Bagian 107 - Daging Babi

1160 Kata
Semua kabar tersiar di antara penghuni surga bahwa Erebus dan Hemera akan menikah. Mereka tidak sabar menunggu hari dimana pernikahan itu akan berlangsung. Semua penghuni surga sibuk dengan pakaian yang akan mereka kenakan nanti di pesta. Mereka kadang menemui Thalassa untuk menanyakan apa yang harus mereka kenakan di pesta Erebus dan Hemera. Semua sangat bersemangat. Fanes adalah pencipta binatang. Ia sudah memberitahukan kepada Olimpus bahwa hanya dia yang bisa melakukan itu. Tetapi, karena jumlah dari binatang yang diciptakannya tidak banyak, Olimpus belum meresmikan itu kepada semua penghuni surga. Ia masih dalam tahap pemeriksaan. Ia mendengar bahwa Hemera, anaknya akan menikah. Ia dengan rasa bangga menunjukkan hasil karyanya kepada Olimpus. Ia datang ke rumahnya dengan membawa binatang ciptaannya.  Olimpus menatap wajah Fanes di depan pintu dengan alis yang dinaikkannya. Ia memiringkan kepalanya ke kanan, berhenti, lalu memiringkan kepalanya lagi ke kiri, dan berhenti, lalu menegakkan kepalanya dan bertanya, “Apa itu!” Tunjuknya kepada binatang ciptaan Fanes yang dibawanya dengan gerobak besar. Olimpus tidak bisa menebak apa yang sedang dilakukan Fanes di rumahnya. “Aku sengaja membawa ini, untuk memberikan sebuah hal baru yang bisa dilakukan di pesta Hemera dan Erebus.” “Apa yang bisa dilakukan binatang ini pada pesta pernikahan mereka? Apakah ia akan melayani penghuni surga yang datang? Semacam penerima tamu, gitu?” Kata Olimpus yang masih berdiri di depan rumahnya. Ia belum memberi masuk Fanes. “Ini adalah binatang Babi. Ia memiliki daging yang sangat enak untuk dimakan. Ini bisa disajikan di pesta mereka nantinya, sehingga makanan yang disediakan akan bervariasi.” Jelasnya. Olimpus masih bingung. “Agak menyeramkan!” Kata Olimpus. Lalu ia mengabaikannya. “Okelah… kita masuk dulu. Biarkan babi itu disana. Jangan bawa ke dalam rumah!” Mereka masuk, dan Olimpus berkata lagi, “Ceritakan apa maksudmu! Binatang itu bisa dimakan hidup-hidup, begitukah?” Ia meletakkan tangannya di pundak Fanes. “B-bukan… tidak begitu. Binatang itu akan dimasak terlebih dahulu, lalu daging yang suda matang baru bisa dimakan.” Kata Fanes. “Aku masih belum mengerti!” Kata Olimpus.  “Aku telah mengumpulkan kayu dari Agon, pemilik ladang oak dan ash di surga wilayah ketujuh. Kayu-kayu kering tersebut akan aku bakar, lalu babi itu akan dipotong dan di panggang. Aku akan lakukan sekarang,” kata Fanes yang langsung berdiri, padahal ia belum menyelesaikan kalimatnya. Ia pergi ke luar dan mengeluarkan babi tersebut dari gerobaknya dan juga kayu yang untuk nantinya dibakar.  “Bolehkah aku membuat tempat masakan di depan rumahmu?” Tanya Fanes. “Jangan di depan sini. Lebih baik kita melakukannya di samping rumah!” Kata Olimpus menunjukkan tempat yang baik untuk melakukannya. Olimpus berdiri dan memperhatikan apa yang sedang dilakukan Fanes. Fanes mulai menyembelih babi tersebut. Saat melihat Fanes melakukannya, Olimpus berteriak-teriak karena melihat cara babi tersebut dipotong. “Kau menyiksanya!” Kata Olimpus yang menutup sebelah matanya. “Ada sebagian binatang yang memang bisa dimakan oleh penghuni surga, dan sebagian lagi tidak. Aku menciptakan binatang ini untuk dibiarkan besar lalu menjadi santapan penghuni surga. Ini sangat lezat!” Ucap Fanes seperti sedang mengejan. Ia mengatakannya sambil memotong babi tersebut. Ia perlu kekuatan ekstra untuk melakukannya. “Baiklah, mungkin karena ini baru pertama kali, jadi sedikit mengerikan bagiku!” Kata Olimpus. Lalu ia teringat dengan gelar dewa-nya. “Apakah kau sudah menyelesaikan seluruh binatang ciptaanmu?” “Sedikit lagi. Sepertinya, sebelum pesta Hemera, aku sudah menyelesaikannya!”  “Lebih cepat, lebih baik. Kalau begitu, aku akan mengumumkan kedewaan mu di acara Hemera nanti. Itu waktu yang tepat karena semua penghuni surga akan datang.”  “Itu sangat bagus!” Kata Fanes. Ia selesai menyembelih babi, lalu ia menyiapkan kayu, membuat tempat menenggek kan babi itu lagi, dan menghidupkan apinya. Ia membakar bagian kulitnya, untuk membuang bulu-bulu halus di tubuh binatang tersebut. Lalu ia meneruskan memasak daging itu hingga matang, berwarna kecoklatan. Ia mengambil pisau sembelihnya tadi, dan mencoba memotong sedikit dari daging babi tersebut. Ia mencicipinya, dan merasakan itu sudah matang. Ia mematikan apinya, mengambil sedikit daging binatang yang matang itu dan menempatkannya di sebuah wadah. Ia menyiapkan bumbu untuk rasa daging babi yang sudah matang itu.  Ia menyiapkan bumbu rempah, seperti bawang putih, garam, merica, dan juga olahan kacang kedelai, yang dibuatnya sendiri, yang disebut kecap. Ia melumuri daging tersebut dan mendiamkannya selama beberapa waktu.  “Setelah itu, sudah selesai?” Tanya Olimpus. “Belum. Aku akan membuat alat pemanggang di sebelah rumahmu. Nantinya ini pasti akan berguna!” Kata Fanes. Ia mengumpulkan batu-batu, menyatukannya. Membuat tempat untuk kayu bakar, dan diatasnya tempat untuk meletakkan daging yang akan dipanggang. Olimpus takjub dengan cara ia membangun tempat tersebut.  “Ini sangat unik! Buah tidak perlu dimasak seperti ini!” Kata Olimpus. “Tapi, ada juga buah yang bisa dipanggang dan rasanya akan lebih enak!” Kata Fanes. “Benarkah? Jika ini berhasil, maka kau bukan saja dinobatkan sebagai dewa pencipta binatang. Tapi juga seseorang yang memperkenalkan makanan yang dimasak.” Kata Olimpus. Ia pun melanjutkan pekerjaannya. Selesai membangun alat pemanggang, ia menyusun kayu kering dibawa tempat pembakaran dan membuat nyala apinya sangat kencang. Kemudian, ia memasukkan daging babi yang telah dilumuri bumbu ke dalam pemanggang tersebut dan menunggu hingga matang. Bau harum dari masakan mulai tercium. “Ini sangat wangi!” Kata Olimpus. “Ini belum seberapa!” Kata Fanes. Ia sudah bisa merasakan apa yang akan dikatakan oleh Olimpus saat masakan itu selesai. Ia tersenyum membayangkannya.  Fanes mengeluarkan daging yang sudah matang dan memberikannya kepada Olimpus untuk dicoba. Olimpus melihat daging berwarna hitam, dengan sedikit krispi di bagian luarnya.  “Ini benar-benar aneh!” Kata Olimpus sambil memasukkan sepotong kecil daging tersebut. Olimpus diam. Ia bingung, dan kembali mengunyah. “Bagaimana?” Tanya Fanes. Olimpus tak bisa mengatakan betapa enaknya masakan itu. Ia diam saja, tapi dengan cepat menghabiskannya.  Fanes kembali mengingatkan Olimpus tentang masakan yang dibuatnya. “Bagaimana? Kau dari tadi tidak berkomentar, padahal daging itu sudah habis dimakan!”  “Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Ini sangat lezat. Jadi maksudmu, makanan ini akan disajikan di pesta Hemera?” “Ya, itu pesta penting. Makanan yang disediakan juga harus yang terbaik!” Kata Fanes. “Ini sangat enak. Aku sangat setuju jika makanan ini dibuat sebagai menu di acara pesta. Ini ciptaan yang sempurna!” Kata Olimpus lalu menyuruhnya membuat lagi untuknya dan istrinya, Thalassa.  Fanes membuatkan untuk Thalassa dan Olimpus memanggil istrinya. Saat melihat apa yang diperbuat pada bagian samping rumah mereka, Thalassa sangat marah. Ia melihat betapa berantakannya rumah mereka karena perbuatan Fanes dan Olimpus.  “Berhenti berkomentar! Kau rasakan dulu ini! Fanes membuatnya untuk pernikahan Hemera nanti!”  Thalassa berhenti mengomel dan mencoba masakan itu. Ia melompat kegirangan. “Apa ini?” Katanya dengan nada tinggi.  “Apakah ini cocok untuk menu di pernikahan Hemera nanti?” Tanya Olimpus  “Ini sangat cocok, ini sangat enak. Bagaimana cara membuatnya?” Kata Thalassa lalu melihat ke apa yang telah dibangun oleh Fanes. “Inikah rahasianya?”  Fanes mengangguk.  “Ini sangat enak!” Kat Thalassa lagi yang menghabiskan daging tersebut. “Ini namanya, babi guling!” Kata Fanes. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN