Bagian 5 - Surga Bagian Satu

1088 Kata
Bia dan Kokytos keluar dari ruangan tersebut. Ia berjalan mengikuti Kokytos di depannya. Lalu ia mempercepat langkahnya dan mencoba mengambil hatinya.  “Aku sebenarnya tidak ingin membuatmu menjadi terbebani seperti ini!” Ucap Bia. Wajah Kokytos tampak kesal. “Aku mengerti!” Katanya ketus sambil mempercepat langkahnya. “Aku hanya membutuhkan barang itu untuk senjataku yang akan dikirim kepada juri s*****a!” “Aku rasa aku mengenalmu!” Ucap Kokytos sambil melihat wajahnya. “Ya?” “Kau si pembuat s*****a yang diunggulkan generasi ini bukan?” Tanya Kokytos. Bia tersenyum lebar. Ia tersipu malu. “Aku berusaha mendapat urutan pertama, tapi masih belum bisa!” “Apa yang kau dapatkan dari membuat s*****a? Pemujaan?” Tanya Kokytos dengan ketus dan menghakimi. “Apa maksudmu? Semua penghuni Surga menyukainya. Kau tidak?” “Sudahlah! Aku hanya berharap kau akan menang. Membuat s*****a hanyalah sebuah permainan anak kecil saja.” “Mengapa kau tampak ketus begitu?” Tanya Bia, tetapi tidak ada jawaban. “Aku hanya memperingatkanmu bahwa pada akhirnya senjatalah yang akan membinasakan kita.” Kata Kokytos. Bia tidak begitu menghiraukan ucapannya. Ia tidak berfokus pada kata-kata negatif Kokytos.  “Dimana tempat Ananke berada?” Tanya Bia. Kokytos menunjuk ke sebuah gunung besar di surga bagian 1. Gunung itu sangat tinggi dan cukup jauh dari tempat mereka berdiri. Karena begitu besarnya, mereka masih bisa melihat dengan jelas keberadaan gunung tersebut. Mereka menyusuri pasar yang sempit dan juga dipenuhi dengan penghuni surga yang berlalu lalang. Mereka juga melewati sungai kembar yang memunculkan emas di bagian permukaan sungai. Mereka menaiki perahu dan mendayungnya hingga ke sisi sebaliknya. “Disini adalah tempat emas terbesar.” Ucap Bia yang sudah turun dari perahu. Ia sedang menunggu Kokytos untuk turun juga. Saat Kokytos sudah turun ia melanjutkan berjalan di sungai kedua untuk menyeberanginya. “Awalnya aku ingin melapisi senjataku dengan emas. Tapi, anakmu berkata bahwa itu kurang efektif. Merekalah yang memperkenalkanku pada bahan Wurtzite Boron Nitride.” “Mengapa mereka harus memperkenalkan mu itu?” Kata Kokytos kesal. Mereka berbicara sambil masuk ke perahu. “Sungai kembar memang indah. Ini memang sungai penghasil emas terbesar!” Puji Bia yang seperti belum pernah datang ke tempat itu. Padahal ia sudah sering datang untuk meneliti bahan untuk s*****a-senjatanya yang dulu. Gunung itu masih sangat jauh dari mereka. Bia memperhatikan letaknya dan mereka harus masih berjalan. Mereka turun dari perahu yang ke dua dan melewati hutan besar yang berisi pohon-pohon penghasil karet. Pohon yang ada di hutan tersebut sangat tinggi dan di bagian batangnya dialiri oleh karet murni yang bisa dibentuk menjadi apapun. Cahaya yang masuk ke hutan sangat sedikit. Tak ada seorangpun disana. Mereka bisa merasakan keheningan yang menentramkan saat berada di dalamnya. “Bolehkah kita sebentar duduk di sana!” Ucap Bia menunjuk pohon besar di dekatnya.  “Kau pernah kesini sebelumnya?” Tanya Kokytos. “Belum pernah!” Kata Bia sambil mendudukkan dirinya di bawah rindangnya pohon tersebut.  “Peluru yang dihasilkan dari karet juga hebat. Kau bisa membuat s*****a lawan tidak berfungsi!” Ucap Kokytos sambil telentang di tanah dan melihat ke atas. Ia memperhatikan daun-daun pohon karet yang berjatuhan. Bia menyerap apa yang dikatakan Kokytos. Bahan itu juga bisa jadi pertimbangan untuk s*****a-senjatanya kedepan. Ia biasanya membuat karet sebagai pelapis pada senjatanya saja. Ia juga menjadikan karet sebagai bahan sparepart pembentuk s*****a. Tapi, ia tidak pernah membuat karet sebagai bahan untuk dijadikan s*****a. “Kau juga bisa membuat karet sebagai ban. Buat bagian karet luar yang melapisi ban sangat tebal dan keras, lalu bagian dalamnya buat jenis karet yang berbeda dan fleksibel. Olah karet tersebut menjadi karet butil yang kedap gas sehingga sangat efektif menjebak gas tersebut sehingga ban bisa mengambang dengan lama. s*****a-s*****a yang besar dan memerlukan pendorong, sangat cocok menggunakan jenis bahan ini. Sehingga penguji s*****a yang tidak kuat akan berat, akan terbantu dengan roda-roda yang dibuat di bawahnya.” Jelas Kokytos. “Wow! Kau hebat! Aku tidak tahu bahwa kau bagian dari pembuat s*****a!” Kokytos tak sadar terlalu banyak cerita. Ia langsung tersipu malu dan tidak berbicara lagi. “Kau sangat mahir dalam bidang s*****a. Bakat tidak bisa ditutupi. Sama seperti anakmu, pasti itu terlahir dari ayah mereka. Keahlian dalam memilih bahan seperti ini pasti sangat dibutuhkan bagi pembuat s*****a seperti kami. Mengapa kau tidak melakukannya? Justru sekarang, anakmu yang melanjutkan bakatmu!” Kata Bia dengan terus terang. Kokytos tampak tidak senang karena ia membicarakan tentang kehidupannya. “Diamlah saat tak tahu apa-apa!” Ucapnya kesal. Bia langsung terdiam. Lalu ia berpikir untuk membalas. “Anggap saja aku berbicara sendiri! Jangan didengarkan!” Kata Bia lalu merentangkan tangannya dan meregangkannya. Ia berdiri dan siap untuk jalan lagi. Ia mengatakan hal itu kepada Kokytos lalu ia pun ikut berdiri dan mereka melanjutkan perjalanan. Bia melihat ke kanan dan kirinya. Ada batu-batu kecil yang menarik perhatiannya. Batu itu berwarna putih dengan bau yang menyengat. Ia berhenti dan menyentuh batu tersebut. Tangannya langsung terasa panas. “Apakah ini termasuk bagian dari batu?” Kokytos menjelaskannya. “Itu bukanlah batu! Itu adalah senyawa karbon dioksida yang berkombinasi dengan logam dan semilogam. Itu muncul dari pohon karet tersebut.” Tunjuknya. “Akar-akar pohon karet mencampur karbondioksida yang diserapnya dari daun lalu mencampurnya dengan logam ataupun semilogam yang ada di tanah. Setelah tercampur secara natural, itu akan muncul di bagian bawah pohon berwarna putih dan kecil-kecil. Memang untuk pertama kali, banyak yang menyangka bahwa itu adalah batu-batu kecil. Tapi, sebenarnya tidak. Setelah dipegang, kita bisa merasakan bahwa tekstur yang dihasilkan sangat lembut.” Bia melihat di sekelilingnya. Ia memperhatikan bahwa pohon-pohon yang lain. “Tidak semua pohon memiliki bahan ini!” Katanya sambil memastikan bahwa pohon yang dilihatnya sama dengan pohon karet di depannya.  “Senyawa itu tidak selalu ada. Hanya pada musim dan juga cuaca tertentu saja. Unsur ini juga tidak banyak diproduksi oleh pohon-pohon disini. Hanya sebagian pohon yang bisa menghasilkan senyawa tersebut meski pohon itu sama-sama pohon karet. Bahan yang muncul itu sering disebut karbit. Bahan ini juga bagus untuk pembuatan peluru s*****a. Bagiannya yang lembut dan juga panas ketika tersentuh bisa melumpuhkan s*****a keras lawan sehingga merusak bagian luarnya. Setelah bagian luar rusak, maka akan lebih mudah untuk memenangkan pertandingan!” Ucap Kokytos lagi seperti kamus berjalan. Bia terpukau. “Kau sangat hebat dalam hal bahan! Itu seharusnya tidak disia-siakan!” Kata Bia. “Maaf? Kita lanjut saja!”  Ia tidak mau menanggapi ucapan Bia. Dalam hati Bia, ia ingin sekali bekerja sama dengan Kokytos untuk membuat senjatanya ini. Ia membutuhkan seorang rekan yang bisa diajak berdiskusi. Ia merupakan partner yang tepat. Ia akan mengatakannya di waktu yang tepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN