Bagian 128 - Kokytos Masuk ke Sumur Kebinasaan

1222 Kata
Bia pulang dari surga bagian ke empat setelah membantu Erebus. Ia kembali ke rumahnya di surga bagian ke dua. Saat ia sampai di rumah, Kokytos bertanya dimana Hebe dan mengapa ia tidak ikut pulang. Bia menjawab Kokytos bahwa dia tidak tahu keberadaannya. Saat berada disana, Gyges membawanya dan tidak kembali-kembali. Untuk mengetahui keadaan Hebe, Kokytos pun pergi menemui Gyges. Ia berjalan tanpa henti dengan langkah kaki yang keras sehingga terdapat bercak langkah kakinya di tanah.  Bia tidak menghentikannya. Ia ada pekerjaan, jadi ia membiarkan Kokytos pergi sendiri.  Saat berada di rumah Gyges, ia dengan keras memanggilnya. Suara Kokytos yang keras membuat Gyges terkejut hingga menjatuhkan minumannya. Ia melihat ke depan dan membukakan pintu untuk Kokytos. “Siapa kau? Mengapa kau membuat keributan di rumahku?” Kata Gyges. “Dimana Hebe? Dimana dia kau sembunyikan?” Kata Kokytos sambil menerobos masuk. “Pasti menyembunyikannya di suatu tempat!” Katanya lagi. “Apa yang sedang kau bicarakan?” Kata Gyges yang mencoba menariknya keluar tapi tidak bisa karena badannya lebih besar. “Jangan pura pura bodoh! Di mana Hebe? Hebe???? Hebe???” Teriak Kokytos lagi mengelilingi rumah Gyges. “Kau tidak akan menemukannya dimanapun!” Kata Gyges. Kokytos berhenti. Ia berdiri berhadapn dengan Gyges. “Kau tidak akan menemukannya karena dia ada disini!” Kata Gyges mengambil cermin yang berisi tentang pesan-pesan terakhirnya. Ia menunjukkannya kepada Kokytos.  Kokytos mengambil cermin tersebut dan melihat apa isi dari cermin itu. Ia melihat Hebe sedang menangis. Lalu ia mengucapkan salam perpisahan bahwa ia Memilih untuk mati dengan terjun ke sumur Kebinasaan.  Kokytos berteriak. “Kau pasti ada disitu bukan? Mengapa kau tidak menghentikannya? Kau pasti yang membunuhnya!” Kata Kokytos. “Kau tidak melihat sendiri bahwa wanita itu yang mengatakan bahwa ia ingin kematian?” Tanya Gyges memaksudkan apa yang ditonton Kokytos disana. “Kau sudah gila! Dia tidak mungkin melakukannya. Ini pasti ada ikut campur darimu!” Ucap Kokytos meraung sambil menangis. Kokytos mendorong Gyges dengan kuat dan terlempar ke kursinya dengan kuat. Kursinya menjadi patah karena dorongan dari Kokytos. Gyges menatap tajam Kokytos. Ia membiarkan tubuhnya di bawah kayu-kayu kursinya yang rusak. Kokytos menunjuk-nunjuk Gyges dengan tangan kanannya. Mengucapkan sumpah serapah karena kebohongan yang dilakukan Gyges. “Kau pasti salah satu dari mereka yang akan membuat kekacauan di surga. Kau pantas untuk pergi dari sini!” Kata Gyges yang dengan cepat berdiri lalu menyeruduk tubuh Kokytos dengan kepalanya. Kokytos kesakitan. Hantaman dari Gyges cukup keras hingga membuatnya pingsan. “Kena kau!” Kata Gyges. Ia memasukkan Kokytos ke dalam goni yang besar dan membawanya ke tempat sumur kebinasaan berada. Saat berada disana, ia memasukkan Kokytos kedalam beserta dengan kain goninya. Ia kemudian pulang tanpa rasa bersalah sedikitpun.  Ananke merasakan sesuatu. Ia merasakan bahwa sumur kebinasaan berguncang. Ia merasakan ada sesuatu yang masuk ke sana. Tapi, ia tidak tahu apa itu. Ia keluar dari rumahnya dan pergi menuju sumur kebinasaan. Disana ia bertemu dengan Despion, ibu dari Kokytos. Mereka bertemu saat dekat dengan sumur itu. “Despion!” Kata Ananke. Ia terkejut mengapa ia bertemu dengannya di sana. Ini sama sekali tidak terduga. “Apa yang sedang kau lakukan disini?” Tanya Despion. “Aku sedang melihat keadaan sumur kebinasaan. Apa kau merasakan guncangannya?” Tanya Ananke. “Aku tidak merasakan adanya guncangan. Tapi, aku mendengar suara teriakan yang memanggilku sebagai ibunya.” “Apa maksudmu? Mengapa kau bisa mendengar tentang suara yang ada di dalam? Apakah ada banyak suara?” Tanya Ananke lagi. “Tidak, hanya satu suara saja. Suara itu seperti suara Kokytos.” Jelasnya. Lalu Ananke merasakan guncangan. Guncangan yang dirasakan lebih kuat dibanding saat di rumahnya. Mungkin karena ia lebih dekat dengan sumur tersebut. “Tidakkah kau merasakannya?” Tanya Ananke lagi. “Apa?” “Guncangan! Ini sedang ada guncangan!” “Aku tidak merasakanya sama sekali!” Kata Despion dengan tegas. Ia ingin menyakinkan Ananke lagi. Ananke mendekat ke sumur dan melihat ke dasar sumur. Ia tidak melihat apa-apa. Yang ada di dalam sumur itu hanyalah kegelapan. Ia penasaran. Ia merasa ada seseorang yang dimasukkan ke dalam sumur ini lagi setelah Hebe dan Hamadryad. Ia merasa ada yang salah dengan sumur itu. Ia sangat yakin dengan itu.  “Dengar! Aku mendengar suara seseorang memanggil ku dengan keras. Dia pastilah Kokytos. Aku yakin itu!” Kata Despion. “Kokytos? Apa dia masuk ke dalam sumur ini?” Kata Ananke dengan wajah kebingungan. “Aku tidak tahu. Tapi, aku mendengar ia meminta tolong. Ia memanggil-manggil namaku! Aku yakin dia berada di dalam!” Kata Despion lagi dengan air mata yang mencucur keluar. “Kokytos berarti masuk ke dalam sumur? Siapa yang memasukkannya?” Tanya Ananke kepada diri sendiri. Despion mendekat ke sumur dan memasukkan kepalanya ingin melihat isi dari sumur tersebut. Ananke mendorongnya. “Kau tidak boleh memasukkan setengah tubuhmu kedalam. Kau sudah pernah berada disana. Jaga jarakmu!” Kata Ananke memberikan peringatan. “Apa yang bisa kita lakukan? Dia anakku! Dia meminta tolong untuk dikeluarkan dari sana.” Ananke menggunakan telepatinya, dan berbicara kepada penghuni surga awal lainnya. Ia tersambung langsung kepada Amfilogiai.  “Info apa yang kau dapat kali ini?” Tanya Amfilogiai. “Aku merasa ada hal aneh dengan sumur kebinasaan. Ada orang lain yang dimasukkan ke dalamnya. Yang masuk adalah Kokytos. Ibunya sekarang bersamaku. Ia bisa merasakan bahwa Kokytos memanggil-manggil namanya dan meminta agar ia dibebaskan!” Kata Ananke memberinya penjelasan. “Apakah ketua wilayah kembali beraksi? Apa mereka yang memasukkan Kokytos kedalam sumur kebinasaan?” Tanya Amfilogiai.  Sayangnya aku tidak bisa pastikan itu! Aku tidak tahu bagaimana caranya ia bisa memasukkan Kokytos. Bisakah kau tanyakan lagi kepada ketua wilayah surga bagian kedelapan?” kata Ananke yang memaksudkan kepada Arges. “Aku sudah peringatkan dia tentang hal ini. Tapi, mengapa dia membuat masalah lagi?” Kata Amfilogiai. “Kau coba berbicara lagi kepadanya. Sekali ini lagi. Jika mereka tetap melakukannya, kita akan diam-diam mengamati mereka dan membebaskan orang-orang yang mereka lemparkan ke dalam sumur!” Kata Ananke. “Ya, ini untuk yang terakhir kalinya. Aku akan mencoba berbicara kepadanya. Tapi ingat, jangan sampai ada penghuni surga yang mengetahui tentang ini. Apalagi pesta pernikahan akan dilakukan sebentar lagi.” Kata Amfilogiai. “Baiklah!” Amfilogiai pergi ke rumah Arges. Ia mengetuk pintu rumahnya hingga akan rubuh. Arges membukakan pintu dengan marah-marah kepada Amfilogiai, karena pukulannya bisa membuat pintu rumahnya rusak. “Apalagi yang kau mau?” “Aku harus berjalan kaki melintasi salju yang dingin untuk bisa kesini. Apakah kau melakukan kesalahan lagi? Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak memasukkan penghuni surga yang tidak bersalah ke dalam sumur kebinasaan. Tapi, mengapa kau melakukannya?” “Apa yang kau maksud? Kami tidak melakukan apapun. Tak ada yang kami masukkan ke dalam sumur itu lagi selain Hebe dan Hamadryad.” Kata Arges. “Kau berbohong. Kau memiliki sifat kutukan! Kalian pasti yang memasukkan Kokytos kedalam sumur kebinasaan!” Kata Amfilogiai menunjuk-nunjuknya hingga ia masuk ke dalam rumahnya. “Tenanglah, aku tidak melakukannya! Aku dari tadi di rumah!” Amfilogiai berupaya membuatnya mengaku, tapi Arges tetap mengatakan bahwa ia tidak melakukannya. Amfilogiai mulai percaya dengan Arges. Ia memang tampaknya tidak bersalah. Ia pun pulang ke rumahnya. Saat dirumah, ia berbicara dengan telepati dan mengatakan kepada Ananke, bahwa mereka tidak membuat Kokytos masuk ke dalam sumur tersebut.  “Kita harus mulai mengawasi sumur tersebut jika tidak ingin hal seperti ini terulang lagi!” Kata Amfilogiai kepada Ananke menggunakan telepati. Kata ini mengakhiri pembicaraan mereka. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN