “Aku tidak melihatmu dimana-mana. Jadi aku mencarinya. Aku rasa sifatmu sudah berlebihan. Apa kau memupuk dendam kepada Erebus?” Tanya Hekate. “Kau bisa menyimpulkannya.” “Dendam tidak mungkin terjadi pada penghuni surga. Kau harus melakukan pengobatan. Itu bukan sifat dari seorang penghuni surga!” Ucap Hekate. “Kau terlalu banyak bicara!”  “Aku hanya memperingatkanmu. Kau bisa terkena hal yang mengerikan jika ketahuan melakukan hal yang didasarkan pada kecemburuan.”  “Aku sedang tidak ingin mendengar ceramah anehmu!” Kata Kerberos dan meninggalkan Hekate. Erebus dan Hemera tidak menyadari keberadaan Hekate dan Kerberos. Mereka cukup jauh untuk mendengar percakapan itu. Khloris mengetahui tentang Erebus dan Hemera yang mengunjungi taman nya.  “Kalian datang diam-diam dan menikmati keindahan tamanku, tanpa memberitahuku dulu!” Kata Khloris. Erebus dan Hemera terkejut karena Khloris menunjukkan dirinya di depan mereka dengan tiba-tiba. Ia membawa petikan bunga-bunga di tangannya dan sebuah gunting di tangan kirinya.  “Kami tidak bermaksud begitu!” Kata Hemera. “Tidak mungkin! Kalian pasti sengaja!” Kata Khloris yang langsung menunjuk Hemera. Lalu ia mengatakan bahwa kemarahannya hanyalah candaan saja. Ia tidak bermaksud menyinggung mereka.  “Taman ku memang indah untuk seseorang yang sedang kasmaran seperti kalian!” Ucap Khloris dengan senang. Hemera menggelengkan kepala. “Kau terlalu percaya diri!” “Itu memang kenyataannya!” Kata Khloris.  “Kami hanya ingin suasana yang sepi, makanya kami ke tamanmu!” Kata Erebus. “Aku senang sekali kalian bersama. Aku mau mengundang kalian untuk datang ke rumahku!”  Kata Khloris. “Tentu! Dengan senang hati!” Kata Erebus. Hemera bermain mata kepada Erebus. Ia tidak senang dengan ajakan Khloris. “Sebentar saja!” Kata Erebus kepada Hemera pelan.  Khloris langsung memisahkan mereka. Ia menggandeng Hemera di jalan berbatu itu dan meninggalkan Erebus di belakang. Ia ingin berbicara berdua dengan Hemera. “Aku rasa teh hitam itu berfungsi. Kalau begini, mungkin yang kau dapatkan adalah ‘Harapan’!” Kata Khloris. “Benarkah? Memang ini seperti mimpi. Tapi, bagaimana jika itu keinginan? Keinginan siapa maksudnya?” “Aku rasa, harapan adalah hal yang baik. Sesuatu yang muncul dari dirimu, memunculkan sebuah kebaikan untukmu dan juga orang lain. Tapi, kalau keinginan, biasanya itu terjadi karena sikap egois, dan dampaknya tidak selalu baik.” Kata Khloris menjelaskan. “Aku yakin itu masih belum pasti!” Kata Hemera meragukannya. “Benar juga!” Ucap Khloris. Mereka sampai di rumah. Hemera memberikan kue yang digorengnya dari bunga besar yang diciptakannya. Rasanya begitu lembut seperti bolu. Ia juga menyediakan teh bunga matahari miliknya. Teh itu sangat nikmat dan tidak terlalu manis. Semua orang pasti menyukai teh tersebut. “Ini sangat enak!” Kata Erebus yang baru pertama kali mencicipi masakan Khloris. “Benar bukan? Ini resep baruku. Aku senang jika itu membuat kalian senang!” Kata Khloris. “Makanan seperti ini harus ada dalam pesta kami nanti!” Kata Hemera. “Kalian mau aku membuatnya untuk pesta kalian?” Tanya Khloris.  Hemera langsung memohon dan membujuknya. Ia menunjukkan wajah imutnya. “Please!” “Tentu! Dengan senang hati. Siapa yang akan menolak permintaan pria dan wanita paling terkenal di surga? Ini sebuah kehormatan.” Kata Khloris. Kemudian ia melihat apa yang dipegang Erebus. Ia sepertinya pernah melihatnya. “Tunggu sebentar! Apakah itu cincin berkat dari Amfilogiai?” Tanya Khloris. Ia tampak tegang saat menanyakannya. Hemera dan Erebus mengangguk mengiyakan pertanyaan Khloris. “Apa kalian perlu benda-benda pengikat cinta seperti itu?” Tanya Khloris penasaran. “Ibu memberikannya untuk kami. Katanya ini membuat cinta kami murni tanpa paksaan!” Ucap Hemera. Khloris mengangguk saja. Ia tidak banyak memberikan pendapat. Hati kecilnya ingin sekali melarang mereka untuk menggunakannya. Tapi, ia juga tidak tahu bahwa apakah tindakan itu benar atau tidak. Ia hanya tidak ingin membuat mereka ragu. Ia belum tentu benar untuk menaksir bahwa cincin itu berbahaya. Mungkin setelah ia mendapatkan buktinya, barulah ia akan berbicara kepada mereka berdua tentang itu. Ia berharap itu belum terlambat. “Aku sering mendengar tentang cincin itu!” Kata Khloris lagi. “Dimana suamimu?” Tanya Hemera. “Dia sedang mengurus tanaman yang baru saja kuciptakan. Setelah menciptakan bunga, aku biasanya menyuruhnya untuk mengembangbiakkan tanaman itu.” Jawabnya. “Kalian sangat romantis mau bekerja sama!” “Ini adalah tugas seorang dewi-A!” Jawab Khloris tertawa. “Aku yakin dia sangat mencintaimu!” Kata Hemera. “Kalian juga harus seperti itu! Jangan terlalu banyak bermain-main dengan hubungan kalian ini. Kalian harus melakukannya dengan serius. Tentukan tanggalnya secepat mungkin. Restu dari penghuni surga pasti ada pada kalian. Adakah yang tidak merestui?” Tanya Khloris. “Sampai saat ini tidak ada! Justru banyak yang menyodorkan diri mereka untuk berpartisipasi pada acara nanti. Ayah bahkan kewalahan menghadapi penghuni surga yang memberikan saran untuk pesta kami.” Ucap Hemera. “Kalian harus menentukan tanggal yang tepat. Kalian bisa pergi kepada Eidothea!” Kata Khloris. “Peramal itu kah? Dia bukanya tidak bisa ditemukan sampai sekarang?” Tanya Hemera. “Aku tidak tahu tentangnya!” Kata Erebus. “Ia masih ada. Ia penentu tanggal pernikahan yang terbaik disini. Tidak mungkin ia bisa pergi begitu saja. Kalian harus mencari informasi tentangnya dan mencarinya!” Ucap Khloris. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN