Bagian 120 - Alastor si Pembuat Baju

1132 Kata
Hemera tidak ada di rumah. Ia berada di opera untuk melakukan latihan. Sedangkan Olimpus akan datang sedikit lebih lama dibanding Hemera. Ia ingin bersantai sebentar di rumahnya. Thalassa sedang melihat baju-bajunya yang ada di lemari. Ia membongkari baju-baju itu sehingga kamar mereka acak-acakan. Olimpus masuk ke dalam dan melihat betapa kacaunya kamar mereka. “Ada apa denganmu?” Tanya Olimpus. “Aku sedang melihat seluruh bajuku. Aku ingin melihat apakah ada yang cocok untuk dipakai pada pesta pernikahan Hemera!” Kata Thalassa. “Lebih baik membuat yang baru saja. Aku juga ingin memakai baju yang baru dibuat. Kita bisa pakai jasa Alastor. Ia adalah pria terbaik untuk membuat baju disini!” Kata Olimpus. “Memang benar juga. Baju mu itu-itu saja. Aku akan menemui dia hari ini untuk berdiskusi dengan baju yang kami gunakan!” Kata Thalassa. Lalu Thalassa mengingat kejadian-kejadian yang pernah terjadi padanya sewaktu berurusan dengan Alastor.  “Dia itu sangat pemarah! Sewaktu aku komplain karena baju yang dijahitnya tidak sesuai dengan model yang kuinginkan, dia jadi marah-marah!”  Olimpus mengingat kejadian tersebut. “Itu karena kamu yang salah menjelaskannya!” Thalassa geram karena jawaban Olimpus. Ia langsung memukul gemas pundak suaminya. “Apa salahnya jika dia menggantinya? Ini dia tidak mau melakukannya. Ahh.. malah berhadapan dengannya!” Kata Thalassa. “Kamu jangan pergi sendiri. Pergi dengan Nyx saja. Biar ada teman yang membantumu disana.” Saran Olimpus. Thalassa merasa itu ide yang bagus. Ia pun merapikan bajunya dengan cepat agar bisa langsung pergi kerumah Doris.  Selesai membereskan kain-kain yang dibongkar, dengan cepat Thalassa pergi ke sana. Ia berjalan dengan cepat agar bisa cepat sampai. Ia meninggalkan Olimpus di rumah sendiri. Ia bahkan sampai lupa permisi kepada suaminya. Sampai di rumah Nyx, ibu Doris. Ia masuk ke dalam karena tidak ada orang disana. Nyx keluar dari kamar dan mengejutkan Thalassa. “Aku terkejut. Mengapa kau memakai handuk-handuk seperti itu?” Teriak Thalassa keras. Ia mendorong Nyx untuk masuk lagi ke kamarnya. “Aku baru saja selesai mandi. Saat aku keluar, aku melihatmu sudah masuk dan menyapamu. Kau seharusnya tidak masuk saat orangnya tidak ada!” “Aku terburu-buru. Aku ingin mengajakmu untuk pergi menemui Alastor. Aku ingin membuat baju kepadanya. Kau bisa temani aku?” Tanya Thalassa. “Baiklah! Tapi, dia itu sulit sekali dihadapi. Mulutnya selalu menyepelekan kita. Setiap jahitannya tidak bisa di komplain dan diubah jika tidak cocok. Kau sudah siap menerimanya?” “Ini demi Hemera. Aku akan kesampingkan dulu sikap buruknya itu. Memang kau tidak membuat baju untuk acara pernikahan Hemera nanti?” Kata Thalassa. Nyx keluar dari kamarnya. “Aku juga ingin baju baru. Tapi aku tidak siap menghadapi sikap Alastor yang begitu kasar.” “Aku juga begitu. Tapi, tak apa. Demi kecantikan, semua bisa dilakukan!” Ucap Thalassa dengan semangat yang berkobar-kobar. Lalu ia teringat kepada suaminya. “Olimpus juga tidak memiliki baju. Mau tak mau aku harus meminta bantuannya!”  “Kau tidak punya pilihan lain. Baiklah, aku sudah selesai. Kita bisa pergi sekarang.” Ucap Nyx. Mereka pun keluar dari rumah dan pergi menemui Alastor. Tempat tinggal Alastor tidaklah jauh dari mereka. Rumahnya berada di wilayah surga bagian ketiga. Tak banyak yang bisa membuat baju di surga. Alastor menjadi pembuat baju terbaik disana, meski kadang ia susah dibilangin. Ia lebih mengutamakan keinginannya daripada keinginan customer-nya.  Rumah Alastor tak jauh dari pasar buah. Setelah melewati pasar buah, mereka akan menemukan rumah kecil tempat Alastor tinggal. Rumah itu tak besar, dan ia hanya tinggal sendiri disana. Saat Thalassa dan Nyx datang kesana, ada banyak antrian panjang. Ada banyak penghuni surga yang datang menjahitkan baju mereka kesana. “Apakah kita akan menunggu?” Tanya Nyx. “Mengapa banyak sekali orang disini?” Seseorang mendengar pembicaraan mereka. “Apakah kau orang tua Hemera?” Tanya seorang wanita tua yang sedang mengantri di depan mereka. “Ya, benar!” “Aku tidak menyangka kita bisa bertemu. Kami sangat senang mengetahui tentang pernikahan itu. Kami disini sedang menjahitkan baju kami untuk bisa datang ke pestamu!” Katanya. “Benarkah?” Thalassa tampak bingung karena melihat betapa bersemangatnya penghuni surga lainnya. Ia melihat Nyx dan berkata, “Apa undangan sudah disebarkan?” ia mengucapkannya dengan berbisik. Nyx mengangkat pundaknya menjawab pertanyaan Thalassa. Ia juga tidak mengerti mengapa bisa seperti itu. “Kita akan lama sekali disini!” Ucap Nyx. Mereka tetap menunggu meski antrian begitu panjang. Mereka berdiri di sepanjang antrian panjang tersebut hingga tiba saatnya giliran mereka. Saat mereka akan masuk ke dalam Alastor langsung muncul di depan pintunya dan berteriak.  “Berhenti! Saya tidak lagi menerima jahitan! Jadi silahkan kalian bubar sekarang.” Teriak Alastor. Thalassa dan Nyx berdiri di depannya. Ia sangat marah karena sebentar lagi adalah gilirannya.  “Kau ingin membodohi ku?” Teriak Thalassa dengan keras. “Maaf?” Ucap Alastor dengan santai. “Aku sudah menunggu lama!” “Tidak bisa. Aku tidak bisa mengerjakan semua yang datang ke sini!” Ucapnya santai.  Nyx langsung menarik Thalassa. Ia tidak ingin mereka berdebat lagi. “Kami pergi. Bye!” Ucap Nyx kepada Alastor. Nyx menariknya dari kerumunan orang yang marah seperti Thalassa. “Kau ini apa-apaan? Jika kau membuat masalah, maka pesta kalian juga akan dipandang rendah!” “Huff.. Aku seharusnya tidak berteriak tadi. Tapi, bagaimana dengan bajuku?” “Kita akan pikirkan nanti!”  Mereka pun kembali ke rumah Thalassa. Nyx ikut mengantarnya disana sambil menunggu Khaos pulang dari latihan opera. Ia ingin menghabiskan waktunya menunggu di rumah Thalassa. Hemera pun pulang. Ia melihat Thalassa dan Nyx berbicara seperti orang yang sedang marah-marah.  “Apakah kalian bertengkar?” Tanya Hemera. “Ini semua karena baju. Kami pergi ke tempat Alastor tapi ia sudah menerima jahitan yang banyak. Jadi kami tidak tahu dimana harus menjahitkan baju!” Jelas Nyx. “Bagaimana kalau baju keluarga kita dijahitkan oleh Persefon saja? Ia bisa membuat baju yang indah untuk kita dari daun-daun di hutan. Itu jauh lebih indah dari kain wol yang bisa dipakai oleh penghuni surga!” Jelas Hemera dengan senangnya. Ia meninggalkan mereka untuk pergi ke kamarnya dan mengambil baju yang Persefon berikan kemarin.  “Lihatlah ini! Ini adalah baju buatannya. Indah bukan? Bagaimana menurutmu, Bibi Nyx?” Tanya Hemera. Nyx terpukau dengan dengan baju yang dipegang oleh Hemera. Ia memuji pakaian tersebut. Ia sangat suka dengan baju itu. Ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Hemera. Mereka bisa menggunakan jasa dari Persefon. “Dimana dia tinggal?” Tanya Nyx. “Dia berada di Junior Alley di belakang gunung subur.” “Dekat dari kita juga. Baju yang dibuatnya sangat bagus. Aku juga ingin memakai baju buatannya!” Kata Nyx. Thalassa diam saja. Ia hanya memikirkan tentang Alastor. Ia tidak ingin menjahitkan bajunya di tempat lain selain kepada Alastor. Tapi, ia tidak mengatakan itu kepada Hemera. Itu hanya ada di dalam hatinya saja. Jadi ia hanya diam saja menatap mereka tanpa respon sedikitpun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN