Bagian 93 - Askalafos vs Keuthonimos

1116 Kata
Aporia mengumumkan siapa yang selanjutnya akan bertarung.  “Pertarungan selanjutkan kita akan menyaksikan Askalafos dan Keuthonimos. Askalafos akan menggunakan Magnet yang dibuat oleh Kladeus dan Keuthonimos akan memakai Bubble buatan Eurotas.”  Semua berteriak kegirangan dan juga tepuk tangan. Mereka berdua pun masuk ke dalam arena dan mulai memakai s*****a mereka. Askalafos memiliki keahlian dalam mengendalikan emosi. Ketika emosinya naik, maka pertarungan akan menjadi semakin sulit. Ia menggunakan s*****a Magnet. s*****a ini membuat pengguna dikelilingi oleh serbuk-serbuk besi. Serbuk ini bisa menjadi butiran besi atau menyatu tergantung dari si pemakai. Sedangkan Keuthonimos berbeda. Ia memiliki kekuatan Defence. Ia bisa menggunakan defence-nya untuk stun sebanyak lima kali dalam sekali pertarungan, tidak lebih. s*****a yang digunakan adalah Bubble. s*****a ini termasuk salah satu s*****a yang sangat kuat. s*****a ini akan mengeluarkan gelembung yang menangkap serangan dan membuat serangan berbalik, bisa hingga berkali-kali lipat.  Pertarungan dimulai. Keuthonimos menggunakan senjatanya duluan. Ia menghembuskan gelembungnya di seluruh arena. Askalafos bingung dengan gelembung-gelembung yang bertebaran itu. Ia tidak tahu bahwa itu adalah jebakan. Ia mengaktifkan senjatanya. Serbuk besi mulai berkumpul di belakangnya. Ia menyerang tanpa bergerak. Ia mengendalikan buku besi itu menjadi s*****a ke arah Keuthonimos. Tapi, gelembung-gelembung Keuthonimos menahan serangan tersebut, lalu serbuk besi yang dilancarkan oleh Askalafos berbalik menyerangnya dengan keras. Askalafos terkejut, dan ia langsung membentuk tameng agar menghalangi bubuk tersebut mengenai dirinya.  “Apa yang terjadi?” Kata Askalafos kesal. Keuthonimos menghembus balon-balonnya seperti sedang bermain-main. “Sepertinya kita jarang berbicara. Tapi, kali ini kau berbicara padaku. Mungkin kau tidak mau berbicara kepada ku karena kau berteman dengan Erebus yang paling dicintai disini!”  “Apa yang kau katakan? Aku tidak pernah berpikir begitu!” Kata Askalafos. “Atau karena kau anak dari juri penguji s*****a, makanya kau merasa lebih tinggi dariku!” Kata Keuthonimos lagi. Lalu menambah gelembung balonnya lagi.  “Aku tidak pernah berpikir begitu. Aku rasa kau salah paham!”  Keuthonimos tertawa. “Itu terdengar lucu. Aku akan habisi itu semua. Mempermalukan anak seorang juri pengawas!” Katanya lalu tertawa. Askalafos sangat geram. Ia langsung membuat serangan karena pancingan dari Keuthonimos. Serbuk besinya mulai menjadi pisau yang tajam. Ia membuat sepuluh pisau kecil dan menembakkannya kepada Keuthonimos. Ia berupaya mengendalikan pisau besinya tidak mengenai gelembung-gelembung itu. Tapi, Keuthonimos tidak diam saja. Ia membuat gelembung baru untuk menangkis serangan itu. Saat pisau tersebut masuk ke dalam gelembung, gelembung memantulkan pisau ke arah Askalafos. Pisau-pisau itu terhalangi oleh gelembung-gelembung lain dan masuk ke dalamnya lalu terpantul lagi dan masuk ke gelembung lain, hingga akhirnya menyerang Askalafos. Ia tidak bisa memprediksi arah dari sarangnya s*****a karena pisau yang terpantul ke sana ke mari di antara gelembung-gelembung. Askalafos membuat pelindung tameng lagi. Tapi, di pisau yang menyerangnya terakhir bisa menembus tameng tersebut dan mengenai tubuhnya. Untung saja, serangan itu tidak berdampak pada tubuhnya. Ia hanya sedikit mundur saja. Penonton bersorak kagum karena s*****a dari Keuthonimos. Mereka belum pernah melihat ada s*****a yang sangat baik menjadikan s*****a lawan menjadi senjatanya. Mereka sekarang bersorak menyebutkan nama Keuthonimos.  “Aku rasa aku sekarang bintangnya!” Kata Keuthonimos tertawa. “Kenapa kau dari tadi tertawa? Apa kau ada riwayat penyakit jiwa?” Tanya Askalafos dengan kesal. Ia melihat wajah ayahnya, Poine di kursi juri. Ia bisa melihat bahwa ayahnya tidak senang dengan kejadian ini. Ia tidak berani lagi menatapnya.  “Kau sangat tidak sopan kepada orang yang lebih tua darimu!”  “Aku akan sopan jika itu membuatku menang! Kau mau mengalah?”  “Tidak akan!” “Kau hanya bisa menunggu serangan. Kau tidak menyerang!” Kata Askalafos mengujinya. “Siapa bilang aku tidak bisa menyerang? Aku bisa menyerangmu dengan mudah!” Kata Keuthonimos.  Ia pun membuat gelembung lain dari gagang pembuat balon. Balon yang kali ini berbeda dari yang pertama. Ia memiliki kilauan berwarna emas. Ini tampak lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya karena gelembung yang pertama lebih kecil dan warnanya putih bening saja. Ia kemudian menyentil gelembung yang kecil ke dalam gelembung yang memiliki kilauan emas. Gelembung emas seperti menelan yang kecil ke dalamnya. Lalu ia menyentil gelembung-gelembung yang lain masuk ke dalam, dan menjadikannya lebih besar.  “Kau siap!” Kata Keuthonimos. Tanpa aba-aba, ia menembakkan senjatanya. Gelembung dengan kilauan emas menelan gelembung-gelembung kecil lalu melemparnya ke arah Askalafos. Gelembung-gelembung itu lalu meledak dengan sangat kuat setelah Askalafos membuat pelindung. Besi pelindung yang dibuatnya membentuk tameng, tidak bisa menghentikan serangan tersebut. Lama kelamaan ia semakin kebelakang dan terhimpit hingga ke tembok. Serangan gelembungnya sangat kuat membuatnya tidak bisa bergerak. Tamengnya terkikis, dan akhirnya bocor. Ledakan besar pun terjadi menghantam Askalafos. Askalafos terlihat tidak berdaya. Ia tergeletak di tanah. Ia tidak bisa hanya menunggu kekalahan. Ia perlu perjuangan. Ia menarik napas, dan wajahnya sudah memerah. Emosinya mulai naik. Ia berlari menyerang Keuthonimos. Ia mengalirkan emosinya ke seluruh tubuhnya. Serbuk besi mulai menjalar ke tangannya dan melapisinya dengan besi yang padat. Lalu ia melewati gelembung-gelembung milik Keuthonimos agar tidak menyerangnya dengan cepat. Ia sampai di depan Keuthonimos dan menumbuknya dengan tangan yang tadi dilapisi besi. Emosi dari Askalafos memuncak dan satu serangan angin darinya membuat tembok di belakang Keuthonimos membentuk kepalan tangan nya. Serangan yang disalurkan dengan emosi membuat dampak menjadi lebih besar hingga berlipat-lipat.  Keuthonimos agak kesulitan untuk menghindarinya. Ia mengendalikan gelembung-gelembungnya dan menyelimuti dirinya seperti sebuah tameng. Askalafos sudah sempat akan menyerangnya. Serangan pukulan Askalafos mengenai gelembung yang ada di tubuh Keuthonimos, dan serangan itu berbalik menumbuk dirinya hingga ia terlempar jauh ke belakang. Tembok arena pun tumbang dan menimpa dirinya. Keuthonimos tidak tahu bahwa serangan nya itu bisa sehebat itu. Ia tidak bisa membayangkan jika ia terkena pukulan dari Askalafos tadi. Sudah pasti ia akan langsung kalah.  Askalafos sempat tidak sadarkan diri. Setelah menunggu sedikit lama, puing-puing batu mulai bergerak dan Askalafos keluar. Ia tampak sangat marah. Serbuk besi yang ada di belakang tubuhnya semakin lama semakin besar. Serbuk itu menebal dan membentuk tentakel-tentakel gurita. Di depannya berbentuk seperti corong yang besar. Bagian muncungnya yang kecil ditaruhnya di dalam mulutnya, lalu mulai menghisap balon-balon itu, menyedotnya ke tubuhnya. Dengan cepat, balon-balon Keuthonimos habis tak bersisa di arena. Melihat apa yang dilakukan oleh Askalafos, penonton menjadi bersorak sorai dengan kuat. Mereka sangat senang melihat Askalafos balik menyerang. Saat tidak ada lagi gelembung-gelembung di udara, ia melepas corong terbebut. Lalu tentakel nya yang besar yang berada di belakangnya membuatnya melompat tinggi dan dengan cepat menyerang Keuthonimos. Karena tidak sempat membuat gelembung lagi, Keuthonimos menggunakan defense-nya sehingga serangan Askalafos di awal tidak berdampak padanya. Serangan tumbukan tentakel mulai main. Tentakel-tentakel yang terbuat dari besi itu meninju Keuthonimos berkali-kali dan ia pun tercampak ke udara. Bagaimana smash pada bulu tangkis, Askalafos memukul Keuthonimos jatuh ke tanah. Ada sekitar sembilan meter ia tertancap ke dalam tanah.  Semua orang bertepuk tangan karena serangan Askalafos. Nama sorakan pun berganti. Sekarang lebih banyak yang bersorak untuk Askalafos.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN