Bagian 129 - Kisah Glaucus si Penghuni Air

1134 Kata
Glaucus adalah seorang penghuni surga awal. Ia lahir dari tetesan embun kecil di wilayah surga bagian ketujuh. Wilayah surga bagian tujuh sangat lah berbeda dari wilayah yang lain. Di wilayah surga ini, tidak pernah turun embun. Tanah di wilayah surga ketujuh sangat tandus. Disinilah tempat Agon dan ladang kayunya berada.  Glaucus lahir saat ada satu titik embun yang muncul di daerah itu. Ia terjatuh saat udara disana sangat panas. Pasir-pasir menempel pada tubuhnya yang membuatnya kesakitan. Ia berdiri dengan tegak lalu mengambil daun dari pohon Olea Europaea. Ia menutupi organ vitalnya dan mencari tempat untuk berteduh. Ia sangat lama berjalan, tapi tak ada tempat yang membuatnya betah. Pohon Olea Europaea hanya bisa menutupi sebagian tubuhnya dari panas. Ia ingin mendapat tempat yang sejuk yang bisa membuat tubuhnya tetap dingin.  Glaucus merasa sangat kesal dengan kejadian tersebut. Ia bertanya-tanya mengapa ia dilahirkan di keadaan yang kurang beruntung seperti ini. Ia pergi ke sisi timur wilayah surga bagian ke tujuh. Ia duduk di sana di tengah-tengah padang pasir. Ia cukup lama duduk di sinar matahari yang menyengat. Ia menutup matanya dan berkonsentrasi. Ia menahannya hingga kulitnya menjadi hitam. Ia duduk disana, bukanlah tanpa tujuan. Ia sedang berpikir tentang cara bertahan di wilayah itu.  Selama duduk disana sambil menutup mata, ia tidak bertemu siapa-siapa. Tak ada yang mengganggunya. Sudah milyaran tahun berlalu, dan ia masuk duduk disana. Sedikit demi sedikit keringatnya mulai terjatuh satu persatu. Keringat itu semakin lama semakin banyak. Akhirnya terbentuklah danau dengan air yang banyak. Ia menyebutnya sebagai Danau Surga.  Glaucus sangat senang. Ia membuka matanya dan melihat ada sebuah danau yang bisa membuatnya dingin selalu. Danau tersebut tidak pernah kering. Airnya selalu terisi kembali dari keringat yang datang dari tubuh Glaucus. Ia berenang di danau itu dan menyebarkan sedikit airnya ke daerah timur.  Glaucus memerlukan pemandangan yang indah. Ia menanam pohon Olea Europaea di sekeliling danau buatannya itu. Ia menyusunnya dengan rapi dan melindungi danau tersebut dari pandangan penghuni surga yang berjalan melaluinya. Agon sedang menebang pohon Olea Europaea. Ia memerlukannya untuk membangun rumahnya. Saat mencari pohon Olea Europaea, ia melihat ada banyak pohon Olea yang dicarinya. Ia dengan senang menebang itu. Saat masuk ke lebih dalam untuk menebang pohon Olea, ia melihat Glaucus sedang berenang disana. Sebelumnya ia sudah tahu siapa Glaucus itu. Tapi, ia belum pernah bertemu dengannya. Ia mendekati Glaucus dan berbicara padanya. “Apakah kau penghuni awal yang ada di surga bagian ketujuh ini?” Tanya Agon. “Ya, kau tidak salah lagi!” Kata Glaucus. Ia berhenti berenang dan keluar dari danau tersebut mensamperi Agon. “Aku rasa ada kesalahpahaman disini! Kau menebang pohon-pohon yang sudah kutanam tanpa permisi! Apakah itu tindakan yang tepat?” Tanya Glaucus dengan lembut. Tak ada sama sekali kesan bahwa ia marah. Agon tidak fokus dengan ucapan dari Glaucus. Ia memperhatikan kulit Glaucus yang putih bening dan tampak halus.  “Kulitmu sangat halus, padahal kau berada di luar. Lihatlah kulitku yang hitam ini. Ini semua dikarenakan panasnya negeri di wilayah ini!” Kata Agon. Glaucus tidak sadar bahwa kulitnya putih seperti yang dikatakan oleh Agon. Yang dia ingat adalah kulitnya menghitam saat ia bertapa lama di tengah-tengah wilayah itu, sebelum danau itu terbentuk.  “Ini pasti akibat dari aku yang terlalu lama berendam!” Kata Glaucus. Mendengar pujian dari Agon, Glaucus jadi menyukainya. Ia menawarkan bantuan padanya. “Mengapa kau menebang pohon yang kutanam?” Tanya Glaucus lagi kepada Agon. Ia merangkul Agon agar terlihat lebih akrab. “A-aku sedang membangun rumah, dan memerlukan kayu yang banyak. Aku mencari kayu terbaik di sini dan tanpa sengaja aku menebang beberapa pohon milikmu!”  “Baiklah, aku memaafkanmu. Kau tidak tahu bahwa pohon itu ada pemiliknya. Aku ingin agar kau tahu bahwa pohon-pohon itu menjaga danau ini tetap ada. Itu berarti aku tidak mengizinkanmu untuk menebangnya lagi. Bagi yang sudah kau tebang, tolong tanam dengan yang baru.”  Mendengar ucapan dari Glaucus, ia menjadi sangat sedih. Ia tidak tahu harus mencari dimana pohon untuk rumahnya. Ia sudah sangat kepanasan dengan wilayah tersebut. Dengan adanya rumah, setidaknya, ia bisa berlindung dari teriknya panas matahari. “Tenang saja! Aku tahu apa yang ada dipikiranmu!” Kata Glaucus tiba-tiba. Agon menatap matanya. “Apa yang bisa kau lakukan? Apakah kau berubah pikiran dengan memberikan sebagian dari pohon-pohon yang kau miliki?” Kata Agon.  “Tidak, bukan itu. Tapi, aku akan membuat sebagian dari tanah ini subur dengan membagi air ku kepadamu. Kau harus menanam pohon kayu untukmu sendiri, menunggunya untuk bisa ditebang dan membangun rumahmu. Kau bisa menggunakan tanah di bagian timur dari wilayah ini. Buatlah ladang kayu yang luas agar penghuni surga disini tidak mengincar pohon milikku. Bagaimana?” Tanya Glaucus. “Tentu! Aku akan melakukannya!” Kata Agon dengan senang. “Kau akan kujadikan pemilik ladang besar di wilayah ini. Tanamlah pohon Oak dan Ash. Pohon-pohon itu lebih kuat dan cepat tumbuhnya dibandingkan dengan pohon Olea Europaea ini.” Kata Glaucus. Ia kemudian melihat tangannya. Ia mengepal tangannya dan muncul bibit di dalam kepalan itu. Ia memberikan bibit dari kedua jenis pohon itu kepada Agon. Agon pun pergi dari sana. Ia pergi ke timur untuk menanam bibit pohon itu seperti saran dari Glaucus. Ia melihat seorang pria disana. Ia adalah Silenus.  “Maukah kau bekerja denganku?” Kata Agon kepadanya. “Apa yang bisa kukerjakan?” “Kita akan menanam pohon oak dan ash. Lalu menjadikan tempat ini sebagai ladang terbesar untuk kedua pohon ini. Sebagai gantinya kau bisa gunakan kayu yang kita tanam sebanyak yang kau mau!” Kata Agon. Silenus tertarik dengan tawarannya. Ia tidak memiliki tempat tinggal disana. Jadi ia pun mulai menanam bersama dengan Agon. Suatu ketika, saat mereka sibuk di ladang, seseorang berlari dengan kencang. Ia bersembunyi di antara pohon-pohon yang baru saja tumbuh. Agon melihat pria tersebut. Silenus mengikuti tuannya, Agon mensamperi pria yang bersembunyi itu. “Siapakah kau?” Tanya Agon, yang membuat pria tersebut terkejut. “Ya? Bolehkah aku bersembunyi disini untuk sementara? Ada yang mengejarku!” Katanya. “Kau tidak perlu bersembunyi disini. Kami memerlukan pekerja untuk merawat pohon-pohon ini.” Agon melihat kebelakang dan menunjukkan wajah Silenus kepadanya. “Dia adalah Silenus! Dia membantuku untuk merawat pohon-pohon ini. Tapi, sayangnya, kami membutuhkan seseorang lagi agar dapat membagi tugas. Apakah kau mau?” Tanya Agon. “Aku tidak memiliki tempat tujuan lagi. Aku senang jika bisa mendapat tempat tinggal!” “Baiklah kalau begitu. Siapa namamu?” “Namaku, Hamadryad. Bolehkah aku meminta satu syarat yang harus kalian penuhi selama aku bekerja disini?” Tanya Hamadryad. “Tentu! Sebutkan!” “Jangan tanya tentang masa laluku sebelum bertemu dengan kalian!” Katanya. “Tentu, tidak masalah!” Ucap Agon. Hamadryad pun tinggal bersama Agon dan Silenus mengurus ladang pohonnya. Hari dimana ia bertemu dengan Agon adalah hari yang sama saat Anthousai mengetahui ibunya berselingkuh dengannya. Agar tidak terkena kutukan Hamadryad pun lari dari surga bagian ke tiga.   

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN