Bagian 92 - Jalur Belakang Arena

1156 Kata
Seluruh wilayah surga tampak sepi, karena ada banyak yang pergi ke tempat pertandingan final s*****a. Tapi keluarga Dewa Y terlihat hanya di rumah mereka saja. Mereka tidak datang melihat pertandingan itu. Ayah Doris, Khaos tidak mau lagi menginjakkan kakinya di arena penguji s*****a karena masalah di masa lalunya sebagai seorang juri. Ia merencanakan kegiatan dengan keluarga-nya di luar rumah untuk picnik. Semua kegiatan opera dihentikan, karena pertandingan itu. Banyak dari anggotanya yang ingin menonton pertandingan opera. Jadi ia harus meliburkan mereka sementara.  Doris dibangunkan oleh ibunya Nyx, di awal hari. Ia ingin Doris ikut dengan mereka untuk picnik. Tapi, Doris menolaknya. Ia berkata bahwa ia akan pergi ke tempat Hemera. Mereka akan berlatih bersama hari ini. Nyx memberitahu suaminya tentang Doris yang tidak ikut piknik dengan mereka.  “Kenapa kau harus pergi bersama Hemera?” Tanya ayahnya, Khaos. “Aku sudah berjanji dengannya!” Kata Doris. “Tapi, kita akan pergi piknik bersama. Kau tidak ingin ikut dengan kami? Bagaimana kalau mengajak Hemera untuk ikut?” Tanya Khaos. “Kami ada janji!” Ucap Doris lagi memberi alasan sambil membereskan bajunya. Ia sedang memilih baju untuk dipakainya hari ini. “Kalian tidak berencana menonton pertandingan final s*****a bukan? Ayah tidak akan izinkan kalian kesana!” Kata Khaos dengan tegas. “Tidak, tenanglah! Kami ada rencana ingin pergi ke tempat Khloris. Ayah tahu kan, kami bertugas untuk mendekorasi panggung dengan bunga-bunga milik Khloris?”  “Apa Khloris tidak pergi menonton pertandingan?” “Tidak! Suaminya saja yang pergi menonton. Tidak semua orang suka menonton pertandingan k*******n itu!” Kata Doris berupaya menyakinkan ayahnya.  “Padahal ayah ingin ke tempat dewa S, Fanes. Ia memiliki ciptaan binatang. Ia juga punya menu baru yang disebut Bacon. Ayah dan ibu ingin merasakannya sekaligus mengenalkannya kepadamu! Dia sangat tampan! Kau tidak penasaran seperti apa orangnya?” Kata Khaos. “Tidak!” Kata Doris. Lalu ia melihat ayahnya, dan menyuruhnya bangkit dari tempat tidurnya. Ia mengusir ayahnya dengan alasan akan ganti baju karena sudah terlambat.  Khaos pun diusir begitu saja.  Doris pun pergi ke tempat Hemera. Ia tampak terburu-buru. Ia melihat Hemera sedang menyisir rambutnya di kamarnya. “Apa kau sudah siap?” Tanya Doris. Hemera terkejut melihat Doris yang tiba-tiba masuk ke rumahnya.  “Ayah dan ibumu dimana?” Tanya Doris. “Mereka sudah pergi ke pertandingan!” “Baiklah! Kita bisa pergi kesana!” “Kau yakin orang tuamu tidak akan tahu tentang ini? Jika ketahuan, kita bisa dalam masalah!” Kata Hemera yang berdiri mengambil tasnya. “Aku tidak masalah dimarahi. Asalkan temanku mendapatkan cinta sejatinya!” “Apa yang kau katakan? Siapa cinta sejatiku?” “Erebus?” “Kau mudah sekali mengatakannya! Aku seperti wanita yang tidak tahu malu.” Kata Hemera malu-malu. “Aku tidak melihat adanya penyesalan di wajahmu! Sepertinya kau menikmatinya!” Kata Doris tertawa geli.  “Kita akan ke tempat Khloris dulu, melihat rancangan bunganya, lalu membawakan bunga rangkaiannya untuk diberikan kepada Erebus. Bagaimana?” “Sepertinya kau sudah merencanakan ini semua dengan baik! Kau yang sepertinya menyukai dia!” Kata Hemera sambil bersiap-siap memasukkan barang-barang bawaannya di dalam tas kecil. “Kau mau memberikannya padaku? Baik! Aku yang akan menggodanya nanti!” Hemera berteriak. Lalu ia tertawa dan menggelitik Doris. “Kau jahat!” “Semua itu karena mulut jahatmu! Kau yang memancingnya bukan?”  “Iya.. iya.. aku salah.. Ayo!” Kata Hemera. Mereka pun pergi berjalan menuju surga bagian ke tiga. Untuk menuju tempat Khloris, sangatlah sulit. Banyak sekali orang disana. Mereka sedang berjalan menuju surga bagian kelima untuk menonton pertandingan final. Banyak yang juga sengaja datang lebih lama, karena ingin mengikuti pertandingan akhirnya saja. “Bagaimana caranya agar kita bisa masuk? Disini banyak sekali orang!” Kata Hemera.  “Tenang saja, aku sudah mengaturnya! Kali ini kita tidak akan tanggung-tanggung!” Kata Doris dengan percaya diri. “Sebagai pengagumnya, kau seharusnya melihat pertandingan ini dari awal. Ini kita datang disaat pertengahan pertandingan!” Kata Doris lagi. Hemera mencubitnya lalu menjewer kupingnya. “Ini semua salahmu. Kau sepertinya tidak ingin disalahkan!” “Bercanda!” Kata Doris. “Kalau ada yang dengar, sepertinya aku itu sangat jahat!” Kata Hemera lagi.  Mereka sedang berjalan ke arah rumah Khloris. Mereka cukup lama disana, karena padatnya orang-orang yang berlalu lalang. Mereka sampai dirumah Khloris. Dengan cepat mereka berdiskusi dengan Khloris tentang pilihan bunga untuk panggung mereka lagi. Seberapa banyak yang mereka perlukan, dan kapan itu bisa diambil. Setelah selesai, Doris meminta kepada Khloris agar memberikan mereka rangkaian bunga yang indah.  “Aku tahu ini untuk siapa!” Kata Khloris. Mereka berdua diam saja seperti patung. “Untuk pria yang datang kemari itu bukan? Aku akan siapkan bunga terindah untuknya!” Mereka menunggu Khloris selesai. Saat memberikan bunga, Khloris menggoda mereka berdua. “Semoga berhasil! Dia pasti suka pemberian kalian itu!” Kata Khloris berteriak seraya mereka pergi. Doris dan Hemera pun pergi menuju surga bagian ke lima, tempat dilaksanakannya pertarungan final s*****a itu. Saat sampai disana, Hemera tidak tahu bagaimana masuk kesana.  “Aku ada teman. Dia yang akan membawa kita ke belakang pertandingan.” Kata Doris. “Mana?” Tanya Hemera.  Doris terlihat memperhatikan kerumunan orang-orang itu. Ia sudah berjanji bahwa mereka akan bertemu di luar arena.  “Doris!” Terdengar teriakan memanggil. “Itu dia!” Kata Doris menarik Hemera. Doris memperkenalkan temannya yang bernama Momus. Ia adalah murid Kharon, si penguji s*****a elit. Ia yang telah berjanji dengan Doris untuk membawanya ke belakang arena untuk menonton pertandingan. Ia membawa mereka dari jalan tikus untuk dapat masuk.  “Ini adalah jalan rahasia! Tidak ada yang tahu tentang ini! Jadi tenang saja, kalian aman!” Kata Momus. Mereka berdua mengikuti Momus menyusuri lorong-lorong kecil agar sampai ke belakang arena.  “Bagaimana dengan gurumu? Apakah dia berhasil masuk ke babak final?” Tanya Doris yang memaksudkan Kharon. “Sayangnya dia kalah!” Jawab Momus. “Sayang sekali. Kau seharusnya mengganti gurumu! Bagaimana dengan Erebus?” Tanya Doris, lalu melirik Hemera. Hemera tahu ia sedang mengerjainya. Hemera langsung memukul tangan Doris. “Apa yang kau tanyakan!” Kata Hemera pelan.  Momus menjawab, “Dia baru selesai bertanding, dan menang. Erebus memang hebat. Dia juga tampan. Ada banyak sekali cewek yang memperebutkannya.” “Benarkah? Apakah ada yang disukainya?” “Tidak ada!” Kata Momus. Lalu ia berhenti. “Apakah kalian salah satunya?” Ia menunjuk Doris.  “Hei.. kami tidak seperti itu! Kau kan tahu, aku tidak boleh menonton pertandingan seperti ini karena ayah!” Kata Doris mencoba untuk mengalihkan alasan mereka yang sebenarnya.  “Benar juga!” Katanya dan berjalan lagi. Mereka berjalan menunduk sekarang, karena ruangan itu mulai menyempit. Momus berhenti lagi. “Lalu bagaimana dengan bunga yang dibawa gadis itu?” Tanyanya lagi penasaran dengan bunga yang dibawa oleh Hemera. “Bisakah kau berhenti bertanya?” Kata Doris dengan suara keras. “Aku rasa kau menemani dia untuk bertemu dengan orang yang disukainya!” Kata Momus.  “Ya ampun, bisakah kau berhenti?” kata Doris yang lebih marah lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN