Bagian 121 - Mimpi-mimpi Ketua Wilayah Surga

1221 Kata
Delapan ketua setiap wilayah surga bertemu di wilayah surga bagian ke delapan. Ketua-ketua itu adalah Efialtes, yang menjadi ketua wilayah surga bagian pertama. Otos yang memimpin surga bagian ke dua. Briareus yang menjadi ketua surga bagian ketiga. Gyges yang menjadi ketua bagian keempat. Kottus yang menjadi ketua bagian kelima. Steropes yang menjadi ketua surga bagian ke enam. Brontes yang menjadi ketua surga di wilayah ketujuh. Dan yang terakhir adalah Arges yang menjadi ketua wilayah kedelapan.  Mereka berkumpul untuk membahas mengenai pernikahan Erebus dan Hemera. Mereka berdelapan mendapat mimpi sehubungan dengan pernikahan penghuni surga tersebut. Tidak biasanya mereka mendapat sebuah mimpi saat ada peristiwa yang akan terjadi. Arges yang akan memimpin sesi rapat itu. “Aku telah mendapatkan sebuah mimpi yang sangat aneh. Aku tidak tahu apakah itu sesuatu yang dapat diperhitungkan. Yang pasti kita harus segera menyelesaikan ini. Entah itu gambaran yang terbaik atau tidak. Untuk itu, kami ingin mendengarkan mimpi apa yang kalian dapatkan.” Ucap Arges. Efialtes mulai menceritakan kisah dari mimpinya. Ia bermimpi tentang sebuah wadi yang airnya berwarna hijau. Wadi itu dipenuhi air saat musim hujan tiba. Wadi tersebut kemudian terbelah dan airnya masuk ke dalam. Saat air wadi mengering, keluar air yang sangat besar dari pecahan tanah di tengah wadi seperti air mancur. Lalu giliran Otos untuk memberitahu mimpinya. Ia bermimpi tentang sebuah pohon besar. Pohon itu tumbuh dengan sangat tinggi dan lebat. Di sebelah pohon besar itu, tumbuh pohon dengan jenis yang sama. Tapi, pohon tersebut tumbuh kerdil. Lalu pohon kerdil itu berubah memiliki wajah dan memakan akar pohon yang besar itu hingga pohon besar itu tumbang. “Itu kisah yang seram!” Kata Efialtes berkomentar. Lalu sekarang giliran dari Briareus. Ia melihat sebuah bunga yang indah. Bunga berwarna kuning. Ada lis merah di sekitar bunga itu. Bunga itu sebesar bunga lainnya. Ia tumbuh di antara bunga cantik yang lain. Perbedaannya adalah bunga ini memiliki lis merah sendiri sehingga menarik perhatian mata. Briareus dengan rasa penasaran memetik bunga tersebut, dan darah keluar dari batang bunga tersebut tak henti dan membanjiri seluruh surga. “Itu tak kalah menyeramkan!” Kata Otos kepada Efialtes. “Tapi, tetap saja, punyamu lebih seram!” Jawab Efialtes. Mulai lah giliran Gyges. Ia bercerita tentang gunung kembar yang ada di daerah tempatnya tinggal. Ia melihat dari jauh gunung kembar tersebut. Ia berjalan dan kemudian sampai di salah satu puncaknya. Ia melihat sedikit demi sedikit, gunung kembar menjadi lebih pendek. Ia awalnya berpikir bahwa gunung itu tidak mungkin memendek dengan sendirinya. Ia melompat tinggi dan menekan tanah. Gunung kembar kembali memendek. Bukan hanya salah satu saja yang memendek, tetapi kedua-duanya. Ia mencoba lagi. Ia melompat tinggi dan menekan tanah. Gunung itu kembali memendek. Padahal gunung itu sangatlah tinggi dan besar. Ia sangat bingung karena lompatannya membuat gunung itu bisa semakin memendek. Akhirnya, ia melompat untuk terakhir kalinya, lalu mulut gunung terbuka dan memperlihatkan lava di dalamnya. Gyges tak lagi menyentuh tanah. Ia berteriak masuk ke dalam lava itu dan akhirnya gosong. “Kau melihat dirimu sendiri mati?” Tanya Steropes, ketua wilayah enam. “Ya, aku melihatnya! Bahkan aku merasakannya.” Kata Gyges yang memperlihatkan luka di kakinya. Ia sudah pergi kepada Epione untuk mendapatkan perawatan sehingga luka yang diperlihatkannya hanya terlihat seperti bekas luka saja.   Kottus menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi. Ia melihat seorang pria yang bukan penghuni surga. Ia berwujud seperti bayang-bayang hitam. Pria itu muncul dari antara bunga-bunga yang ada di taman milik Khloris. Ia merentangkan tangan nya agar telapak tangannya menyentuh bunga-bunga indah milik Khloris sambil mengitari bunga-bunga yang ada di taman. Setiap bunga yang menyentuh tangannya akan menjadi kering dan layu. Tapi, ada satu bunga yang tidak mempan dengan serangan itu. Bunga itu tetap tumbuh indah meski pria bayangan hitam itu memetik nya karena kesal. “Mimpiku hanya sampai situ saja!” Kata Kottus. Ceritanya tampak seperti sepenggal saja. Ketua yang lain mencoba memberitahu Kottus, untuk mengingat mimpi itu, siapa tahu dia lupa. Kottus menyakinkan mereka bahwa mimpi yang diceritakannya itu sudah seluruhnya.  “Itu hanyalah cinta sepenggal saja!” Kata Arges. Disaat mereka sibuk untuk menyakinkan Kottus bahwa mimpi yang diceritakannya bukanlah cerita seluruhnya, Steropes diam saja. Ia sedang memikirkan apa yang menjadi mimpinya karena ia antara ingat tidak ingat tentang apa yang dimimpikannya.  “Sekarang giliranmu!” Ucap Arges kepada Steropes. Tapi, Steropes diam saja. Ia hanya melihat Arges dengan mata kosong. “Kau tidak apa-apa?” Tanya Arges. “Aku tidak dapat mengingat mimpiku. Bisakah yang lain dulu?” Tanya Steropes. “Baiklah!” Lalu Brontes menceritakan mimpi yang dialaminya. Ia berjalan di tepi pantai dan melihat pantai tersebut mengering dengan sendirinya. Saat pantai itu mengering, muncullah gurun pasir yang bergelombang. Kakinya kini menginjak pasir-pasir yang seperti ingin menyedot dirinya ke dalam. Ia berlari agar tidak masuk semakin dalam. Karena sudah terlalu lama berlari, ia kelelahan. Ia melihat sebuah pohon kelapa di depannya dengan tanah yang normal. Ia berlari menuju tempat itu agar tidak tertelan pasir. Brontes berhasil sampai di tempat pohon kelapa tersebut berada. Pohon yang dilihatnya menjadi bertambah besar. Bagian batangnya kini sebesar diameter tubuhnya. Brontes memperhatikan pohon kelapa itu yang semakin besar dan tinggi. Pohon yang tumbuh itu semakin berat sehingga membuat daerah itu masuk ke dalam. Lambat laun, pasir mulai menyelimuti tempat itu hingga Brontes harus naik ke atas pohon kelapa. Itulah cerita mimpi dari Brontes. Setelah peristiwa itu, ia terbangun dan mimpinya selesai. “Itu berarti di dalam mimpimu, kau masih hidup!” Kata Arges berkomentar. “Pasti kau sangat ketakutan disana!” Kata Efialtes, ketua wilayah satu. “Sekarang giliranmu!” Ucap Brontes kepada Arges.  Mimpi yang didapatkan Arges cukup aneh. Ia hanya melihat api yang besar di depannya, membakar sebuah tempat yang tidak dikenalnya. Ia melihat proses kebakaran itu dari kejauhan. Lama kelamaan, api itu membuat Arges kepanasan, karena api itu tidak padam-padam. Malah api tersebut menjadi semakin bertambah besar dan bertambah panas. Dari api itu keluar bunga-bunga merah yang berterbangan dan terlempar ke segala arah. Bunga-bunga yang lahir dari api tersebut ada yang terjatuh di depan Arges. Ia mengambil bunga itu karena rasa penasaran, dan bunga tersebut berubah menjadi abu. Ia mengambil bunga yang lain dan saat menyentuhnya, bunga itu malah menjadi abu lagi. Ia melakukannya berkali-kali dan hasilnya tetap sama. Ia berhenti mengambil bunga-bunga merah itu hingga bunga-bunga itu terkumpul seperti gunung tinggi di depan matanya.  “Mimpimu tak kalah aneh!” Ucap Efialtes. “Bagaimana dengan Steropes? Apakah kau sudah mengingat mimpimu?” Tanya Arges.  “Aku memimpikan hal yang hampir mirip dengan Kottus.” Kata Steropes. “Bisa jadi itu lanjutan dari mimpinya.” Kata Arges. Steropes mulai menceritakan. Ia melihat bunga yang hidup dengan baik diantara bunga-bunga yang lain. Bunga itu tumbuh dengan baik. Warnanya indah, daunnya ada, dan juga ada butiran embun di bagian kelopak bunga. “Aku tidak tahu apakah ini di tempat Khloris atau tidak. Mungkin bisa jadi disana! Aku tidak bisa pastikan!” Kata Steropes. “Setelah itu apalagi?” Tanya Brontes. “Akhirnya tak ada satupun dari bunga-bunga yang lain dapat bertahan. Semakin hari bunga yang segar itu tumbuh dengan baik, tapi bunga-bunga yang ada di taman itu semakin lama semakin layu dan akhirnya mati. Tapi, di mimpiku aku tidak melihat ada pria bayangan hitam seperti yang ada di mimpi Kottus.” Ucap Steropes. Arges mulai bicara sebagai pemimpin dari rapat tersebut. Mereka semua sudah menceritakan tentang apa yang mereka mimpikan dan saatnya untuk mencari solusi. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN