Bagian 30 - Opera Surga Bagian ke-3

1231 Kata
Selain s*****a dan juga pembuat s*****a, ada yang lain yang disukai oleh penghuni surga. Mereka sangat menyukai pementasan seni yang disebut dengan opera. Saat opera dipentaskan, itu akan disajikan dengan drama tetapi kata-kata dalam peran akan dilakukan dengan nyanyian. Dengan suara vokal yang tinggi dan penampilan yang sempurna menjadi sebuah pertunjukan yang memikat.  Pencinta opera memang tidak sebanyak dengan pecinta lomba s*****a. Tapi, cukup populer di kalangan warga surga elit yang mencintai keanggunan. Mereka yang sudah berumur miliaran tahun lebih suka menonton opera dibandingkan dengan pertandingan s*****a. Mereka sedikit bosan dengan pertandingan yang kasar dan menginginkan ketenangan saat menentukan hobby yang baru. Mereka lebih suka sesuatu yang lembut dibandingkan teriakan-teriakan yang dihasilkan saat pertandingan s*****a berlangsung. Kehadiran opera tidak selama lomba s*****a. Mereka juga tidak melakukannya secara teratur karena pemain yang terbatas. Makanya, tidak banyak yang mengetahuinya. Tapi, dalam waktu dekat ini, opera akan kembali dipentaskan. Persiapan untuk kegiatan drama dengan nyanyian ini cukup lama. Pemilihan untuk seleksi peran sangatlah ketat. Tidak semua penghuni surga yang ingin mendapat peran dalam pentas bisa melakukannya. Mereka memerlukan bakat yang harus diasah milyaran tahunan agar bisa menguasainya, tapi belum tentu menjadi yang terbaik. Banyak yang putus asa karena pemilihan yang ketat ini, yang menambah sedikitnya orang yang menyukainya. Keluarga yang memiliki tempat sebagai pemain opera di setiap generasinya akan mendapatkan julukan. Julukan yang mereka dapat adalah Dewa Y. Mereka ini adalah penyanyi-penyanyi hebat dari satu keluarga yang setiap generasinya mendapat peran dalam opera.  Opera dilakukan di surga bagian ke tiga. Opera ini tidak lama lagi akan dilakukan. Seseorang yang ada di balik terbentuknya opera ada di bawah pimpinan dewa Olimpus. Ia sedang sibuk mengundang beberapa keluarga elit untuk menyaksikan pertunjukan buatannya. Tujuan ia mengundang beberapa keluarga elit dengan gelar yang baik adalah dengan tujuan mengenalkan bahwa opera juga cocok dicintai dan dipuja oleh penghuni surga selain lomba s*****a.  Dewa Olimpus tidak main-main dalam mempersiapkan drama yang dipentaskan. Kali ini drama-nya menceritakan tentang seorang pangeran yang dikejar oleh ular raksasa. Tiga pelayan wanita yang melayani ratu membunuh ular tersebut dan menemukan pangeran yang pingsan karena dikejar ular. Mereka meninggalkan pangeran itu di hutan untuk memberitahu ratu mereka. Seorang penangkap burung melihat pangeran yang telah sadarkan diri dan mengaku, dialah yang telah membunuh ular raksasa tersebut. Tapi, ketiga pelayan wanita itu menemukan bahwa si penangkap burung tersebut telah berbohong. Ketiga pelayan menceritakan tentang anak ratu yang ditangkap oleh seseorang yang jahat. Ratu datang melihat sang pangeran. Ia membujuk pangeran tersebut untuk menyelamatkan putrinya dari tangan si jahat. Pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama saat ia melihat putri ratu. Ia pun mau menyelamatkan putri ratu karena ia mencintainya. Tiga wanita pelayan ratu memberikan seruling ajaib kepada pangeran dan lonceng ajaib untuk si penangkap burung yang akan melindungi mereka selama perjalanan menyelamatkan tuan putri. Dari situlah cerita mulai menarik. Dewa olimpus sudah menyiapkan drama ini dengan sangat baik. Sehingga ia berani untuk mengundang beberapa kelompok elit dan juga keluarga-keluarga yang memiliki gelar baik, termasuk gelar untuk Dewa X.  Gelar Dewa X adalah julukan bagi keluarga yang selalu mendapat tempat menjadi penguji s*****a dalam perlombaan s*****a. Di setiap generasi mereka selalu mendapat tempat di dalam bidang penguji s*****a. Generasi Hekate dan Kerberos merupakan salah satu generasi yang diundang dalam pertunjukan opera ini. Ini adalah kali pertama mereka menonton opera. Sebelum-sebelumnya mereka tidak diundang karena opera yang dilakukan hanya untuk pernikahan dalam acara hiburan atau opera singkat yang tersedia di hadapan umum tanpa undangan.  Dewa Olimpus berkata kepada istrinya yang tercintanya yang bernama Thalassa. Ia menanyakan tentang tamu-tamu undangan mereka. Ia berkata bahwa ia sudah mengundang mereka dan tanggapan keluarga mereka semua sangat bagus. Mereka memiliki anak bernama Hemera. Ia adalah salah satu penyanyi opera yang sangat bagus. Kali ini ia mendapat peran sebagai tuan putri yang akan diselamatkan pangeran. Dewa Olimpus juga ingin sekaligus memperkenalkan anaknya yang cantik kepada mereka.  Dewa Olimpus dan Thalassa sedang berdiri di depan panggung yang sedang mereka bangun. Mereka melihat pekerja yang berjalan kesana kemari membangun pentas yang megah dan susunan kursi yang indah. Mereka sangat senang dengan hiasan bunga yang mereka ambil sengaja dari surga bagian ke dua. Bunga-bunga yang warna-warni hanya ada di tempat itu. Pekerja yang membantu mereka sangat hati-hati dalam melakukan pekerjaan mereka. Sepasang suami itu sangat senang melihat hasil kerja keras mereka.  Thalassa melihat suaminya. Ia senang memberitahunya tentang apa yang sudah dikerjakannya. “Aku sudah menyiapkan buah-buahan dari daerah kita untuk mereka. Tidak ada yang bisa menandingi buah dari surga bagian ketiga bukan?” “Benarkah? Ini pasti akan berjalan dengan lancar!” Kata Olimpus.  Putri mereka Hemera datang. Ia ingin melihat kedua orang tuanya yang langsung mengajarkannya bernyanyi. Ia sudah berlatih dengan guru besar opera yang bernama Adefagia. Tetapi, ia masih kurang puas. Ia ingin kesempurnaan dari nyanyiannya. Ia mulai bernyanyi dengan suara yang menggelegar hingga memenuhi ruangan tersebut. Mendengar suara Hemera membuat mereka yang bekerja semakin semangat. Mereka merasa bahwa usaha mereka untuk memperkenalkan opera kepada penghuni surga lain tidak akan mengecewakan.  Dewa Olimpus menepuk pundak putrinya setelah ia selesai bernyanyi. Ia merasa bangga dan berkata, “Nyanyian bisa menghibur hati yang rapuh. Setiap nada yang keluar dari suaramu bisa menghibur mereka. Pertahankan itu dan hiburlah mereka yang kecewa!” Hemera sangat senang mendengar pujian dari ayahnya. Ia tidak sabar menunjukkan kemampuannya kepada penghuni surga lain. Ia kembali kepada gurunya dan melihat ia sedang melatih penghuni lain untuk pertunjukkan. Ia masuk ke dalam ruangan dan duduk dengan anggun.  Saat ia sudah selesai mengarahkan yang lain, ia berbicara dengan Hemera. “Sudahkah kau merasa puas sekarang? Nyanyianmu sempurna! Percayalah kepada gurumu!” Kata Adefagia. “Aku bukannya tidak percaya padamu! Tapi, aku ingin memastikan bahwa pertunjukkan itu tidak hanya menyenangkan sebagian pihak, melainkan semua orang!” Kata Hemera.  “Aku yakin kau bisa melakukannya! Ini pertunjukan perdana mu bukan?” Kata Adefagia lalu duduk disebelahnya memperhatikan sesama penghuni surga yang sedang berlatih. “Ya, ini yang pertama!” “Memang pasti sulit untukmu untuk membangung kepercayaan diri. Seperti s*****a yang hebat, memang harus dibangun dengan bahan yang bagus, tahu fungsi dan kekuatannya, memastikan bagian luar pistol bisa menahan kekuatan peluru yang diluncurkan!” Kata Adefagia dengan bijak. “Aku mengerti maksud dari perumpamaan itu!” Kata Hemera tersenyum dengan manis kepadanya. Ia mengatur rambutnya dan buat rambutnya ke belakang kupingnya. Adefagia kembali melatih muridnya. Kini perhatiannya tidak kepada Hemera lagi. Ada seorang wanita cantik juga yang penuh dengan bakat yang akan memainkan harpa solo di awal penyambutan tamu. Ia bernama Doris. Ia adalah penghuni yang menemukan harpa. Bunyi alat musik buatannya begitu memabukkan, dalam arti kata yang baik. Adefagia yang meningglkan Hemera, menyuruh Doris untuk memainkan harpanya dan memastikan lagu yang akan dimainkannya tepat.  “Judul yang mana yang kau mainkan?” Tanya Adefagia. “Jerami menangis bukan?” Jawab Doris. “Benar! Sebelum kau memainkan alat musik mu, meski itu tidak dengan kata-kata, tapi kau harus tetap mengerti apa maksud dari lagu yang sedang kau mainkan!” “Tentu aku mengerti. Jerami dalam lagu itu menggambarkan kekuasaan yang tidak bertahan lama. Ketika biji-biji dari jerami dipisahkan, maka ia akan digulung dan dijadikan bahan bakar. Kekuasaan seperti jerami yang digulung yang tidak akan berarti karena pada akhirnya tempatnya adalah menjadi bahan bakar. Semua itu mengartikan bahwa penghuni surga tidak mendambakan kekuasaan dan juga memerintah sesamanya. Kekuasaan adalah kunci dari kematian dan pembuangan ke lubang sumur kebinasaan!” Kata Doris dengan lantang. Ia benar-benar menguasai bagiannya. “Baiklah, itu cukup membuktikan kau bisa menguasai bagianmu!” Angguk Adefagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN