Bagian 89 - Amfiaraus Menang

1093 Kata
Amfiaraus mengeluarkan semua taktiknya. Ia adalah si lincah. Ia tidak mungkin kalah dari yang namanya kecepatan. Ia mulai mengatur rencana untuk mengalahkan Hekate si cepat. Kecepatan yang disatukan dengan rencana akan menghasilkan kelincahan. Amfiaraus mengambil ancang-ancang. Ia menembakkan angin ke segala arah. Lalu ia membuat angin itu berputar dengan kuat lalu menyatukannya dengan api. Ia mengatur arah pusaran itu ke arah Hekate.  Dengan gegabah, Hekate menembakkan peluru nuklirnya ke arah pusaran angin yang besar yang diisi dengan lidah-lidah api. Amfiaraus merasa Hekate sudah masuk ke dalam jebakannya. Ia menambah kecepatan putaran anginnya dengan menggunakan Dragon Gloves-nya. Peluru nuklir Hekate masuk ke dalam pusaran angin Amfiaraus dan meledak. Pusaran angin tersebut bukannya berhenti, malah menghentikan ledakan nuklir Hekate. Pusaran angin yang dicampur dengan api membuat nuklir milik Hekate bisa dihentikan dengan sempurna. Pusaran angin semakin lama semakin kuat lalu ia mengeluarkan kekuatan airnya dari s*****a sarung tangannya. Ia mengisi pusaran angin itu dengan air. Lalu mengkombinasikannya dengan listrik. Pusaran air dan listrik semakin lama semakin besar. Seluruh penonton juga mendapat dampaknya dari serangan Amfiaraus yang kuat.  Batu Lord of Sunlight bergerak. Ia membuat sebuah penghalang di antara penonton dan penguji s*****a. Pelindung itu berbentuk setengah lingkaran ke atas mengitari arena pertandingan. Penghalang itu akan melindungi penonton dari dampak serangan Amfiaraus.  Hekate malah menjadi bingung ingin lari kemana. Semua arena sudah dipenuhi dengan serangan Amfiaraus. Ia menembakkan peluru nuklirnya berkali-kali, tapi malah membuat pusaran tersebut menjadi semakin besar. “Saatnya melepaskan serangan ini!” Kata Amfiaraus dengan senyuman.  Amfiaraus mengarahkan serangannya pada Hekate. Dengan kecepatan kilat, pusaran air bercampur listrik menghantam Hekate dengan kuat. Hekate masuk ke dalam pusaran itu, berupaya untuk keluar tetapi tidak bisa. Serangan listrik di dalam pusaran air sangat kuat menyerang tubuhnya. s*****a Hekate terlepas dari genggamannya.  Amfiaraus menggunakan kekuatan tanah dan menembak s*****a Jr. Nuclear Weapons yang berada di pusaran airnya hingga retak. Ia melakukannya berkali-kali. Lalu pusaran air berhenti bergerak. Pusaran air yang kuat berhenti dan mencampakkan Hekate ke tanah dengan kuat. Ia merasa kesakitan. s*****a miliknya juga ikut tercampak dan belum pecah. Serangan tanahnya belum bisa menghancurkan s*****a itu. Amfiaraus pun menggunakan serangan listrik dan mengkombinasikannya dengan serangan api. s*****a itupun retak, tapi Hekate belum juga sadar.  Sorakan penonton begitu keras. Mereka bersorak menyebut nama Amfiaraus. Mereka tampak sangat senang karena kemenangan yang tidak diduga-duga yang dilakukan oleh Amfiaraus. Ia pun masuk ke babak selanjutnya.  Hekate dibawa kepada Epione untuk diperiksa dan diobati. Luka yang dihasilkan dari pertandingan ini cukup parah bagi Hekate. Ia mungkin harus beristirahat cukup lama hingga bisa pulih. Hantaman dari air bercampur listrik bisa sangat mematikan. Hantaman itu bisa membuat serangan yang dihasilkan ribuan milyaran kali lipat dibanding serangan sendiri-sendiri. Amfiaraus kemudian berdiri ditengah lapangan dan menyapa pendukungnya. Ia tidak tampak kelelahan sama sekali. Semangatnya begitu berkobar karena kemenangan ini. Sudah lama ia tidak menang di awal babak pertandingan. Dengan menang di babak awal membuatnya ingin lebih tamak dengan menginginkan kemenangan di babak selanjutnya.   Amfiaraus memakai gelang kemenangan yang diberikan oleh Aporia sebagai tanda bahwa ia memakai s*****a Dragon Gloves-nya ke babak selanjutnya. Amfiaraus berjalan keluar dari arena. Ia kembali ke belakang panggung, ruang tunggu bagi penguji s*****a. Askalafos langsung menyambut temannya itu. Ia memeluknya dan mengelus pipinya. “Pertandingan tadi sangat hebat. Aku rasa kau menemukan s*****a yang cocok untuk digunakan.  “Aku juga tidak menyangka bisa menggunakan s*****a itu! Tiba-tiba saja aku menyatu kedalamnya dan mulai mengikuti naluri kelincahan ku.” Kata Amfiaraus. Murid Amfiaraus, yaitu Ponos, diam-diam datang kebelakang panggung. Ia sangat senang karena kemenangan gurunya. Ia langsung memeluk Amfiaraus karena pertandingan tadi merupakan salah satu pertandingan yang akan dikenangnya.  “Aku akan meniru cara guru bertarung.” Ucap Ponos dengan keras.  “Kau terlalu berlebihan!” Kata Amfiaraus yang malu-malu melihat sikap Ponos di hadapan penguji s*****a lainnya.  Suara Aporia pun mulai terdengar lagi. Ia akan memanggil peserta selanjutnya yang akan bertanding. Tapi, sebelum itu, ia ingin bertanya kepada para juri tentang pendapat mereka terhadap dua pertandingan sebelumnya.  Poine dengan ketus berkata, “Aku masih belum mendapat kejutan dari pertandingan tadi!”  Aporia bingung. Ia padahal ingin agar Matton yang duluan mengucapkan pendapatnya. Agar suasana tidak canggung, ia menanggapi ucapan Poine. Setelah itu, ia menyuruh Matton untuk mengucapkan pendapatnya. “Pertarungan tadi sudah sangat baik. Ada jurus-jurus yang terbentuk dengan sendirinya karena penyatuan s*****a dengan penguji. Itu patut dihargai.” Kata Matton. Aporia menanyakan pendapat lainnya. “Bagaimana dengan Praxidike. Apakah kau puas dengan pertandingan ini?” Tanya Aporia kepada Praxidike.  “Aku tidak menyalahkan semua yang bertarung. Aku tentu sangat suka dengan cara mereka bertarung. Tetapi, mereka terlalu hati-hati, sehingga berkesan sedikit kaku. Kalau percaya dirinya ditambah lagi, pasti itu akan lebih baik lagi. Tapi memang serangan Amfiaraus yang terakhir sangat tidak bisa diprediksi. Saya yakin, itulah hasil dari latihan yang banyak dengan s*****a yang diujinya.” Kata Praxidike. Askalafos mendengar apa yang dibicarakan oleh Aporia dan Praxidike, si juri pengawas di ruang tunggu. Ia kemudian memastikan apakah omongan Praxidike bisa diterima. Ia bertanya langsung kepada Amfiaraus. “Apakah benar yang dikatakannya itu bahwa kau berlatih dengan keras untuk s*****a ini?” Kata Askalafos. “Sebenarnya aku berlatih, tapi tidak terlalu berlatih!” Ucap Amfiaraus dengan kata yang agak sulit dimengerti. “Aku tahu maksudmu itu!” Kata Askalafos tertawa. Aporia berhenti bertanya kepada juri. Ia kemudian membicarakan tentang apa yang terjadi pada batu Lord of sunlight. Ia menerima keluhan karena arena dari pertarungan dilapisi pelindung. Ia menjelaskan apa yang terjadi dengan arena tersebut dan juga dampak dari serangan penguji s*****a kepada penonton. Mereka pun berhenti untuk mengeluh. Serangan di awal pertarungan cukup kuat dibanding pertandingan yang lalu-lalu. Itu menunjukkan bahwa s*****a yang dibuat sudah meningkat dengan pesat.  “Sekarang, kita akan masuk ke pertandingan selanjutnya. Saya tidak perlu mengatakan tahun berapa dan pertandingan ke berapa kali. Saya rasa kalian semua sudah tahu. Jadi …. pertandingan selanjutnya akan lebih menegangkan. Pertandingan ini akan dilakukan oleh … Erebus dan Kerberos!” Ucap Aporia dengan sangat keras. Semua penonton bersorak ria karena Erebus akan melawan Kerberos. Di ruangan tunggu, Erebus menghampiri Kerberos dengan maksud baik. “Aku tidak menyangka, kita akan bertarung bersama. Aku mendapat lawan yang hebat!” Kata Erebus. Kerberos menatapnya tajam. Ia tidak senang dengan ucapan Erebus. “Aku rasa sekarang kau sedang menyombongkan diri dari ucapanmu itu, seolah-olah kau sudah tahu bahwa aku akan kalah darimu!” Kata Kerberos allu meninggalkannya dan masuk ke arena lebih dulu. Askalafos melihat Erebus ditinggalkan oleh Kerberos setelah menyapanya. “Dia memang begitu!” Ucapnya. “Dia tampak membenciku!” Kata Erebus dengan wajah kebingungan. Ia memikirkan kata-katanya yang diucapkannya kepada Kerberos lagi dan mencari apa yang salah dari ucapan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN