Bagian 39 - Doris Menantang Askalafos

1181 Kata
Saat Doris pergi, Askalafos merasa lebih tenang. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Empusa dan Amfiaraus. Ia masih tidak terima dengan perlakuan Doris yang menyepelekannya.  “Bagaimana mungkin anak kecil seperti dia menyepelekan seorang penguji s*****a!” Kata Askalafos. “Kau yang terlalu emosi!” Kata Amfiaraus. “Siapa yang tidak emosi jika diperlakukan seperti itu!” Kata Askalafos melotot kepada Amfiaraus. “Sudahlah! Kalian harus menikmati hari-hari kalian!” Kata Empusa memberi saran.  “Dia harus diberi pelajaran!” Kata Askalafos. “Aku rasa itu saran yang bagus! Ia memang mau bertarung kesini!” Kata Amfiaraus.  “Baguslah kalau begitu!” Kata Askalafos yang merasa senang dengan ucapan Amfiaraus. Doris menghentakkan kaki kanannya karena kesal. Erebus benar-benar tidak mempedulikannya. Wajahnya cemberut karena ia tidak berhasil mengambil perhatian Erebus. Ia kembali menuju pintu masuk tempat Amfiaraus dan Empusa berada. Ia ingin sekali dibawa keliling oleh mereka.  Askalafos melihatnya. Ia berteriak memanggil Doris dengan tangannya. Wajahnya tampak sangat marah. Doris dengan santai mendekatinya. Ia berjalan tanpa gentar sedikitpun.  “Kenapa!” Balasnya. Askalafos semakin kesal dengan bahasa Doris. “Kau ini memang….” Bibir Askalafos bergetar-getar tak tahu harus berbicara apa lagi. Amfiaraus tertawa karena lucunya. Ia melihat wajah kedua orang itu tidak seperti biasanya. Ekspresi mereka begitu lucu. Mereka seperti sedang memperebutkan daerah kekuasaan. Melihat Amfiaraus tertawa, Doris ikut tertawa. Tak terbendung lagi rasa kesal Askalafos padanya. Ia menyenggak Amfiaraus karena meremehkannya di depan anak-anak yang tidak seumurannya. “Kau tidak menghormati orang tua! Kau harus diberi pelajaran.” Kata Askalafos  “Kenapa? Mau bertarung? Aku ingin menjadi penguji s*****a!” Kata Doris menantang Askalafos. Awalnya ia bingung, siapa yang mau di tantangnya dari delapan penguji s*****a elit. Tapi, sekarang, ia sudah tahu siapa yang akan ditantangnya. “Baiklah, aku terima tantanganmu! Kau harus siap babak belur!” Kata Askalafos. “Dia bukanlah penguji s*****a! Kau harus berhati-hati tidak membuatnya sampai babak belur! Dia juga keturunan Dewa Y. Mereka keluarga yang disegani penghuni surga!” Kata Amfiaraus memperingatkan Askalafos. Empusa mendengar hal itu. Ia mencoba menghentikan tapi Askalafos tidak mendengarkannya. Ia terlihat sangat emosi menghadapi Doris.  “Cuma ini jalan satu-satunya!” Kata Amfiaraus kepada Empusa. Ia pun berhenti memberikan peringatan. Empusa berbisik-bisik dengan Amfiaraus. “Apakah dia petarung yang terlatih?” Tanya Empusa. “Aku rasa dari gemulainya dirinya di pertunjukan, tidak mungkin sempat berlatih! Waktu latihan mereka, sama dengan waktu latihan prajurit. Meskipun ia seorang yang hebat dalam bertarung, ia tidak bisa mengalahkan Askalafos dengan mudah. Latihan yang harus dilakukan pastilah lebih lama bahkan seumur hidup bagi mereka yang menantangnya!” Kata Amfiaraus. “Tapi, dari sorotan mata Doris, ia seperti seseorang yang pandai bertarung. Ini mungkin saatnya ai menguji itu!” Kata Empusa.  Askalafos mengajak mereka ke arena-nya. Ia menyuruh murid-muridnya untuk keluar dari arena dan membiarkannya memakai tempat itu untuk mereka saja. Murid-muridnya melakukan seperti yang dimintanya. Empusa dan Amfiaraus pergi mengikuti mereka. Mereka dua sudah sepakat akan membantu Doris saat Askalafos tidak terkendali lagi.  Doris mulai mengikat rambut panjangnya dan mengoyak lengan bajunya. Ia membelah dua roknya yang panjang, lalu setiap sisinya digulung mengelilingi pahanya. “s*****a apa yang akan kau pakai?” Tanya Askalafos kepada Doris yang berdiri di depannya. “Agar kelihatan skill kita, lebih baik menggunakan s*****a yang tidak mengeluarkan peluru. Bagaimana jika menggunakan tombak? Aku melihat ada banyak tombak di tempatmu ini!” Kata Doris. Ia menunjuk tombak-tombak yang disusun Askalafos di tempat koleksinya. Ia sangat suka tombak. Ia selalu mengoleksi tombak-tombak unik dari penguji s*****a.  Mendengar tantangan dari Doris, Empusa berbicara kepada Amfiaraus. “Kita memang harus bersiap-siap. Doris menantangnya menggunakan tombak-tombak kesayangannya. Pasti ia akan sangat emosi. Ia sudah mengumpulkan s*****a-s*****a itu selama miliaran tahun dan tidak ada yang pernah menantangnya untuk memakai s*****a itu.” Kata Empusa. Askalafos menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka Doris berani menantangnya memakai s*****a kesukaannya. “Aku memang sangat salut padamu! Kau sangat hebat dalam bertarung sepertinya, sampai-sampai menggunakan s*****a tanpa peluru! Aku tentu akan menerimanya. s*****a ini tidak akan menyakiti siapapun di antara kita karena tidak berbahaya!” Kata Askalafos yang menahan amarahnya. Ia mencoba tetap tenang. Tapi, ternyata tidak bisa. Ia berteriak keras, “PILIHLAH SESUKAMU s*****a APA YANG KAU INGIN PAKAI, CEPAT! AGAR SEMAKIN CEPAT PERTARUNGAN INI SELESAI!”  Semua kaget mendengar teriakan Askalafos. Air liurnya sampai-sampai keluar karena begitu besarnya mulut Askalafos meneriakkan itu. “Kau memerlukan kain lap!” Kata Doris sambil berjalan. Ia mengejek Askalafos. Doris pergi dan memilih s*****a yang bernama, military fork. s*****a ini adalah tombak panjang yang memiliki dua tine atau cabang di atasnya. Dibawa cabang itu, ada diletakkan dua pengait lain yang saling berhadapan, tetapi yang bagian bawahnya lebih pendek dibanding pengait atasnya. s*****a itu cukup terkenal sebagai tombak rumput. Tidak banyak yang terluka saat menggunakannya dalam pertarungan. “Ini sepertinya sudah cukup!” Katanya melihat s*****a itu dari atas hingga ke bawah.  Askalafos pergi mengambil s*****a tombaknya dan memilih, Spontoon. Ini adalah jenis tombak yang memiliki tinggi 2,1 meter. Tombak Spontoon lebih rumit dibanding dengan tombak pada umumnya karena di batang tombak terdapat ukiran-ukiran unik. Di bagian atasnya ada trisula, tetapi sisi kanan dan kiri cabangnya, tidak sepanjang bagian tengahnya. Panjang bagian sisi kiri dan kanan hanya setengah dari bagian tengahnya. Dan bagian cabang di kanan dan kirinya lebih tebal seperti tanduk. Dibagian kaki s*****a Spontoon akan meruncing seperti pensil. Di sekeliling matanya, ada ukiran-ukiran unik seperti sebuah mantra yang melindungi s*****a agar tidak rusak. s*****a ini lebih berat dibandingkan dengan military fork milik Doris.  Mereka pun bersiap di arena pertarungan. Mereka mengambil kuda-kuda untuk menyerang dan menunggu pertarungan dimulai dengan tanda bunyi terompet. Semua murid-murid bersorak meneriaki nama guru mereka. Mereka ingin guru mereka menang melawan Doris.  Bunyi terompet terdengar menggema. Pertandingan dimulai. Askalafos melemparkan tombaknya dengan sisi bawah yang runcing ke depan ke arah Doris. Dengan cepat Doris bergerak menghindarinya, lalu berlari menuju Askalafos yang tidak memiliki s*****a. Askalafos terlalu menyepelekan Doris. Semua serentak berkata ‘Wow’ saat Doris berhasil menghindari serangan itu. Ia mengangkat tongkatnya ke atas lalu memukul Askalafos tanpa ragu.  Askalafos berguling untuk menghindari serangan itu. Ia berlari menuju s*****a nya dan mengambil nya dengan cepat. “Baiklah, sekarang aku tahu bahwa aku tidak bisa main-main!” Kata Askalafos. Ia kembali menyerang Doris. Ia mendekat dan mereka berdua mengadu masing-masing tombak mereka.  Askalafos mengayunkan tombak dan berfokus pada bagian runcing di cabang tombaknya. Doris menangkis serangan dengan dua cabang tombaknya, mengunci tombak Askalafos di dalam cabang itu lalu memutar tombak miliknya, sehingga tombak Askalafos ikut berputar. Askalafos tidak memaksa untuk memutar balik. Ia merenggangkan genggamannya sehingga tombak itu tetap di tangannya. Askalafos membalas usai Doris membalikkan tombaknya. Ia menarik tombaknya yang lengket sehingga tombak Doris mau terjatuh dari tangannya. Doris menarik tombak itu kembali dan berusaha melepaskan kepala tombaknya. Ketika berhasil, Doris mulai menyerang. Ia menghantam Askalafos dari sisi kanan, kiri, atas, lalu kembali ke kiri, kanan, atas, berputar mengerahkan sekuat tenaganya. Ia merasa serangannya kepada Askalafos sia-sia, lalu ia menyerang daerah bawah kaki Askalafos. Ini cukup berhasil membuat Askalafos tersudutkan. Doris tak sadar, Askalafos sudah berada di belakangnya. Doris berbalik, dan rambut panjangnya terlepas. Askalafos menggunakan tombaknya untuk menebas. Doris dapat menghindar tapi rambutnya terkena dan terpotong menjadi pendek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN