Bagian 67 - Serangan Akheron & Flegethon

1164 Kata
Mereka sampai di wilayah surga bagian pertama. Tapi, sebelum itu, Hebe mengajak mereka untuk makan masakan yang dibungkus oleh Khloris kepada mereka. Mereka pun berhenti sebentar, mengambil daun pohon lalu meletakkannya di tanah. Mereka duduk di atas daun itu dan menunggu Hebe membuka masakannya. Saat masakan yang dibungkus di daun kecil di buka, mereka bisa merasakan wanginya masakan itu. Mereka serentak memujinya. “Wah, tidak sia-sia kita menginap disana!” Kata Bia dengan senang.  “Khloris memang hebat dalam memasaknya. Aku tidak menyangka ia sehebat itu dalam memasak!” Kata Kokytos.  “Semua suami pasti sedang memiliki Khloris sebagai istrinya. Suaminya sangat beruntung.” Kata Hebe. Akhlis diam saja. Ia tidak selahap sebelumnya saat memakan masakan itu. “Apa yang terjadi padanya?” Tanya Hebe pada Bia. Ia tidak mau menanyakannya langsung, karena Akhlis pasti tidak mau menjawab. Akhlis menghela napas. Lalu ia berkata sambil menundukkan kepalanya, “Seandainya aku yang bersama Khloris, bukannya Zefirus!” Ia mengatakan itu dengan tidak sengaja. Kokytos melotot dan menelan makanan nya tanpa mengunyah karena terkejut. “Apa yang kau katakan?” Tanya Bia yang bingung. “Apa dia patah hati?” Kata Hebe. Ia melihat Bia dan mengeluh. “Khloris sudah memiliki suami. Mengapa ia menginginkan istri orang!”  “Kau tidak apa-apa?” Kata Bia mengelus pundak Akhlis. Akhlis langsung sadar. Ia tidak sengaja berkata seperti itu, padahal ada banyak orang disana. Ia melanjutkan makannya tanpa mengatakan apapun. “Ini memang enak!” Katanya tanpa penjelasan dengan kata-kata sebelumnya.  Mereka selesai makan dan melanjutkan perjalanan. Disana, mereka bertemu dengan Lethe. Ia memang sering ke sana ke mari di daerah itu.  “Bukankah itu adikmu?” Kata Bia.  Lethe menyamperi mereka. Ia menunduk memberikan hormat. Jalannya tidaklah lurus dan bicaranya ngawur. Wajahnya merah dan matanya sayup. Ia menyapa mereka semua.  “Aku rasa dia mabuk lagi!” Kata Kokytos yang hanya menatapnya saja.  “Entah apa saja yang dilakukannya!” Kata Hebe. “Bagaimana tidak dikucilkan. Melihatnya seperti ini saja sudah membuatku ingin murka!” Kata Bia. “Dia adikmu?” Tanya Akhlis. “Ya! Yang nomor ke empat.” Jawab Kokytos.  “Tak jauh darimu!” Kata Akhlis ketus. Lalu ia menyuruh mereka untuk kembali berjalan menuju sumur kebinasaan. Sumur itu ada di bagian paling ujung wilayah surga bagian pertama. Sumur itu dilapisi kabut yang tebal di sekelilingnya. Agak sulit untuk berjalan kesana, apalagi saat keadaan sudah gelap. Mereka berjalan dengan cepat agar bisa sampai disana. Di tengah perjalanan, Lethe dan dua saudara Kokytos lainnya menghentikan perjalanan mereka. Saudara-saudara mereka yang lain adalah kakak tertua mereka, Akheron dan Flegethon. Sedangkan yang paling kecil tidak ikut, Styx. Mereka melarang untuk pergi menuju sumur kebinasaan. Mereka harus tahu apa tujuan mereka menuju sumur tersebut. Tak boleh sembarang orang untuk datang menuju sumur itu.  “Sejak kapan kalian mempercayai ucapan Lethe?” Singgun Kokytos kesal. Mereka biasanya tidak mempedulikan Lethe. Tapi, kenapa kali ini mereka mempercayainya? “Aku sudah melihat buktinya langsung. Kau tampak mencurigakan karena menuju sumur itu!” Kata Flegethon. “Kalian salah, aku tidak melakukan apa-apa! Aku hanya tidak ingin memberitahunya kepada kalian!” Kata Kokytos.  “Aku tidak yakin itu. Kalian pasti memiliki rencana lain!” Kata Flegethon. “Dari raut wajahmu, aku bisa menilai bahwa kau akan melakukan hal yang buruk!” Kata Akheron, kakak tertua mereka.  “Ayolah, kami tidak memiliki waktu!” Keluh Kokytos. “Apa yang sebenarnya mereka mau?” Kata Hebe. “Apa mereka sebenarnya tidak suka kalau ibumu bangkit?” Bisik Bia. “Apa ada sesuatu yang tidak kami ketahui disini?” Tanya Akhlis. “Aku tidak tahu mereka bersikap aneh kali ini!” Kata Kokytos.  Akheron mengambil pedangnya. Ia mengancam mereka untuk kembali dan tidak pergi ke sumur itu.  “Apa yang terjadi denganmu?” Tanya Kokytos yang bersiap menghadang serangan kakaknya. “Kalian harus pergi dari sini!” Teriak Akheron keras.  Flegethon membantu Akheron juga. Ia mengeluarkan pedang yang berapi. Setiap sisi dari pedang itu membara seperti api. Ia mengayunkan nya dan mendekatkannya kepada mereka.  “Aku tidak tahu mereka bisa menggunakan senjata.” Kata Kokytos. “Kita tidak memiliki s*****a!” Kata Bia. Mereka semua mulai panik. Mereka tidak bisa menyerang balik. Wajah Akhlis memerah. Ia tidak suka dengan kedua abang dari Kokytos. Ia langsung maju dan menghadang Akheron. Ia menghentaknya, dan Akheron menebas mengarahkan kepada Akhlis. Tapi, ia bisa menghindar. Ia mencoba mendekat, tapi terlalu sulit. Akheron benar-benar membuat Akhlis selalu menjaga jarak. Akheron tidak membiarkan Akhlis untuk mendekatinya.  “Apa Akhlis bisa bertarung dengan mereka?” Tanya Hebe dengan cemas. Mereka bertiga hanya menyaksikan dari jauh saja.  Flegethon yang memiliki pedang api, membantu abangnya. Ia menyerang Akhlis dari sisi kanannya. Akhlis menyerang mereka dengan kepala nya, tapi, pedang Flegethon lebih cepat dibanding kekuatan tangannya. Ia berupaya mendekat tapi masih butuh waktu untuk melakukannya. Adik mereka, Styx menyadari hal itu. Ia dari jauh berteriak agar mereka berhenti bertarung.  “Apa yang kalian lakukan! Mengapa kalian menyerang pak tua itu?” Kata Styx memaksudkan Akhlis.  Akhlis mendengar ia dipanggil pak tua. Ia merasa sangat jengkel.  “Kenapa dengan mereka?” Tanya Styx kepada kedua kakaknya itu.  Lethe diam saja. Ia termasuk dari salah satu yang membuat masalah. Mendengar teriakan Styx, mereka berhenti sejenak. Lalu pertarungan dimulai lagi. Serangan dari Flegethon dan di campur dengan serangan dari Akheron terus mengincar Akhlis.   Kokytos melihat Styx. Ia bertanya mengapa kedua kakaknya seperti itu terhadap sumur kebinasaan. Styx berkata bahwa mereka berdua tahu bahwa Kokytos akan membangkitkan ibu mereka. Mereka pasti tidak mau itu terjadi. Jika ibu mereka dibangkitkan mereka pasti dihukum karena memanfaatkan kekuatan mereka dengan menjual keahlian dalam memilih bahan kepada penghuni surga. Mereka seharusnya tidak menuntut bayaran dari penghuni yang meminta saran mereka mengenai jenis bahan s*****a yang dibutuhkan. Itulah yang menjadi kekhawatiran kedua saudaranya itu. “Apa yang telah mereka lakukan? Itu tidak masuk akal!” Kata Kokytos.  Kokytos melihat Lethe. “Ini semua pasti karena mu. Dari dulu kau memang pengacau!” Teriaknya kepada Lethe. Mendengar itu, Lethe tampak sedih. Ia merasa bahwa di dalam masalah ini ia tidak terlibat apapun. Kedua kakaknya hanya bertanya padanya apakah Kokytos sudah kembali. Saat ia tahu dari Lethe, ia mengajaknya agar seolah-olah mereka bertiga berkomplot memberontak. Akhlis tidak tahan lagi. Ia sudah tidak ingin bermain-main dengan dua bocil itu. Ia merasa kakinya sudah sanggup untuk menendang dengan kuat. Kekuatannya sudah mulai bereaksi. Ia menendang pedang Akheron, lalu pedang itu mengenai pedang milik Flegethon. Pedangnya melambung di udara. Lalu Akhlis menendang Akheron dengan kuat di tubuhnya ke arah Flegethon. Mereka berdua tercampak jauh hingga tidak terlihat. “Apa yang telah kau lakukan?” Tanya Hebe dengan kuat. “Mereka sudah pergi jauh!” Kata Bia dengan mulut menganga. “Maaf… mereka yang mulai duluan!” Kata Akhlis dengan santai. Ia langsung mengajak mereka untuk pergi dari situ menuju sumur kebinasaan.  Tak ada yang bergerak, padahal ia sudah berjalan beberapa langkah. Ia menoleh kebelakang, lalu mengancam mereka. “Jika tidak ada yang mau pergi, aku akan kembali ke tempat asalku!” Mendengar ancaman itu, mereka langsung mengikuti Akhlis dari belakang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN