Bagian 119 - Memakai Cincin Batu

1170 Kata
Doris datang untuk membantu Hemera mempersiapkan pestanya. Ia datang di saat yang tepat. Hemera sedang sibuk dengan perawatan kulitnya. Ia memang sedang membutuhkan seseorang untuk membantunya melakukan itu.  “Kau datang disaat yang tepat!” Kata Hemera dengan senangnya.  Doris merasa kecewa karena ia pikir ia akan membantu dalam hal mempersiapkan sesuatu yang bukan bagian dari perawatan kecantikan.  “Aku malas jika membantu dalam hal ini!” Ucap Doris. “Kau akan menikmatinya. Aku bingung mengapa kau memiliki kulit yang bagus, padahal kau tidak sudah dengan yang namanya perawatan kulit. Rambutmu juga bagus, wajahmu bening! Sangat tidak masuk akal!” Kata Hemera. “Itu bagian dari pujian atau tidak?” “Aku hanya heran saja. Mengapa wanita secantik mu tidak suka perawatan, tapi kulitmu terlihat sangat terawat!” Ucap Hemera lagi. Doris jadi kepikiran. Ia memikirkan apa yang Hemera katakan. Ia juga merasa aneh dengan itu. Ia tidak begitu peduli dengan yang namanya perawatan tapi kulitnya memang terlihat seperti seseorang yang sangat menjaga kebersihan tubuhnya. “Aku rasa, tubuhku sendiri yang menjaganya!” Ucap Doris. “Tampak tidak mungkin!” “Apa yang kau lakukan?” Doris sedang melihat Hemera meracik buah-buahan untuk dilumuri di kulitnya.  “Aku akan menumbuk kiwi, mencampurkannya dengan strawberry dan sedikit jeruk.” Ucap Hemera. Doris membolangkan mata. Ia tidak menyangka bahwa ia akan melihat ramuan yang tidak masuk akal dari Hemera. “Aku rasa itu akan membuat kulitmu terkelupas!” Ucap Doris dengan sangat sepele. “Ini berguna untuk menghaluskan kulit mu. Memang tampak tidak masuk akal, tapi ciumlah wangi yang dihasilkan!” Ucap Hemera.  Doris mencium tempat pembuatan ramuan itu. “Memang tampak menyegarkan!” Ucap Doris mengangguk.  Hemera selesai menumbuk, dan ia memberikannya kepada Doris sebagian.  “Bisakah kau melumuri bagian punggungku?” Tanya Hamera. “Baiklah.. baiklah.. aku akan melakukannya!”  Hemera pun melepas pakaiannya. Doris menutup pintu kamar dan menyuruh Hemera telentang di tempat tidur. Ia telungkup dan Doris melumuri punggungnya dengan ramuan buah tersebut.  “Tekan sedikit lagi agar bagian dari buah itu masuk ke dalam kulitku!” Ucap Hemera. “Kau sangat cerewet.”  Suara pintu diketuk terdengar. Hemera berteriak menanyakan siapa yang mengetuk pintu tersebut. Ibu Hemera, Thalassa, membuka sedikit pintu dan melihat putrinya sedang melakukan perawatan kecantikan. Ia berbisik kepada Hemera agar segera keluar karena Erebus datang melihatnya.  “Aku akan lama melakukan ini. Bisakah dia menunggu lama? Kalau tidak, suruh pergi saja!” Kata Hemera. “Kau sangat kasar kepada calon suami mu!” Kata Thalassa. “Aku tidak bisa secepat yang ibu suruh. Perawatan ini jika dilakukan dengan tidak optimal akan membuat kulitku malah menjadi rusak!” Kata Hemera. Doris bingung dengan ucapan Hemera tersebut. Thalassa pun menutup pintu kembali. “Apa benar yang kau katakan?” Tanya Doris mengenai ucapan Hemera sebelumnya yang mengatakan bahwa kulitnya akan rusak jika melakukannya terlalu cepat. “Tentu! Kulit ini butuh waktu untuk menyerap makanan. Bagaimana dengan kamu yang makan tapi langsung aku rebut. Padahal belum lagi selesai? Pasti kamu akan kelaparan kan?” Jelas Hemera dengan kesal.  “Aku tidak tahu akan memiliki dampak yang buruk sekali!”  Doris dan Hemera pun tetap melakukan perawatan, sementara Erebus menunggu diluar. Ia duduk bersama dengan Thalassa yang telah menghidangkan banyak buah-buahan di meja makan tempat mereka duduk. “Silahkan makan!” Kata Thalassa. “Terima kasih nyonya Thalassa!” Kata Erebus yang sedikit risih karena Thalassa terus terusan melihatnya.  “Ini apel yang lezat!” Kata Erebus setelah menggigit apel tersebut. “Kau sangat tampan!” Kata Thalassa lagi. Erebus menjadi malu. Ia menundukkan kepalanya sebagai tanda ucapan terima kasih. Wajahnya dihiasi senyuman paksaan dengan harapan dapat mencairkan suasana. “Dimana tuan Olimpus?” Tanya Erebus. “Oh, dia sedang ada di opera. Ada beberapa yang harus mereka lakukan dengan panggungnya. Jadi dia sedang mengecek apa yang dilakukan keluarga Doris terhadap perubahan panggung!” Jelas Thalassa. Hemera keluar dari kamarnya bersama Doris. Saat ia keluar, wangi tubuhnya memenuhi seluruh ruangan. Ia melihat Erebus bersama dengan ibunya di meja makan. Mereka langsung tahu bahwa Herema telah selesai berdandan. “Bu, kau pasti membuat Erebus ketakutan. Lihatlah wajahnya, begitu merahnya!” Ucap Hemera sambil duduk disebelah Erebus. “Aku baik-baik saja!” Ucap Erebus dengan senyuman. “Aku tidak melihatnya seperti itu!” Kata Hemera menyentuh pipinya. “Mengapa kau memarahi ibu? Padahal ibu sudah menemaninya!” Ucap Thalassa dengan cemberut. “Aku tidak percaya ibu menemaninya. Ia sepertinya ketakutan!” Jawab Hemera yang tidak mau kalah. Ia melihat ke arah Erebus dan menanyakan apa yang dilakukannya di sana. “Aku membawakan cincin batu dari Amfilogiai. Aku ingin mendiskusikan ini kepadamu!” Kata Erebus. “Baiklah! Apa yang akan kita lakukan dengan cincin ini?” “Aku ingin sekarang adalah saat kita memasang cincin ini kepadamu.” Kata Erebus. Doris dan Thalassa saling melihat. Thalassa langsung memotong percakapan mereka berdua. “Itu saran yang bagus. Kalian bisa melakukannya disini sekarang. Jika kalian mengikat cinta kalian dengan cincin ini, maka perkawinan kalian akan langgeng. Lakukan sekarang.” Kata Thalassa. “Apakah nyonya setuju?”  “Tentu aku setuju. Aku ingin kalian memakainya secepat mungkin!” Jawab Thalassa. Doris berbisik dengan Thalassa. Ia menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan. Thalassa pun menjelaskannya kepada Doris tentang cincin batu tersebut. “Apakah cincin itu tidak dipakai saat pernikahan berlangsung?” “Aku rasa sekarang juga bisa! Bagaimana jika kita melakukannya sekarang?” “Baiklah!” Kata Hemera. Ia memberikan tangan nya kepada Erebus. Erebus mengambil cincin tersebut yang diletakkannya di meja. Ia memasukkan cincin tersebut di jari manis Hemera. Cincin tersebut memiliki lubang yang besar. Saat cincin sepenuhnya masuk, cincin itu menyesuaikan lingkaran jari Hemera.  Lalu sekarang giliran mereka Erebus. Hemera mengambil cincin satunya dan memasangkannya ke dalam jari Erebus. Ia memasukkannya dan cincin tersebut terlihat pas pada jari manisnya.  Erebus mencoba mencabut cincin itu, tapi tidak bisa. Cincin lengket dengan sangat kuat. Ia melihat cincin itu dari dekat, dan lama kelamaan cincin tersebut menghilang. Lalu ia menjerit kesakitan. Cincin tersebut masuk ke dalam kulitnya.  Setelah Erebus kesakitan, sekarang giliran Hemera yang kesakitan. Ia berteriak keras saat cincin itu masuk ke tangannya. Ia sadar dan melihat jari manisnya. Ia melihat ada bekas dari cincin tersebut.  Doris sangat ketakutan saat mereka menjerit. Ia bahkan ikut menjerit karena takutnya. Thalassa menyakinkannya bahwa itu tidak apa-apa. “Cincin ini masuk ke dalam tubuhku!” Kata Hemera. “Aku juga sama!” Kata Erebus. Mereka melihat Thalassa. Ia tersenyum kepada mereka. “Memang begitu!” Kata Thalassa. “Mengapa ibu tidak memperingatkannya sebelumnya. Kami sangat ketakutan!” Kata Hemera. “Kalian tidak akan melakukannya jika aku mengatakannya.” Kata Thalassa. “Aku tidak percaya ibu melakukan hal seperti ini!” Kata Hemera. “Itu tadi memang mengerikan!” Ucap Doris yang menyalahkan Thalassa juga. “Aku hanya melakukan apa yang dikatakan oleh Amfilogiai!” Jawab Thalassa. “Apakah itu tidak berbahaya?” Tanya Erebus kepada Thalassa. “Jika cincin itu masuk ke dalam kulit kalian, maka kalian diberkati. Itu tandanya, tidak ada yang akan memisahkan kalian!” Jelas Thalassa.  “Sekarang kalian tidak akan terpisahkan!” Kata Doris.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN