Bagian 38 - Kelicikan Doris

1175 Kata
Doris berjalan menuju teater tempat para penguji s*****a. Ia berjalan bersama Amfiaraus, Empusa dan Erebus. Ia sangat senang karena pada akhirnya Erebus memperbolehkannya ikut dengan mereka. Itu semua karena kelicikan Doris yang bisa membaca situasi. Entah mengapa keberuntungan berpihak padanya. Ia bisa membuat Erebus tunduk dengannya karena sebuah ancaman yang dilontarkannya. Ia tahu bahwa ada sesuatu antara Erebus dan Hemera. Ia memanfaatkan itu dan berhasil. Sebelum sampai teater, ia mencoba mencari informasi lebih lanjut tentang Erebus. Ia mendekati Amfiaraus, karena ia lebih tampak bisa diajak berkomunikasi dibandingkan Empusa. Ia berjalan di sebelahnya. Karena Empusa berada disebelah Amfiaraus, ia harus mencari cara untuk memisahkan mereka. Ia langsung berpura-pura terjatuh karena kakinya sakit. Amfiaraus berhenti dan membantunya. Sedangkan Empusa dan Erebus tetap melanjutkan perjalanan mereka karena sudah melihat Amfiaraus menjaganya. Amfiaraus membantunya berdiri. “Kau tidak apa-apa?” Tanyanya. “Tidak apa-apa! Hanya sedikit keseleo!” Kata Doris menunjukkan kakinya.  “Kaki yang mana yang sakit?” Tanya Amfiaraus. “Kaki kiri!” “Tapi, kau menunjukkan kaki kanan!” Kata Amfiaraus dengan bingung.  “Maaf, maksudku kanan!” Kata Doris, tapi ia malah memegang kaki kiri.  “Ini kiri, ini kanan!” Tunjuk Amfiaraus pelan. Doris sudah kalah malu. Matanya selalu melihat ke Empusa dan Erebus. Ia berusaha menjaga jarak di antara mereka berdua agar bisa berbicara dengan leluasa kepada Amfiaraus. Karena melihat mereka, Doris jadi bingung antara kaki kanan dan kirinya. Ia hanya asal menjawab. Ia berdiri tegak dan berkata kepada Amfiaraus, “Sudah sembuh! Ayo kita jalan lagi!” Ia menarik lengan Amfiaraus agar berjalan bersamanya dan berharap ia tidak menanyakan hal itu lagi. “Jadi sudah…” “Sttt… Tidak usah dibahas lagi. Kita fokus berjalan saja!” Kata Doris kepada Amfiaraus. Ia menatap matanya.  “Lama-lama kau terlihat cantik!” Puji Amfiaraus. “Sudah… jangan ngawur! Kita berjalan santai saja!” Kata Doris.  Amfiaraus berjalan dengan cepat untuk mengejar teman-temannya. Doris tak ingin dia melakukan itu. Ia harus mencari akal lagi. “Tunggu! Kau cepat sekali berjalan. Aku tidak bisa berjalan cepat! Kakiku bermasalah!” Kata Doris. “Bukannya sudah sembuh?” Kata Amfiaraus lalu berbalik menuju Doris.  “Kita pelan-pelan saja. Kita sudah lama berjalan dan mengikuti kalian cukup melelahkan!” Alasan Doris. “Baiklah, aku akan menjagamu!” “Mereka cepat sekali berjalan!” Kata Doris yang mulai menggunakan taktiknya.  “Ya, jika tidak, kami akan terlambat untuk mengajar murid-murid kami. Juri penguji akan marah jika kami ketahuan pergi dari teater!” Kata Amfiaraus. “Kau sudah lama mengenal mereka?” Tanya Doris lagi. “Tentu! Sudah lama! Kami sahabat dari kecil!”  “Erebus dan Empusa tampak seperti orang yang sangat emosian!” “Mereka memang begitu! Tapi, mereka biasanya tidak seperti itu! Mereka orang yang baik. Mereka penguji s*****a yang handal!” “Kau juga penguji s*****a?” “Ya!” “Berarti kau mengenal Hemera?” “Hemera? Tidak! Aku tidak mengenalnya. Apa hubungan Hemera dengan penguji s*****a?” “Bukankah undangan untuk opera adalah golongan elit? Kalian tidak dari golongan elit manapun? Itu hobi yang jarang tersiar di negeri surga. Kalian mendapat undangan dari mana?” Tanya Doris dengan sangat detail. “Kami tidak mendapat undangan!” “Jadi kalian ingin melihat siapa disana? Hemera-kah?” “Erebus sepertinya yang ingin melihat Hemera. Ia mengajak kami melihat opera. Karena tidak tahu apa itu, kami ikut. Ternyata, ia punya tujuan lain. Ingin melihat seorang wanita. Itulah yang dilihatnya, Hemera! Dia memang cantik sekali!” Kata Amfiaraus. Dalam hati Doris, ia sudah mengerti maksud dari kedatangan tiga penguji s*****a itu, terutama Erebus. Sekarang ia sudah tahu mengapa Erebus sampai-sampai takut dilaporkan buruk di hadapan Hemera karena ia menyukainya.  “Baiklah! Sebenarnya kalian tidak berminat pada operanya! Kalian hanya berminat pada orang yang bermain di sana!” Simpul Doris dengan kejam. “Tidak! Pekerjaan kalian sangat bagus. Empusa saja terharu saat di akhir cerita saat putri itu tidak bisa bangun dan menunggu pangeran datang menyelamatkannya.” Kata Amfiaraus. “Wow.. di dalam tubuh yang kekar ada jiwa hello kitty!” Kata Doris.  “Pekerjaan kalian bagus! Terutama permainanmu! Kau tampak bercahaya saat memainkan Harpa itu. Itu alat musik yang sangat indah!” Kata Amfiaraus. “Terima kasih! Aku juga ingin balik memujimu. Mungkin saat aku melihat pertandingan mu!” Kata Doris.  Mereka pun sampai di teater. Orang pertama yang dilihat mereka adalah Askalafos. Ia sedang sibuk dengan tanamannya yang diambilnya dari halaman teater. Tak biasanya ada tumbuhan yang dapat hidup disekitar mereka. Tapi, kali ini, ada sebuah tumbuhan yang hidup dan Askalafos menaruhnya di tempat yang dingin dan sejuk. Ia selalu memperhatikan tanaman itu ketika sudah selesai mengajar.  “Kalian dari mana saja?” Kata Askalafos yang melihat mereka masuk. “Kami melihat opera! Jawab Empusa ketus. Ia duduk dan merasa kelelahan. “Perjalanan yang panjang!” “Siapa wanita cantik ini?” Tanya Askalafos. “Dia Doris! Dia salah satu pencipta alat musik. Julukan keluarga mereka adalah Dewa Y. Dia salah satu pemain opera yang kami kunjungi!” Kata Erebus.  “Wow… dia sangat cantik!” “Namaku Doris!” Kata Doris memperkenalkan diri. “Wanita yang ceria!” Kata Askalafos. “Musik sesuatu yang indah! Seharusnya kita belajar tentang musik juga!” Kata Askalafos. “Kau terlihat aneh!” Kata Amfiaraus kepada Askalafos. “Kenapa? Apa yang salah?” Kata Askalafos. “Kau memang terlihat aneh! Nada bicaramu berubah!” Kata Doris terus terang.  Mendengar itu Askalafos langsung marah. Wajahnya memerah dan ia ingin memukul Doris. Amfiaraus dengan cepat menghentikannya. Ia memegang tubuhnya dengan kuat agar tangan Askalafos tidak mengenai Doris.  Doris tidak tampak ketakutan. Ia dengan santai tertawa melihat kelakuan Askalafos. Ia tampak menikmatinya.  “Dia memiliki amarah yang cepat naik. Kau harus bersabar!” Ucap Erebus kepada Doris. “Itu dapat dimaklumi dengan melihat wajahnya saja!” Kata Doris dengan menyudutkan senyumannya. Ia menatap Askalafos dengan tajam dan memandangnya rendah. “Dia mengejekku!” Teriak Askalafos lagi. Amfiaraus kewalahan menghentikannya. Ia meminta pertolongan Empusa untuk menenangkan Askalafos.  “Aku rasa ia akan lelah sendiri!” Kata Empusa.  Doris meninggalkan mereka. Ia melihat lebih dalam ke ruangan teater tersebut. Setiap ruangan ada sekat-sekat untuk membedakan arena yang satu dan yang lainnya. Ia sangat senang karena bisa menginjakkan kakinya di sana. Ia melihat Erebus yang berjalan ke arah yang berbeda. Ia mengikutinya. “Apakah ini tempat latihan penguji s*****a?” Tanya Doris. “Tentu tidak! Ini adalah latihan untuk murid-murid yang kami ajar menjadi penguji s*****a!” Kata Erebus melihat Doris dengan tatapan sinis. “Mengapa kau mengikutiku? Kau menyukaiku?” Tanya Erebus sambil berjalan. Doris masih mengikutinya dari belakang, tetapi mereka tidak sejajar berjalan. Doris tertawa mendengar ucapan Erebus bahwa ia menyukainya.  “Aku tidak habis pikir, kau sampai sejauh itu menyimpulkannya! Kau tidak ingat untuk apa aku kesini?” Tanya Doris menantang balik. “Seseorang yang tidak terlatih tidak bisa bertarung. Seorang petarung tidak mengandalkan bakat saja, dan tidak terlahir dengan itu. Kau seorang pemain musik, bukan penguji s*****a. Tempatmu bukan disini!” Kata Erebus ketus. Lalu ia sampai di ruangan latihannya bersama murid-muridnya. Dengan cepat ia menutup pintu ruangannya agar Doris tidak dapat masuk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN